BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kista Ovarium merupakan suatu pengumpulan cairan yang
terjadi pada indung telur atau ovarium. Cairan yang terkumpul ini dibungkus
oleh semacam selaput yang berbentuk dari lapisan terluar dari ovarium (Replubika
Online, Zubairi Djoerban).
Saat ini jumlah perempuan yang terkena kista semakin
meningkat dari hari ke hari, sebenarnya peningkatan jumlah perempuan terkena
kista saat ini lebih dikarenakan meningkatnya pengetahuan serta kesadaran
mereka untuk memeriksakan diri. Sekitar 50-65 persen perempuan di Indonesia ini
mengidap penyakit kista ovarium.
Pada dasarnya semua perempuan mempunyai kista, tetapi
umumnya bersifat fisiologis lazim terjadi dan itu normal-normal saja, kista
fisiologis tidak perlu penanganan yang serius. Sehingga penyakit ini di Indonesia belum diketahui dengan pasti
karena pencatatan dan pelaporan penyakit kista kurang baik. Tetapi bila kista
ovarium yang bersifat ganas disebut juga kanker ovarium. Kanker ovarium merupakan
penyebab kematian terbanyak dari semua kanker ginekologi. Angka kematian
merupakan penyebab kematian yang tinggi karena penyakit ini pada awalnya
bersifat tanpa gejala dan tanpa menimbulkan keluhan apabila sudah terjadi
metastasis, sehingga 60-70 persen pasien sudah stadium lanjut.
Untuk menghindari ke komplikasi yang lanjut. Sebaiknya
dilakukan skrining dini yaitu wanita bila merasakan ada kelainan pada tubuhnya
segera memeriksakan diri ke petugas kesehatan. Sebagai langkah awal
penatalaksanaan yaitu dengan memeriksa USG. Dengan USG dapat dilihat besarnya
kista, bentuk kista, isi dari kista dan lain sebagainya.
Dengan adanya kasus ini penulis tertarik membuat suatu
pelaporan Askeb untuk menyelesaikan tugas yang telah diberikan dari pihak
kampus. Karena semakin banyaknya perempuan yang sadar akan pemeriksaan diri
secara dini.
1.2
Tujuan
1.2.1
Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa mampu, mengerti, memahami dan dapat
melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny “S” dengan kista ovarium synistra.
1.2.2
Tujuan Khusus
Mahasiswa diharapkan mampu :
-
Melakukan pengkajian data
secara subjektif dan obyektif pada Ny “S” dengan kista ovari synistra.
-
Mengidentifikasi masalah atau
diagnosa kebidanan pada Ny “S” dengan kista ovari synistra.
-
Mengantisipasi masalah
potensial pada Ny “S” dengan kista ovari synistra.
-
Mengindetifikasi kebutuhan tindakan
segera pada Ny “S” dengan kista ovari synistra.
-
Menyusun rencana asuhan secara
menyeluruh pada Ny “S” dengan kista ovari synistra.
-
Melaksanakan rencana asuhan
secara menyeluruh pada Ny “S” dengan kista ovari synistra.
-
Mengevaluasi asuhan yang telah
diberikan pada Ny “S” dengan kista ovari synistra.
1.3
Ruang Lingkup
Dalam mengingat keterbatasan waktu yang disediakan dan
juga keterbatasan pengetahuan dari penulis, maka asuhan ini hanya pada Ny “S”
dengan kista ovari synistra di Ruang VK Bersalin RSUD Dr.R KOESMA TUBAN.
1.4
Metode Penulisan
1.4.1
Praktek Lapangan
Metode yang digunakan berdasarkan studi kasus yang
ditemukan pada praktek di lapangan
1.4.2
Teknik Pengumpulan Data
a.
Wawancara adalah pembicaraan
langsung dengan pasien dan keluarga untuk mendapatkan data secara langsung
serta menggali masalah yang sedang dihadapi
b.
Observasi adalah suatu
pengamatan dan pencatatan yang dilakukan secara sistematis terhadap subyek
masalah yang dihadapi
c.
Pemeriksaan yaitu pemeriksaan
fisik secara langsung terhadap klien
d.
Mempelajari dokumen pasien
Sumber Data :
Data primer adalah data yang diperoleh oleh keluarga,
petugas kesehatan, dokumentasi medis dan hasil pemeriksaan penunjang.
1.4.3
Tinjauan Pustaka
Yaitu mempelajari buku-buku sumber yang berhubungan
dengan judul asuhan kebidanan ini dan masalah yang dibahas
1.5
Pelaksanaan
Praktek lapangan ini dilaksanakan di VK Bersalin RSUD
Dr.R KOESMA Tuban pada tanggal 18 –
30 Oktober 2010.
1.6
Sistematika Penulisan
Bab 1 : Pendahuluan
Membahas tentang latar
belakang, tujuan, ruang lingkup, metode penulisan, pelaksanaan dan sistematika
penulisan.
Bab 2 : Tinjauan Pustaka
Membahas tentang konsep dasar
teori dan manajemen asuhan kebidanan.
Bab 3 : Tinjauan Kasus
Terdiri dari sistematika
penulisan manajemen kebidanan 7 langkah menurut varney yaitu pengkajian data,
identifikasi diagnosa masalah, antisipasi diagnosa atau masalah potensial,
identifikasi kebutuhan segera, intervensi, implementasi dan evaluasi dari
pelaksanaan asuhan kebidanan.
Bab 4 : Penutup
Terdiri dari kesimpulan dan
saran.
Daftar Pustaka
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1
Konsep Dasar Kista Ovarium
2.1.1
Definisi
Kista Ovarium merupakan suatu
pengumpulan cairan yang terjadi pada indung telur atau ovarium. Cairan yang
terkumpul ini dibungkus oleh semacam selaput yang berbentuk dari lapisan
terluar dari ovarium (Republika Online, Zubain Djaerban)
Kista Ovarium adalah suatu kantong
abnormal berisi cairan atau setengah cairan yang tumbuh dalam indung telur
(ovarium) (http://harrymenulis,blogsport. com,hariyanowinarto)
Kista Ovarium adalah suatu tumor yang
terbungkus selaput semacam jaringan yang terpisah dengan jaringan normal
disekitarnya dan tidak dapat menyebar ke bagian tubuh lain. (Media Indonesia
Online)
2.1.2
Etiologi
Penyebab Kista Ovarium secara pasti
masih belum diketahui. Tetapi ada penyebab yang mendorong tumbuhnya kista
antara lain :
1.
Gaya hidup yang tidak sehat
seperti makanan tinggi lemak, konsumsi makanan mengandung : zat-zat sintetik,
merokok,
2.
Polusi udara,
3.
Stres,
4.
Virus,
5.
Faktor genetik
6.
Gagalnya sel telur berovulasi.
2.1.3
Faktor Risiko
Faktor risiko wanita akan mengalami
kista ovarium bahkan terjadi kanker ovarium antara lain :
1.
Wanita yang haid pertama lebih
awal dan menopause lebih lambat
2.
Wanita yang tidak pernah atau
sulit hamil
3.
Wanita dengan riwayat keluarga
menderita kanker ovarium
4.
Wanita penderita kanker
payudara dan kolon
5.
Wanita ber KB oral yang
berfungsi menekan terjadinya ovulasi
2.1.4
Gejala Kista Ovarium
1.
Gangguan haid
2.
Rasa nyeri pada perut bagian
bawah dan panggul
3.
Rasa sakit berhubungan seksual
4.
Perdarahan rahim yang abnormal
5.
Gangguan buang air besar
(konstipasi) dan buang air kecil (sering BAK)
2.1.5
Diagnosa
Sebagian besar dari kanker ovarium
bermula dari suatu kista maka apabila seorang wanita ditemukan suatu kista
ovarium harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk menentukan apakah kista
tersebut bersifat jinak atau ganas (kanker ovarium) kista menjadi ganas
biasanya dalam keadaan :
1.
Kista cepat membesar
2.
Kista pada usia remaja atau pasca
menopause
3.
Kista dengan dinding yang tebal
dan tidak berurutan
4.
Kista dengan bagian padat
5.
Tumor pada ovarium
Bila ditemukan sifat kista seperti
tersebut diatas maka upaya yang dilakukan dengan pemeriksaan secara berkala
yang meliputi :
1.
Pemeriksaan klinis ginekologik
untuk mendeteksi adanya kista atau pembesaran ovarium lainnya
2.
Pemeriksaan ultrasonografi
(USG) bila perlu dengan alat Doppler untuk mendeteksi aliran darah
3.
Pemeriksaan pertanda tumor
(tumor marker)
4.
Pemeriksaan CT-Scan/ MRI bila
dianggap perlu
2.1.6
Jenis-jenis Kista Ovarium
a.
Kista Nonneoplastik
1.
Kista Folikel
Kista berasal dari Folikel De Graaf yang tidak sampai
berovulasi, namun tumbuh terus menjadi kista folikel, atau dari beberapa
folikel primer yang setelah bertumbuh dibawah pengaruh estrogen tidak mengalami
proses atresia, melainkan membesar menjadi kista. Bagian dalam dinding kista
yang tipis terdiri atas beberapa lapisan sel granulosa, akan tetapi karena
tekanan didalam kista, terjadi artrofi pada lapisan ini, cairan dalam kista
jernih dan sering mengandung estrogen. Oleh karena itu kadang-kadang dapat menyebabkan
gangguan haid. Kista folikel lambat laun mengecil dan dapat menghilang spontan.
Umumnya diameter kista tidak lebih dari 5 cm.
2.
Kista Korpus Luteum
Korpus luteum lambat laun mengecil dan menjadi korpus
albican kista terbentuk karena terjadi perdarahan didalamnya. Kista ini berisi cairan yang berwarna merah coklat.
Dinding kista terdiri atas lapisan kuning, terdiri atas sel-sel luteum yang
berasal dari sel-sel teka. Gejalanya kista korpus luteum antara lain gangguan
haid (Amenorhea) diikuti perdarahan tidak teratur, rasa berat dibagian perut
bawah.
3.
Kista Teka Lutein
Pada mola hidatidosa, koriokarsinoma dan kadang-kadang
tanpa adanya kelainan tersebut, ovarium dapat membesar dan menjadi kistik.
Kista biasanya bilateral dan bisa menjadi sebesar tinju. Tumbuhnya kista ini
ialah akibat pengaruh hormon koriogonadotropin yang berlebihan dan dengan
hilangnya mola atau koriokarsinoma ovarium mengecil spontan.
4.
Kista Inklusi Germinal
Kista ini terjadi karena invaginasi dan isolasi
bagian-bagian kecil dari epitel germinativum pada permukaan ovarium, diameter
kista jarang melebihi diameter 1 cm. Kista terletak dibawah permukaan ovarium,
dindingnya terdiri atas satu lapisan epitel kubik atau torak rendah, dan isinya
cairan jernih dan serus.
5.
Kista Stein-Lavental
Kista Stein Lavental disebabkan oleh gangguan
keseimbangan hormonal umumnya pada penderita terdapat gangguan ovulasi, oleh
karena endometrium hanya dipengaruhi oleh estrogen, hiperplasma endometri
sering ditemukan
b.
Kista Neoplastik
1.
Kistoma Ovarii Simpleks
Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus,
bertangkai, bilateral dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis dan cairan
didalam kista jernih, serus dan berwarna kuning. Pada dinding kista tampak
lapisan epitel kubik. Terapi terdiri atas pengangkatan kista dengan reseksi
ovarium akan tetapi jaringan yang dikeluarkan harus segera diperiksa secara
histologik untuk mengetahui apakah ada keganasan.
2.
Kistadenoma Ovarii Musinosum
Kista menerima darahnya melalui suatu tangkai
kadang-kadang dapat terjadi torsi yang menggambarkan gangguan sirkulasi.
Gangguan ini dapat menyebabkan perdarahan dalam kista dan perubahan degeneratif
yang memudahkan timbulnya perlekatan kista dengan omentum, usus-usus dan
peritoneum pariatele. Dinding kista agak tebal dan berwarna putih keabu-abuan,
pada pembukaan terdapat cairan lendir yang khas, kental seperti gelatih,
melekat dan berwarna kuning sampai coklat tergantung pencampurannya dengan
darah
Dinding kista dilapisi oleh epitel torak tinggi dengan
inti pada dasar sel. Terdapat diantaranya sel-sel yang membundar
karena terisi lendir (globet cells). Sel-sel epitel yang terdapat dalam satu
lapisan mempunyai potensi untuk tumbuh seperti struktur kelenjar. Kelenjar-kelenjar
tersebut menjadi kista-kista baru yang menyebabkan kista menjadi multikoler.
Penanganan terdiri atas pengangkatan tumor, bila cukup
besar biasanya dilakukan pengangkatan ovarium beserta tuba (salpingo-ooforektomi)
tidak dipungsi dahulu untuk mencegah timbulnya psedomiksoma peritonei karena tercemanya isi kista. Setelah kista diangkat dilakukan
pemeriksaan histologik ditempat-tempat yang dicurigai keganasan dan tidak lupa
ovarium yang lain diperiksa pula.
3.
Kistadenoma Ovarii Serosum
Kista berbentuk multikoler meski lazimnya berongga satu.
Warna kista putih keabu-abuan ciri khas kista ini adalah potensi pertumbuhan
papiler kedalam rongga kista sebesar 50% dan keluar pada permukaan kista
sebesar 5% isi kista cair, kuning dan kadang-kadang coklat karena campur darah.
Tetapi pada umumnya sama seperti pada kistadenoma musinosum dan bila perlu
diperiksa sediaan yang dibekukan (frozen section) pada saat operasi untuk
menentukan tindakan selanjutnya pada waktu operasi
4.
Kista Endometroid
Kista biasanya unilateral dengan permukaan licin, pada
dinding dalam terdapat satu lapisan sel-sel yang menyerupai lapisan endometrium
5.
Kista Dermoid
Kista dermoid ialah satu teratoma kistik yang jinak
dimana struktur-struktur ektodermoidnya dengan diferensiasi sempurna seperti
epitel kulit, rambut, gigi dan produk glandula sebesar berwarna putih kuning
menyerupai lemak tampak lebih menonjol dari pada elemen-elemen entoderm dan
mesoderm. Dinding kista berwarna putih keabu-abuan dan agak tipis.
Elemen-elem ektodermal, mesodermal dan entrodermal,
dapat ditemukan kulit, rambut, kelenjar sebasea, gigi (ekstodermal), tulang
rawan, serat otot, jaringan ikat (mesodermal) dan mukora traktus
gastrointestinalis, epitel saluran pernafasan dan jaringan tiroid (entodermal)
terapi pada kista dermoid terdiri atas pengangkatan biasanya dengan seluruh
ovarium.
2.1.7
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan USG sangat berperan dalam
menentukan langkah penatalaksanaan kista ovarium. Dengan USG dapat dilihat
besarnya kista, bentuk kista, isi dari kista dan lain sebagainya. Bila
dilakukan pengangkatan kista dengan cara operasi kemudian tumor, jaringan atau
bagian yang diambil atau diangkat, selalu diperiksa dilaboratorium patologi
anatomi. Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui golongan tumor tersebut jinak
atau ganas dan berperan dalam menentukan stadiumnya yang berguna untuk
menentukan terapi selanjutnya.
Dilakukan juga pemeriksaan petanda
tumor (tumor markers) biasanya pemeriksaan merupakan pemeriksaan darah untuk
mengetahui misalnya kadar tumor marker CA 125 (yang merupakan pemeriksaan rutin
untuk memperkirakan derajat keganasannya). Lalu juga merupakan pemeriksaan
untuk follow up efek terapi pada
kista ovarium. Bila perlu pemeriksaan CT-Scan/ MRS.
2.1.8
Penanganan
Kista dengan diameter dari 5 cm
kemungkinan besar kista tersebut adalah kista nonneoplastik (kista folikel atau
kista korpus luteum). Tidak jarang kista-kista tersebut mengalami pengecilan
secara spontan dan menghilang. Sikap yang hendak diambil menunggu 2 sampai 3
bulan untuk dilakukan pemeriksaan ginekologik berulang. Bila terjadi
peningkatan dalam pertumbuhan kista tersebut, kemungkinan besar kista bersifat
neoplastik dan dapat dipertimbangkan satu pengobatan operatif. Tindakan operasi
pada kista ovarium neoplastik yang tidak ganas ialah pengangkatan kista dengan
mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang mengandung kista.
Kista dengan diameter lebih dari 5 cm
atau ada komplikasi, perlu dilakukan pengangkatan ovarium biasanya disertai
dengan pengangkatan tuba (salpingo-ooforektomi). Pada saat operasi kedua
ovarium harus di periksa untuk mengetahui apakah kista ditemukan pada satu atau
pada dua ovarium. Pada operasi kista ovarium yang diangkat harus segera dibuka,
untuk mengetahui apakah ada keganasan atau tidak. Jika keadaan meragukan, perlu
pada waktu operasi dilakukan pemeriksaan sediaan yang dibekukan (frozen
section) oleh seorang ahli patologi anatomik untuk mendapat kepastian pakah
kista ganas atau tidak.
Jika terdapat keganasan, operasi yang
tepat ialah histerektomi dan salpingo-ooforektomibilateral. Akan tetapi, pada
wanita muda yang masih ingin mendapat keturunan dan dengan tingkat keganasan
kista yang rendah dapat dipertanggung jawabkan untuk mengambil risiko dengan
melakukan operasi yang tidak seberapa radikal.
Tindakan bedah (operasi) yang
dilakukan dapat bervariasi mulai dari ooforektomi uniteral (dextra atau sinistra)
saja sampai pada tindakan histerektomi totalis, salpingo-ooforektomi bilateral
dan omentektomi. Beberapa pertimbangan untuk melakukan pembedahan konservatif
pada kista ganas ovarium antara lain :
1.
Usia muda dan fungsi reproduksi
masih diperlukan
2.
Stadium 14 tidak ada asites,
tidak ada pelekatan, tidak pecah, unilateral, tidak ada pertumbuhan papiler
pada permukaan kista
3.
Penilaian patologi yang
memadai/ adekuat
Bila fungsi reproduksi telah
terpenuhi/ terlampaui, dianjurkan untuk dilanjutkan dengan histerektomi dan
mengangkat sisa ovarium pada kasus-kasus yang telah dilakukan pembedahan
konservatif.
2.2
Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Menurut Helen Varney
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan ketrampilan rangkaian tahapan logis
untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada pasien (Varney, 1997)
Proses manajemen asuhan kebidanan menurut varney terdiri
dari 7 langkah dimana setiap langkah ini disempurnakan secara periodik, ketujuh
langkah manajemen kebutuhan varney adalah sebagai berikut :
2.2.1
Pengkajian
Adalah pengumpulan data yang lengkap
untuk mengevaluasi pasien dan data ini mencakup biodata pasien, riwayat
kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu. Riwayat penyakit diderita, riwayat
ginekologi, riwayat penyakit keluarga, riwayat sosial budaya.
A.
Data Subyektif
1.
Identitas
Data diambil dari pasien yang didapat dari anamnesa
antara petugas kesehatan dengan pasien antara lain :
a.
Nama : Untuk
identifikasi pasien
b.
Umur : Untuk
menentukan faktor risiko usia > 35
tahun
c.
Suku/ Bangsa : Untuk
mengetahui pola kehidupan pasien
d.
Agama : Dilanjutkan agar
bila dalam keadaan darurat segera dapat diketahui
e.
Pendidikan : Berkenaan
dengan motivasi yang diberikan petugas dapat diterima dengan sesuai tingkat
pengetahuannya
f.
Pekerjaan : Untuk
mengetahui bagaimana kehidupan sosial dan ekonominya
g.
Alamat : Untuk mengetahui
tempat tinggal pasien, menjaga kemungkinan bila ada pasien yang namanya sama
2.
Keluhan Utama
Untuk mengetahui apa yang dirasakan pasien sehingga
dapat menentukan diagnosa yang sesuai kebutuhan dan masalahnya
§ Gangguan Haid
§ Rasa nyeri pada perut bagian bawah dan panggul
§ Rasa sakit berhubungan seksual
§ Perdarahan rahim yang abnormal
§ Gangguan buang air besar (konstipasi) dan buang air kecil (sering
BAK)
3.
Riwayat Menstruasi
Untuk mengetahui faal sistem reproduksi (gangguan haid, disminorhoe)
4.
Riwayat Kehamilan, Persalinan
dan Nifas yang Lalu
Untuk mengetahui suami keberapa, umur kehamilan, jenis
persalinan penolong, adakah kelainan, berat badan anak, jenis kelamin lama
meneteki dan KB
5.
Riwayat Penyakit yang Pernah
Diderita
Apakah pasien pernah menderita penyakit menular, menahun
atau menurun
6.
Riwayat Ginekologi
Apakah pasien pernah atau menderita penyakit kandungan
tumor, kista, kanker sebelumnya
7.
Riwayat Penyakit Keluarga
Apakah keluarga mempunyai penyakit menurun, menahun dan
menular, kista, tumor dan kanker
8.
Riwayat Sosial Budaya
Adakah kebiasaan keluarga yang merokok, berganti-ganti
pasangan, kebiasaan hidup
B.
Data Obyektif
Data ini diambil dari hasil pemeriksaan fisik beserta
pemeriksaan diagnostik dan pendukung lain juga catatan medik lain, data objektif meliputi :
1.
Pemeriksaan Umum
Keadaan
Umum : untuk
menilai kesadaran kesehatan secara menyeluruh
TTV : apakah TTV dalam keadaan normal
2.
Pemeriksaan Fisik
Meliputi inspeksi(terlihat benjolan),palpasi(Teraba massa), perkusi
dan auskultasi dari ujung rambut sampai ujung kaki
3.
Pemeriksaan Penunjang
Mengetahui pemeriksaan laboratorium, radiology,
konsultasi dari dokter spesialis atau lain sebagainya.
2.2.2
Interprestasi Data
Yaitu menentukan diagnosa/ masalah
yang ditemukan dari hasil pengkajian data dan kemudian mengidentifikasi
kebutuhan pasien.
2.2.3
Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Langkah ini berdasarkan diagnosa atau
masalah yang sudah teridentifikasi yaitu merupakan kegiatan antisipasi pencegah
jika memungkinkan menunggu, waspada dan persiapan untuk segala sesuatu yang
dapat terjadi.
2.2.4
Identifikasi Kebutuhan Segera
Langkah ini menggambarkan proses
manajemen yang tidak hanya pada pemberian pelayanan dasar pada kunjungan
antenatal secara periodik. Data baru tetap diperoleh dari evaluasi beberapa
data memberi indikasi adanya situasi emergensi, dimana bidan harus bertindak
segera disamping menunggu tindakan dokter.
2.2.5
Intervensi
Berisi tenaga asuhan yang telah
diberikan kepada pasien sesuai diagnosa/ masalah awal yang ada sesuai dengan
protap yang ada.
2.2.6
Implementasi
Berisi tentang asuhan yang telah
diberikan kepada pasien berdasarkan rencana yang telah disusun sebelumnya untuk
menangani masalah/ diagnosa yang telah terindentifikasi.
2.2.7
Evaluasi
Langkah akhir untuk menilai dari awal
hingga akhir kepada pasien apakah sudah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan
pasien atau belum.
Mencakup
S (data subyektif) : Data
yang diambil dari anamnesa/ wawancara dengan pasien atau keluarga
D (data
obyektif) : Data yang diambil dari pemeriksaan fisik
A
(assesment) : Diagnosa yang diambil dari data subyektif dan
obyektif
P
(planning) : Rencana kedepan/ selanjutnya yang akan kita
berikan untuk pasien sesuai kebutuhan atau masalahnya
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
Tanggal : 06
Juli 2009 Jam
: 10.00 WIB Oleh : Nikita W.P
A.
Data Subyektif
1.
Identitas
Nama : Ny “S” Nama
Suami : Tn
“S”
Umur : 40 tahun Umur : 45
tahun
Suku/
Bangsa : Jawa/ Indonesia Suku/
Bangsa : Jawa/
Indonesia
Agama : Islam
Agama : Islam
Pendidikan
: SD Pendidikan : SD
Pekerjaan
: - Pekerjaan : Tani
No.
Register : 002912 Alamat
: Kerek - Tuban
2.
Keluhan Utama
Ibu mengatakan datang sendiri dengan keluhan nyeri perut
sebelah kiri ± 10 bulan yang lalu, makin lama makin membesar dan keras disertai
amenorhea 4 bulan.
3.
Riwayat Menstruasi
Siklus haid : ±
35 hari menarche : ±
14 tahun
Lama haid : ±
14 hari dismenorhea : jarang
Warna : merah HPHT : 4 bulan yang lalu
Bau : anyir
Fluor Albus : ya
(sebelum dan sesudah menstruasi), jernih, tidak bau, banyaknya sekitar CD
bagian bawah basah.
4.
Riwayat Kehamilan, Persalinan,
Nifas yang lalu
No
|
Suami
|
UK
|
Penol
|
Penyul
|
BB lahir
|
Seks
|
H/M
|
Menyusui
|
KB
|
1
|
1
|
9 bln
|
Bidan
|
-
|
± 3000gr
|
♀
|
15thn
|
2 tahun
|
Suntik
|
2
|
1
|
9 bln
|
Bidan
|
-
|
± 2900gr
|
♂
|
10thn
|
1 tahun
|
Suntik
|
5.
Riwayat penyakit yang pernah
diderita
Ibu mengatakan tidak pernah atau menderita penyakit
menahun, menurun dan menular seperti hipertensi, jantung, TBC, paru-paru dan
penyakit kelamin.
6.
Riwayat Ginekologi
Ibu mengatakan mengetahui dirinya mempunyai penyakit
kista pada saat melakukan USG.
7.
Riwayat penyakit keluarga
Ibu mengatakan keluarganya tidak ada yang mempunyai
penyakit kista maupun penyakit yang lainnya.
8.
Riwayat Sosial Budaya
Ibu mengatakan tidak ada masalah dengan keluarga bahkan
sangat mendukung ibu untuk dilakukan
operasi.
B.
Data Obyektif
1.
Pemeriksaan umum
o Keadaan umum : Baik
o Kesadaran : Composmentis
o TD/N/S/RR : 120/90 mmHg, 88x/mnt, 360C, 24x/mnt
2.
Pemeriksaan fisik
a.
Kepala/ rambut : rambut
bersih, hitam, tidak rontok
b.
Muka : tidak
pucat, tidak ada flek-flek hitam
c.
Mata : conjungtiva
tidak pucat, sclera putih
d.
Leher : tidak ada
pembesaran kelenjar tyroid dan vena jogularis
e.
Dada : simetris
f.
Payudara : simetris, tidak
ada benjolan abnormal
g.
Abdomen : teraba benjolan keras bagian sinistra, setinggi
pusat
h.
Genetalia : fluxus
sudah tidak aktif
3.
Pemeriksaan dalam / ginekologis
Pemeriksaan
penunjang :
§ Hasil laboratorium
Hb :12,8 gr%
§ Hasil USG (tanggal : 28 Oktober 2009)
Hepar : besar normal, intensitas
acho parencym tidak meningkat, tepi tajam, permukaan rata, tidak tampak nodule
/ kista.
Kandung Empedu : pancreas dan lien dalam normsl
Kedua Ginjal :
besar normal, intensitas echo cortex tidak meningkat, batas cortex dan sinus
tajam, tidak tampak batu / kista.
Buli-buli : besar normal, batu (-)
Uterus : tidak membesar, massa (-), tampak masa multi cystic supra pubic
diluar buli dan uterus, ukuran 63×70mm, cairan bebas (-)
Kesimpulan : Cystoma Ovari Synistra
3.2 Interprestasi Data
Dx : Kista
Ovarium
Ds : Ibu
mengatakan terdapat benjolan keras pada perutnya, adanya nyeri tekan, adanya
flek-flek dan susah buang air besar disertai ibu tidak mengalami menstruasi
selama 4 bulan.
Do :
-
Terdapat gumpalan darah yang
keluar dari jalan lahir
-
Terdapat benjolan keras kurang
lebih setinggi pusat dan pasien menyeringai kesakitan karena nyeri.
-
Pemeriksaan Penunjang
Hasil USG (tanggal : 28 Oktober
2009)
Uterus : tidak membesar, massa (-),
tampak masa multi cystic supra pubic diluar buli dan uterus, ukuran 63×70mm,
cairan bebas (-)
Kesimpulan : Cystoma Ovari Synistra
3.3 Diagnosa / Masalah Potensial
Syok
3.4 Kebutuhan Tindakan Segera
Kolaborasi dengan
Dokter Obsgyn dalam pemberian therapy :
-
Pro Histerektomi
-
Pasang infuse RL 20 tpm
-
Injeksi Ceftriaxon, skin test
(-)
3.5 Intervensi
Tanggal : 19 April 2010 Jam
: 10.30 WIB
Diagnose : Kista
Ovari
Tujuan : Dalam memberikan asuhan kebidanan
diharapkan pasien kooperatif dengan tindakan atau pemberian terapi yang
diberikan oleh dokter atau bidan.
Kriteria : - Pasien mengerti dan memahami penjelasan dari
petugas kesehatan
-
Pasien dapat mengambil
keputusan yang tepat setelah diberikan penjelasan oleh petugas kesehatan
-
Pasien tidak cemas
-
Pasien siap untuk dilakukan tindakan
medik
1.
Cuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan tindakan
R/ pencegahan infeksi
2.
Jelaskan pada pasien tentang
hasil pemeriksaan
R/ agar pasien mengerti tentang kondisinya
3.
Lakukan informed consent untuk
tindakan pre operasi
R/ persetujuan dilakukan tindakan medis
4.
Kolaborasi dengan dokter obgyn
R/ untuk melakukan tindakan selanjutnya
5.
Persiapan masuk ruang OK
R/ memperlancar jalannya operasi
3.6 Implementasi
Tanggal
|
Implementasi
|
19 April 2010
10.45
12.30
13.00
|
1.
Mencuci tangan sebelum dan
sesudah melakukan tindakan medis
2.
Menjelaskan tentang hasil
pemeriksaan
-
Memberitahu ibu bahwa terdapat
kista dikandungan ibu dari hasil USG tampak adanya kista ovarium.
-
Menjelaskan pada ibu bahwa penyakit
kista tersebut dianjurkan untuk dilakukan pengangkatan kista melalui tindakan
operasi dengan tujuan agar tidak mengalami komplikasi lebih lanjut.
-
Menjelaskan bahwa kista
ovarium adalah suatu kumpulan cairan yang dibungkus kantong didalam organ
reproduksi wanita
-
Menjelaskan penyebab kista
ovarium belum diketahui secara pasti
-
Memberi dukungan dan membantu
mengurangi kecemasan ibu
-
Memastikan ibu mengerti
dengan penjelasan yang diberikan
-
Membantu ibu memutuskan
pilihan apakah setuju dilakukan tindakan operasi
3. Melakukan informed consent atas tindakan medik dari ibu untuk siap dilakukan
operasi
-
Menyuruh ibu dan keluarga (suami)
untuk tanda tangan persetujuan dilakukan tindakan operasi
-
Memberikan lembaran informed
consent
4.
Kolaborasi
dengan dokter Obsgyn untuk dilakukan tindakan selanjutnya : - pasang infuse RL 20
tpm
-
Injeksi ceftriaxon, skin test
(-)
5.
Mempersiapkan pasien masuk
ruang OK, TTV : TD : 130/70 mmHg, N : 88 x/menit, S : 36,7˚C, RR : 24
x/menit.
6.
Pasien masuk ruang OK
|
3.7 Evaluasi
Tanggal : 19 April 2010 Jam : 16.00
WIB
S :
Ibu mengatakan lega setelah dilakukan operasi, ibu juga merasakan nyeri dan
mules pada perutnya.
O : KU : cukup, kesadaran : composmentis, TD :
110/70 mmHg, N : 84 x/menit, S : 36˚C, RR : 24 x/menit, fluxus (-), UT : 50 CC.
A : Ny. “S” 2 jam Post Histerektomi
P : Intervensi Kebidanan : observasi TTV dan
keluhan
Intervensi Kolaborasi dokter Sp.OG :
-
Infuse RL drip metergin 2 ampul
-
Infuse D5 drip metergin 2 ampul
20 tpm
-
Injeksi ceftriaxon 3×1 gram
-
Injeksi alinamin 3×1 ampul
-
Injeksi norages 2×1 ampul
-
Bila kaki sudah bisa digerakkan
minum sedikit-sedikit dan setelah 8jam boleh makan dan minum (diit bubur halus)
-
Pasien pindah IRNA
BAB 4
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Kista ovarium adalah suatu pengumpulan cairan yang
terjadi pada indung telur atau ovarium. Cairan yang terkumpul ini dibungkus
oleh semacam selaput yang berbentuk dari lapisan terluar dari ovarium
(Replubika Online, Zubair Djoerban). Penyebab kista ovarium belum diketahui
secara pasti. Untuk memastikan adanya kista pada organ reproduksi dapat
dilakukan pemeriksaan meliputi.
1.
Pemeriksaan kllinis ginerkologik
2.
Pemeriksaan ultrasonografi
3.
Pemeriksaan pertanda tumor
(tumor marker)
4.
Pemeriksaan CT-Scan/ MRI bila
dianggap perlu
Penanganan kista ovarium bila diameter kurang dari scan
hanya dilakukan menunggu 2 sampai 3 bulan untuk pemeriksaan ginekologik
berulang. Bila kista dengan diameter lebih dari 5 cm atau ada komplikasi perlu
dilakukan pengangkatan ovarium bisanya diserta dengan pengangkatan tuba
(salpingo ooforektomi). Jika terdapat keganasan operasi yang tepat adalah
histerektomi dan salpingo ooforektomi bilateral.
No comments:
Post a Comment