Showing posts with label Kespro. Show all posts
Showing posts with label Kespro. Show all posts

Thursday 1 July 2021

Konsep Dasar Menarche

 2.1    Konsep Dasar Menarche

2.1.1        Pengertian Menarche

Menarche atau menstruasi pertama merupakan salah satu perubahan pubertas yang pasti dialami setiap pada anak perempuan. Usia gadis remaja pada waktu pertama kalinya mendapat haid (menarche) bervariasi lebar, yaitu antara 13-15 tahun, tetapi rata-ratanya 12,5 tahun. Statistik menunjukkan bahwa usia menarche dipengaruhi oleh faktor keturunan, keadaan gizi dan kesehatan umum. Semmelweiss menyatakan bahwa 100 tahun yang lampau usia gadis-gadis Vienna pada waktu menarche berkisar antara 15-19 tahun. Menurut Brown menurunnya usia waktu menarche itu sekarang disebakan oleh keadaan gizi dan kesehatan umum yang membaik dan berkurangnya penyakit menahun. Menarche terjadi ditengah-tengah masa pubertas yaitu masa peralihan dari anak-anak ke dewasa (Wiknjosastro, 2005 : 104).

2.1.2        Faktor yang mempengaruhi usia terjadinya menarche

1.      Faktor internal

a.       Organ reproduksi

Faktor yang mempengaruhi usia terjadinya menarche adalah vagina tidak tumbuh dan berkembang dengan baru, rahim yang tidak tumbuh, indung telur yang tidak tumbuh. Beberapa anak tidak mendapat haid karena vaginanya mempunyai sekat. Tidak jarang ditemukan kelainan lebih komplek lagi dimana gadis tersebut tidak mempunyai rahim atau rahim tidak tumbuh dengan sempurna yang disertai tidak mempunyai lubang kemaluan. Kelainan ini disebut ogenesis genitalis bersifat permanen artinya gadis tersebut tidak akan mendapatkan haid selama-lamanya.

b.      Hormonal

Alat reproduksi wanita merupakan alat akhir (endorgan). Yang dipengaruhi oleh sistem hormonal yang komplek. Rangsangan yang datang dari luar masuk dipusat panca indera diteruskan melalui strioe terminalis menuju pusat yang disebut “Puberitas Inhibitor” dengan hambatan tersebut tidak terjadi rangsangan terhadap  hypotalamus,  yang akan memberikan rangsangan pada “Hipofise pars posterior” sebagai “Mother Of Gland” (pusat kelenjar-kelenjar). Rangsangan yang terus menerus datang ditangkap panca indera, dengan makin selektif dapat lolos menuju hypotalamus dan selanjutnya terus menuju hypotalamus dan selanjutnya terus menuju hipofise anterior (depan) mengeluarkan hormon yang dapat merangsang kelenjar untuk mengeluarkan hormon spesifiknya yaitu kelenjar tyroid memproduksi hormon tiroksin, kelenjar indung teluir memproduksi hormon estrogen dan progesterone, sedangkan kelenjar andrenal menghasilkan hormon andrenalin. Pengeluaaran hormon spesifik sangat penting untuk tumbuh kembang mental dan fisik.

c.       Penyakit 

Beberapa penyakit kronis yang menjadi penyebab terlambatnya haid diantaranya infeksi, kanker payudara dan lain-lain. Kelainan ini menimbulkan berat badan yang sangat rendah sehingga datangnya haid akan tertunda atau tidak datang sama sekali.

2.      Faktor eksternal

a.       Gizi

Setiap orang dalam siklus hidupnya selalau membutuhkan dan mengkonsumsi berbagai bahan makanan yang mengandung zat gizi. Zat gizi mempunyai nilai yang sangat penting yaitu untuk memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan dan perkembangan, terutama bagi mereka yang masih dalam pertumbuhan. Status gizi remaja putri sangat mempengaruhi terjadinya menarche baik dari faktor usia terjadinya menarche, adanya keluhan-keluhan selama menarche maupun lamanya hari menarche (Proverawati, 2009 : 77). Anak-anak perempuan yang mengalami menstruasi pertama sebelum usia 11 tahun berat badannya lebih berat dan badannya lebih tinggi daripada anak perempuan yang mengalami menstruasi pertamanya setelah berusia 13 tahun (Proverawati, 2009 : 67).

b.      Pengetahuan orang tua

Setiap remaja putri yang mengalami transisi kedewasaan atau mulai menampakkan tanda-tanda pubertas terutama menarche akan mengalami kecemasan. Disinilah para orang tua sangat dibutuhkan terutama ibu. Pengetahuan penjelasan dari orang tua tentang apa itu menarche akan mengurangi kecemasan pada remaja putri.

c.       Gaya hidup

Gaya hidup memang berperan penting, pada orang-orang yang mempunyai aktifitas olahraga yang sangat tinggi umumnya menstruasi pertama kali datang terlambat.

2.1.3        Klasifikasi Menarche

Tingkat dalam usia menarche :

1.      Menarche dini

Apabila seorang anak gadis sudah haid sebelum usia 10 tahun.

2.      Menarche rata-rata

Apabila seorang anak gadis mengalami menarche pada usia 10-14 tahun.

3.      Menarche tarda

Apabila seorang anak gadis baru mengalami menarche setelah usia 14 tahun.

(Wiknjosastro H, 2005 : 236).

2.1.4        Fisiologi Menstruasi

Pada tiap siklus haid FSH (Follicle Stimulating Hormone) dikeluarkan oleh lobus anterior hipofisis yang menimbulkan beberapa folikel primer yang dapat berkembang dalam ovarium. Umumnya satu folikel, kadang-kadang juga lebih dari satu, berkembang menjadi folikel de graff yang membuat estrogen. Estrogen ini menekan produksi FSH sehingga lobus anterior hipofisis dapat mengeluarkan hormon gonadotropin yang kedua, yakni LH (Luteinissing Hormone). Dibawah pengaruh LH folikel de graff menjadi lebih matang, mendekati permukaan ovariu dan kemudian terjadilah ovulasi (ovum dilepas oleh ovarium). Setelah ovulasi terjadi, dibentuklah korpus rubrum (berwarna merah oleh karena perdarahan), yang akan menjadi korpus luteum (warna menjadi kuning) dibawah pengaruh hormon-hormon LH dan LTH (Luteotrophic Hormones), suatu hormon gonadotropin juga. Korpus luteum menghasilkan hormon progesteron. Progesteron ini mempunyai pengaruh terhadap endometrium yang telah berpoliferasi dan menyebabkan kelenjar-kelenjarnya berkeluk-keluk dan bersekresi (masa sekresi).

Bila tidak ada pembuahan, korpus luteum berdegenerasi dan ini mengakibatkan bahwa kadar estrogen dan progesteron menurun. Menurunnya kadar estrogen dan progesterone menimbulkan efek pada alteri yang berkeluk-keluk di endometrium. Tampak dilatasi dan statis dengan hiperemia yang diikuti oleh spasme dan iskemia. Sesudah itu terjadi degenerasi serta perdarahan dan pelepasan endometrium yang nekrotik. Proses ini disebut haid atau mensis (Wiknjosastro H, 2005 : 48).

2.1.5        Siklus Menstruasi

Pada siklus menstruasi dengan ovulasi 9terjadi pelepasan telur), hormon estrogen yang dikeluarkan makin lama makin meningkat yang menyebabkan lapisan dalam rahim mengalami pertumbuhan dan perkembangan (fase proliferasi). Peningkatan estrogen ini menekan pengeluaran hormon perangsang folikel (FSH), tetapi merangsang hormon luteinizing (LH) sehingga dapat merangsang folikel de graff yang telah dewasa, untuk melepaskan telur yang disebut sebagai proses ovulasi. Telur ini akan ditangkap oleh rumbai pada tuba fallopii dan dibungkus oleh korona radiata yang akan memberikan nutrisi selama 48 jam. Folikel de graff yang mengalami ovulasi menjadi korpus rubrum dan segera menjadi korpus luteum dan mengeluarkan dua macam hormon indung telur yaitu estrogen dan progesteron.

Hormon estrogen yang menyebabkan lapisan dalam rahim (endometrium) berkembang dan tumbuh dalam bentuk proliferasi, maka setelah dirangsang oleh korpus luteum dengan mengeluarkan estrogen dan progesteron lapisan dalam rahim berubah menjadi fase sekresi, dimana pembuluh darah makin dominan dan mengeluarkan cairan (fase sekresi). Bila tidak terjadi pertemuan antara spermatozoa dan ovum (telur) maka korpus luteum mengalami kematian. Korpus luteum berumur 8 hari, sehingga setelah kematiannya tidak mampu lagi mempertahankan lapisan dalam rahim, oleh karena hormon estrogen dan progesteron berkurang sampai menghilang. Berkurang dan menghilangnya estrogen dan progesteron, menyebabkan terjadi fase vasokonstriksi (pengerutan) pembuluh darah, sehingga lapisan dalam rahim mengalami kekuarangan aliran darah (kematian). Selanjutnya diikuti dengan vasodilitasi (pelebaran pembuluh darah) dan pelepasan darah dalam bentuk perdarahan yang disebut “Menstruasi”.

 


Friday 7 May 2021

pap smear

 2.2              Konsep Dasar Pap Smear

2.3.1        Pengertian Pap Smear

Pap smear merupakan suatu metode untuk pemeriksaan sel cairan dinding leher rahim dengan menggunakan mikroskop untuk mendeteksi kanker serviks, yang dilakukan secara mudah, cepat, tidak sakit, serta hasil akurat (Azmi, 2017).

Tes papanikolau atau pap smear adalah metode skrining ginekologi. Dilakukan pertama kali oeh Georgis papanikolaou untuk menemukan proses-proses premalignant atau pra keganasan dan malignancy atau keganasan di leher rahim bagian rahim bagian luar, dan infeksi dalam leher rahim bagian dalam endometrium. Skrining secara teratur dapat mencegah sebagian besar kasus kanker serviks. Tes pap smear dapat mendeteksi perubahan awal sel leher rahim (displasia) sebelum berubah menjadi kanker. Pap smear juga dapat mendeteksi sebagian besar kanker serviks pada tahap awal (Azmi, 2017).

Pap smear adalah upaya pengambilan cairan dari vagina untuk melihat kelainan sel disekitar leher rahim.

2.3.2        Indikasi Pap Smear

Wanita yang dianjurkan untuk melakukan tes pap smear biasanya mereka yang tinggi aktivitas seksualnya. Namun tidak menjadi  kemungkinan juga wanita yang tidak mengalami aktivitas seksualnya memeriksakan diri. Berikut ini adalah wanita-wanita sasaran pap smear yaitu :

1.        Wanita yang berusia muda sudah menikah atau belum menikah namun aktivitas seksualnya sangat tinggi

2.        Wanita yang berganti-ganti pasangan seksual atau pernah menderita HIV atau kutil kelamin

3.        Wanita yang berusia diatas 30 tahun atau lebih

4.        Wanita yang memakai alat kontrasepsi lebih dari 5 tahun (terutama dengan hormonal dan IUD)

5.        Wanita dengan keputihan kronis

6.        Wanita yang sudah menopouse dan mengeluarkan darah pervaginam

7.        Wanita yang sering berganti-gaanti pasangan seks

8.        Sesering mungkin jika hasil pap smear menunjukkan abnormal sesering mungkin setelah penilaian dan pengobatan prakanker maupun kanker serviks

2.3.3   Tujuan Pap Smear

Tujuan dari deteksi dini kanker servik atau pemeriksaan pap smear ini adalah menemukan adanya kelainan pada mulut leher rahim. Meskipun kanker tergolong penyakit mematikan, namun sebagian besar dokter ahli kanker menyebutkan bahwa dari seluruh jenis kanker, kanker servik termasuk yang paling bisa dicegah dan diobati apabila terdeteksi sejak awal. Oleh karena itu dengan mendeteksi kanker servik sejak dini diharapkan dapat mengurangi jumlah penderita kanker servik (Wijaya dalam Arindi, 2018).

2.3.4        Manfaat Pap Smear

Manfaat pap smear secara rinci dapat dijabarkan sebagai berikut (Azmi, 2017).

1.    Diagnosa dini keganasan

Pap smear berguna dalam mendeteksi dini kanker serviks, kanker korpus endometrium, keganasan tuba fallopi dan mungkin keganasan ovarium.

2.    Perawatan ikutan dari keganasan

Pap smear berguna sebagai perawatan ikutan setelah oprasi dan setelah mendapat kemoterapi dan radiasi

3.    Interpretasi hormonal wanita

Pap smear bertujuan untuk mengikuti siklus menstruasi dengan ovulasi atau tanpa ovulasi, menentukan maturitas kehamilan, dan menentukan kemungkinan keguguran pada hamil muda

4.    Menentukan proses peradangan

Pap smear berguna untuk menentukan proses peradangan pada berbagai infeksi bakteri dan jamur.

2.3.5             Wanita Yang Dianjurkan Pap Smear

Wanita usia subur (WUS) merupakan masa terpenting bagi wanita dan berlangsung kira-kira 33 tahun dimana organ reproduksinya berfungsi dengan baik antara 17-45 tahun. Wanita dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan pap smear ke dokter, baik bagi mereka yang telah melakukan pertama kali berhubungan seksual maupun yang sudah melakukan hubungan seksual (sudah menikah). Wanita yang di anjurkan untuk melakukan pemeriksaan pap smear sebagai berikut :

1.    Wanita yang berusia muda sudah menikah atau belum namun aktivitas seksualnya tinggi

2.    Wanita yang berganti-ganti pasangan seksual atau pernah menderita HPV (Human Papilloma Virus) atau kutil kelamin

3.    Wanita yang berusia subur diatas 35 tahun

4.    Sesering mungkin jika hasil pap smear menunjukkan abnormal

5.    Sesering mungkin setelah penilaian dan pengobatan prakanker maupun kanker serviks

6.    Wanita yang menggunakan pil KB (Arindi, 2018)

2.3.6   Waktu Untuk Melakukan Pap Smear

Pemeriksaan pap smear dapat dilakukan kapan saja pada saat haid karena darah atau sel dari dalam rahim dapat menganggu keakuratan hasil pap smear, namun waktu yang tepat untuk melakukan pap smear adalah satu atau dua minggu setelah berakhir masa menstruasi. Adapun waktu untuk melakukan pap smear secara teratur dari segi usia adalah :

1.        Usia < 21tahun dan aktif seksual : 3 tahun sekali

2.        Usia 21-29 tahun : 3 tahun sekali

3.        Usia 30-65 tahun : 3-5 tahun sekali jia hasil tes sebelumnya negatif

2.3.7   Syarat-Syarat Pap Smear

Syarat yang harus dilakukan dalam pemeriksaan pap smear antara lain :

1.        Mengisi blangko permintaan secara lengkap

2.        Jangan lakukan pemeriksaan lainnya sebelum pengambilan sampel

3.        Sebaiknya dilakukan diluar menstruasi, kecuali pada perdarahan vagiana abnormal sampel dapat diambil dengan melakukan tampon vagina sebelum mengambil sampel

4.        Bila pasien menggunakan obat berupa vagina ovule, harus dihentikan seminggu sebelum pengambilan sampel

5.        Untuk pasien paska persalinan, paska pembedahan atau paska radiasi hanya bisa dilakukan setelah penyembuhan untuk menghindari adanya sel inflamasi yang dapat mengganggu interpretasi pemeriksaan sitologi

6.        Pada kasus yang dicurigai adanya keganasan endometrium, disarankan untuk mengambil sampel padafornik posterior atau melakukan kerokan pada endometrium secara langsung

7.        Sebelum melakukan pemeriksaan, pertama kali akan diminta untuk mengosongkan kandung kemih

8.        Tidak melakukan pemeriksaan pap smear saat sedang hamil sebaiknya dilakukan atau tiga bulan setelah melahirkan atau darah nifas sudah bersih

9.        Tidak melakukan hubungan seksual minimal 2x24 jam (Azmi, 2017).

Monday 23 November 2020

askeb kista ovarium

 

ASUHAN KEBIDANAN

PADA NY. “T” DENGAN KISTA OVARIUM

DI RUANG POLI OBGYNS RSUD Dr KOESMA TUBAN

Tanggal 30 September – 13 Oktober 2013

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Oleh :

NUR HIDAYATI

11.09.1.149.0616

 

 

 

 

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NAHDATUL ULAMA TUBAN

PRODI   D-III KEBIDANAN

Jl.P.DIPONEGORO No.17  TUBAN Telp (0356) 321287

 

TAHUN AJARAN 2011/2012

 

LEMBAR PENGESAHAN

 

          Laporan Asuhan Kebidanan pada Ny. “T” dengan Kista Ovarium di Ruang Poli Obgyns RSUD Dr Koesma Tuban telah disetujui dan disahkan oleh Pembimbing praktek dan pembimbing akademik tanggal 30 September – 13 Oktober 2013.

 

 

 

 

Mengetahui

Pembimbing Praktek

 

 

 

 

SRI JULIATI, Amd.Keb

 

Pembimbing Akademik

 

 

 

 

EVA SILVIANA R., SST, M.Kes

 

 

 

 

 

 

 

 


                                   

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

KATA PENGANTAR

 

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan limpahan rahamt dan HidayahNya dan tak lupa sholawat serta salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Asuhan Kebidanan pada Ny. “T” dengan Kista Ovarium di Ruang Poli Obgyns RSUD Dr Koesma Tuban pada tanggal 30 September – 13 Oktober 2013 dengan tepat waktu.

Dalam penyusunan laporan ini, penulis berusaha dengan semaksimal mungkin dengan menagplikasikan ilmu pengetahuan yang penulis peroleh selama mengikuti perkuliahan baik berdasarkan logika, prinsip-prinsip ilmiah yang telah penulis dapatkan di pendidikan. Hal tersebut juga tidak lepas dari arahan dan bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat : 

1.      dr. Didik Suharsoyo, M.M.MARS selaku Direktur RSNU Tuban yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan tugas praktek di RSNU Tuban

2.      H. Miftahul Munir, SKM, M.Kes selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nahdlatul Ulama Tuban yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan tugas praktek di RSNU Tuban

3.      Eva Silviana R., SST, M.Kes selaku Ka Prodi D III Kebidanan STIKES NU Tuban

4.      Siti Juliati, Amd. Keb selaku Pembimbing Praktik di Ruang Poli Obgyns RSUD Tuban

5.      Orang tua yang selalu memberikan bantuan dan dukungan serta teman-teman yang senantiasa memberikan saran sehingga laporan kegiatan praktek dapat terselesaikan.

Dalam penyusunan laporan ini penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari kesempurnaaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengahrapkan saran dan kritik yang membangun sehingga dalam menyusun makalah berikutnya dapat lebih baik, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri maupun bagi yang membaca dan mempelajari. 

 

 

Tuban,           September  2013

                                                                                                                         Penulis

 

 

 

DAFTAR ISI

 

HALAMAN JUDUL ....................................................................................................  i

HALAMAN PENGESAHAN .....................................................................................  ii

KATA PENGANTAR ..................................................................................................  iii

DAFTAR ISI ................................................................................................................  v

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang ...............................................................................................  1

1.2  Tujuan .............................................................................................................  1

1.3  Ruang Lingkup ...............................................................................................  2

1.4  Metode Penulisan ...........................................................................................  2

1.5  Pelaksanaan ....................................................................................................  3

1.6  Sistematika Penulisan .....................................................................................  3

BAB 2 LANDASAN TEORI

2.1  Konsep Kista Ovarium ...................................................................................  4

2.2  Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Menurut Hellen Varney ........................... 8

BAB 3 TINJAUAN KASUS

3.1  Pengkajian Data ............................................................................................... 15

3.2  Interpretasi Data............................................................................................... 18

3.3  Diagnosa Potensial / Masalah Potensial  .......................................................... 18

3.4  Kebutuhan Segera............................................................................................. 18

3.5  Intervensi ......................................................................................................... 18

3.6  Implementasi .................................................................................................... 19

3.7  Evaluasi ............................................................................................................  20

BAB 4 PENUTUP

4.1  Kesimpulan....................................................................................................... 18

4.2  Saran ................................................................................................................  18

DAFTAR PUSTAKA

 

 

 

 BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1  Latar Belakang

Ovarium merupakan tempat yang umum bagi kista, yang dapat merupakan pembesaran sederhana konstituen ovarium normal, folikel graft, atau korpus luteum, atau kista ovarium dapat timbul akibat pertumbuhan abdomen dari epithelium ovarium.

Pasien dapat melaporkan atau tidak melaporkan nyeri abdomen akut atau kronik. Gejal-gejala tentang rupture kista menstimulasi berbagai kedaruratan abdomen akut, seperti apendisitis, atau kehamilan ektopik. Kista yang lebih besar dapat menyebabkan pembengkakan abdomen dan penekanan pada organ-organ abdomen yang berdekatan.

Pengobatan kista ovarium yang besar biasanya adalah melalui tindakan bedah. Jika ukuran lebar kista kurang dari 5 cm, dan tampak terisi oleh cairan atau fisilogis pada pasien muda yang sehat, kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas ovarium dan menghilangkan kista. Sekitar 98 % lesi yang terjadi pada wanita yang berumur 29 tahun dan yang lebih muda adalah jinak. Setelah usia 50 tahun, hanya 50 % yang jinak. Perawatan pascaoperatif setelah pembedahan untuk mengangkat kista ovarium adalah serupa dengan perawatan setelah pembedahan abdomen, dengan satu pengecualian. Penurunan tekanan intraabdomen yang diakibatkan oleh pengangkatan kista yang besar biasanya mengarah pada distensi abdomen yang berat. Komplikasi ini dapat dicegah sampai suatu tingkat dengan memberikan gurita abdomen yang ketat.

Dari uraian di atas, maka penulis ingin mengetahui lebih banyak bagaimana asuhan kebidanan yang diberikan pada penderita kistoma ovari.

 

1.2  Tujuan

1.2.1     Tujuan Umum

Tujuan pembuatan laporan ini di harapkan mahasiswa melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu dengan kista ovari.

 

 

 

1.2.2     Tujuan Khusus

1.      Mampu melakukan pengkajian yaitu mengumpulkan data subyektif dan obyektif pada Ny “T” dengan kista ovarium.

2.      Mampu mengidentifikasi masalah pada Ny “T” dengan kista ovarium.

3.      Mampu mengidentifikasi masalah potensial pada Ny “T” dengan kista ovarium.

4.      Mampu memberikan tindakan segera pada Ny “T” dengan kista ovarium.

5.      Mampu merencanakan tindakan sesuai dengan prioritas masalah pada Ny “T” dengan kista ovarium.

6.      Mampu melakukan tindakan berdasarkan rencana pada Ny “T” dengan kista ovarium.

7.      Mampu mengevaluasi dari tindakan yang telah dilakukan pada Ny “T” dengan kista ovarium.

 

1.3  Ruang Lingkup

Dalam laporan asuhan kebidanan ini kami membatasi pada Ny “T” dengan kista ovarium di Poli Kandungan RSUD Dr Koesma Tuban.

 

1.4  Metode Penulisan

Dalam penyususan laporan ini, penulis menggunakan metode

1.      Studi pustaka, dengan membaca literature

2.      Mengumpulkan data

a.       Wawancara                 : Tanya jawab dengan pasien dan keluarga

b.      Observasi                    : Mengadakan pengamatan secara langsung

kepada pasien untuk memperoleh data yang benar dan obyektif.

c.       Pemeriksaan fisik        : Meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi    

3.      Sumber data

a.       Primer :     

S          : Tanya jawab dengan pasien

            O         : Observasi tanda-tanda vital dan melakukan pemeriksaan fisik

b.      Sekunder :

Diperoleh dari status pasien

 

 

1.5  Pelaksanaan

Asuhan Kebidanan ini dilaksanakan di Ruang Poli Kandungan RSUD Dr Koesma Tuban pada Tanggal 30 September – 13 Oktober 2013.

 

1.6  Sistematika Penulisan

Bab 1   : Berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan, ruang lingkup, metode penulisan, pelaksanaan praktik, dan sistematika penulisan.

Bab 2   : Berisi landasan teori yang terdiri dari konsep dasar persalinan dan ketuban pecah dini serta konsep dasar asuhan kebidanan menurut Hellen varney.

Bab 3   : Berisi tinjauan kasus yang terdiri dari pengkajian data, interprestasi data, diagnosa potensial, tindakan segera,  intervensi, implementasi dan evaluasi.

Bab 4   : Berisi penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran

Daftar Pustaka

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

TINJAUAN TEORI

 

2.1  Konsep Dasar Kista Ovari

2.1.1     Pengertian Kista Ovari

Kista ovarium secara fungsional adalah kista yang dapat bertahan dari pengaruh hormonal dengan siklus menstruasi. ( Lowdermilk, dkk. 2005 : 273 )

Kista adalah suatu jenis tumor, penyebab pastinya sendiri belum diketahui, diduga seringnya memakai kesuburan. ( Soemadi, 2006 )

Kista adalah suatu jenis tumor berupa kantong abnormal yang berisi cairan atau benda seperti bubur ( Dewa, 2000 )

Kista adalah suatu bentukan yang kurang lebih bulat dengan dinding tipis, berisi cairan atau bahan setengah cair ( Sjamsuhidajat, 1998 ).

Kista Ovarium merupakan suatu pengumpulan cairan yang terjadi pada indung telur atau ovarium. Cairan yang terkumpul ini dibungkus oleh semacam selaput yang terbentuk dari lapisan terluar dari ovarium.(Sarwono, Ilmu Kebidanan 2008)

Kistoma ovari merupakan suatu tumor, baik yang kecil maupun yang besar, kistik atau padat, jinak atau ganas ( Winkjosastro. et.all. 1999 )

 

2.1.2     Etiolgi

Faktor yang menyebabkan gajala kista meliputi :

1.      Gaya hidup tidak sehat, diantaranya :

a.       Konsumsi makanan yang tinggi lemak dan kurang serat

b.      Zat tambahan pada makanan

c.       Kurang olah raga

d.      Merokok dan konsumsi alcohol

e.       Terpapar dengan polusi dan agen infeksius

f.       Sering stress

2.      Faktor genetik

Dalam tubuh kita terdapat gen-gen yang berpotensi memicu kanker, yaitu yang disebut protoonkogen, karena suatu sebab tertentu, misalnya karena makanan yang bersifat karsinogen , polusi, atau terpapar zat kimia tertentu atau karena radiasi, protoonkogen ini dapat berubah menjadi onkogen, yaitu gen pemicu kanker.

 

2.1.3     Jenis-jenis Kista Ovarium

a.       Kista Nonneoplastik

1.      Kista Folikel

Kista berasal dari Folikel De Graaf yang tidak sampai berovulasi, namun tumbuh terus menjadi kista folikel, atau dari beberapa folikel primer yang setelah bertumbuh dibawah pengaruh estrogen tidak mengalami proses atresia, melainkan membesar menjadi kista. Bagian dalam dinding kista yang tipis terdiri atas beberapa lapisan sel granulosa, akan tetapi karena tekanan didalam kista, terjadi artrofi pada lapisan ini, cairan dalam kista jernih dan sering mengandung estrogen. Oleh karena itu kadang-kadang dapat menyebabkan gangguan haid. Kista folikel lambat laun mengecil dan dapat menghilang spontan. Umumnya diameter kista tidak lebih dari 5 cm.

2.      Kista Korpus Luteum

Korpus luteum lambat laun mengecil dan menjadi korpus albican kista terbentuk karena terjadi perdarahan didalamnya. Kista ini  berisi cairan yang berwarna merah coklat. Dinding kista terdiri atas lapisan kuning, terdiri atas sel-sel luteum yang berasal dari sel-sel teka. Gejalanya kista korpus luteum antara lain gangguan haid (Amenorhea) diikuti perdarahan tidak teratur, rasa berat dibagian perut bawah.

3.      Kista Teka Lutein

Pada mola hidatidosa, koriokarsinoma dan kadang-kadang tanpa adanya kelainan tersebut, ovarium dapat membesar dan menjadi kistik. Kista biasanya bilateral dan bisa menjadi sebesar tinju. Tumbuhnya kista ini ialah akibat pengaruh hormon koriogonadotropin yang berlebihan dan dengan hilangnya mola atau koriokarsinoma ovarium mengecil spontan.

4.      Kista Inklusi Germinal

Kista ini terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian-bagian kecil dari epitel germinativum pada permukaan ovarium, diameter kista jarang melebihi diameter 1 cm. Kista terletak dibawah permukaan ovarium, dindingnya terdiri atas satu lapisan epitel kubik atau torak rendah, dan isinya cairan jernih dan serus.

5.      Kista Stein-Lavental

Kista Stein Lavental disebabkan oleh gangguan keseimbangan hormonal umumnya pada penderita terdapat gangguan ovulasi, oleh karena endometrium hanya dipengaruhi oleh estrogen, hiperplasma endometri sering ditemukan

b.      Kista Neoplastik

1.      Kistoma Ovarii Simpleks

Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, bertangkai, bilateral dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis dan cairan didalam kista jernih, serus dan berwarna kuning. Pada dinding kista tampak lapisan epitel kubik. Terapi terdiri atas pengangkatan kista dengan reseksi ovarium akan tetapi jaringan yang dikeluarkan harus segera diperiksa secara histologik untuk mengetahui apakah ada keganasan.

2.      Kistadenoma Ovarii Musinosum

Kista menerima darahnya melalui suatu tangkai kadang-kadang dapat terjadi torsi yang menggambarkan gangguan sirkulasi. Gangguan ini dapat menyebabkan perdarahan dalam kista dan perubahan degeneratif yang memudahkan timbulnya perlekatan kista.

3.      Kistadenoma Ovarii Serosum

Kista berbentuk multikoler meski lazimnya berongga satu. Warna kista putih keabu-abuan ciri khas kista ini adalah potensi pertumbuhan papiler kedalam rongga kista sebesar 50% dan keluar pada permukaan kista sebesar 5% isi kista cair, kuning dan kadang-kadang coklat karena campur darah. Tetapi pada umumnya sama seperti pada kistadenoma musinosum dan bila perlu diperiksa sediaan yang dibekukan (frozen section) pada saat operasi untuk menentukan tindakan selanjutnya pada waktu operasi

4.      Kista Endometroid

Kista biasanya unilateral dengan permukaan licin, pada dinding dalam terdapat satu lapisan sel-sel yang menyerupai lapisan endometrium

 

 

5.      Kista Dermoid

Kista dermoid ialah satu teratoma kistik yang jinak dimana struktur-struktur ektodermoidnya dengan diferensiasi sempurna seperti epitel kulit, rambut, gigi dan produk glandula sebesar berwarna putih kuning menyerupai lemak tampak lebih menonjol dari pada elemen-elemen entoderm dan mesoderm. Dinding kista berwarna putih keabu-abuan dan agak tipis.

Elemen-elem ektodermal, mesodermal dan entrodermal, dapat ditemukan kulit, rambut, kelenjar sebasea, gigi (ekstodermal), tulang rawan, serat otot, jaringan ikat (mesodermal) dan mukora traktus gastrointestinalis, epitel saluran pernafasan dan jaringan tiroid (entodermal) terapi pada kista dermoid terdiri atas pengangkatan biasanya dengan seluruh ovarium.(Sinopsis Obstetri Jilid I)

 

2.1.4     Tanda dan Gejala Kista Ovarium

Kebanyakan wanita dengan kanker ovarium tidak menimbulkan gejala dalam waktu yang lama. Gejala umumnya sangat bervariasi dan tidak spesifik.

a.       Pada stadium awal, gejalanya dapat berupa :

-          Gangguan haid

-          Jika sudah menekan rectum atau VU mungkin terjadi konstipasi atau sering berkemih.

-          Dapat terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang menyebabkan nyeri spontan dan sakit diperut.

-          Nyeri saat bersenggama.

b.      Pada stadium lanjut, gejalanya berupa :

-          Asites

-          Penyebaran ke omentum (lemak perut) serta organ-organ di dalam rongga perut (usus dan hati)

-          Perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan,

-          Gangguan buang air besar dan kecil.

-          Sesak nafas akibat penumpukan cairan di rongga dada.

 

 

 

2.1.5     Penatalaksanaan

a. Terapi konservatif

Di berikan pada pasien dengan kistoma ovarii yang  diameternya kurang dari 5 cm. Pil kontrasepsi yang digunakan untuk mengecilkan ukuran kista. Pemakaian pil kontrasepsi juga mengurangi peluang pertumbuhan kista.

b. Observasi

Jika wanita usia reproduksi yang masih ingin hamil, berovulasi teratur dan tanpa gejala, dan hasil USG menunjukkan kista berisi cairan, dokter tidak memberikan pengobatan apapun dan menyarankan untuk pemeriksaan USG ulangan secara periodic untuk melihat apakah ukuran kista membesar. Pendekatan ini juga menjadi pilihan bagi wanita pascamenopouse jika kista berisi cairan dan diameternya kurang dari 5 cm.

c. Tindakan Medis

Jika kista ovarium tidak menghilang setelah beberapa episode menstruasi, semakin besar, lakukan pemeriksaan ultrasound, nyeri, pada masa postmenopouse, dokter harus segera mengangkatnya. Ada 2 tindakan bedah yang utama, yaitu: Laparoskopi dan Laparatomy.

Pembedahan dimulai dengan teknik pembedahan atau operasi yang dilakukan dengan membuat lubang kecil 3 buah lubang (berdiameter 5-10 milimeter) di sekitar perut pasien. Satu lubang pada pusar digunakan untuk memasukkan sebuah alat yang dilengkapi kamera untuk memindahkan gambar dalam rongga perut ke layar monitor, sementara dua lubang yang lain untuk peralatan bedah yang lain, misalnya laser yang akan mengangkat kista ovarium.

 

2.1.6     Pemeriksaan Penunjang

1. Ultrasonografi

Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak batas tumor, apakah tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kadang kencing, apakah tumor kistik atau solid, dan dapatkah dibedakan pula antara cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang tidak.

2. Laparoskopi

Dengan laparoskopi (alat teropong ringan dan tipis dimasukkan melalui pembedahan kecil di bawah pusar) dokter dapat melihat ovarium, menghisap cairan dari kista atau mengambil bahan percontoh untuk biopsi.

3. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan sekret (yang meliputi: Trichomonas, Candida/jamur, bakteri batang, bakteri kokus, epitel, lekosit, eritrosit, epitel, dan pH) dan hematologi, misalnya: Hb (Hemoglobin).

4. Pemeriksaan Bimanual

Pemeriksaan ini di lakukan menggunakan dua tangan, satu tangan berada di luar dan tangan yang satunya di masukkan ke dalam vagina. Pemeriksaan ini di lakukan untuk mengetahui bentuk dari uterus, nyeri pada adneksa atau tidak,  adakah benjolan yang abnormal pada adneksa.

5. VT ( Vagina Toucher )

Pemeriksaan yang di lakukan dengan menggunakan dua jari yang di masukkan ke dalam vagina untuk mengetahui adakah pembesaran kelenjar bartoloni dan kelenjaer skene.

 

2.1.7     Komplikasi Kista Ovarium

a.       Torsi

Faktor yang menyebabkan torsi bermacam – macam, yang penting adalah faktor faktor dari tumor sendiri, gerakan yang sekonyang – konyang dan gerakan peristaltik dari usus.

b.      Ruptur dari kista

Hal ini jarang terjadi tetapi dapat terjadi secara spontan atau oleh trauma. Pada kedua – duanya disertai gejala sakit, mual dan muntah – muntah.

c.       Superasi dari kista

Kista Dermoid lebih sering dikenal radang, mungkin karena isinya yang merangsang atau mungkin pula berat tumornya yang dapat mengganggu peredaran darah, gejala – gejalanya seperti pada peradangan biasanya, yaitu : sakit, nyeri tekan , perut tegang, demam dan leukositosis, kalau dibiarkan bisa terjadi peritonitis.

d.      Perubahan Keganasan

Dari suatu tumor kistik benigna dapat terjadi keganasan lebih kecil dibandingkan dengan jenis serosum. Biasanya bila terjadi keganasan, berupa Ca. Epidermoid,  kadang – kadang berbentuk sarcoma.

 

 

2.1.8     Faktor Resiko Kista Ovarium

Faktor risiko wanita akan mengalami kista ovarium bahkan terjadi kanker ovarium antara lain :

a.       Wanita yang haid pertama lebih awal dan menopause lebih lambat

b.      Wanita yang tidak pernah atau sulit hamil

c.       Wanita dengan riwayat keluarga menderita kanker ovarium

d.      Wanita penderita kanker payudara dan kolon

e.       Wanita ber KB oral yang berfungsi menekan terjadinya ovulasi

 

2.2  Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Menurut Hellen Varney

                         I.      Pengumpulan Data

A.    Data Subyektif

1.      Identitas

- Nama                  : Meliputi ibu dan suami yang bertujuan untuk

membedakan pasien supaya tidak keliru dengan pasien lain.

- Umur                   : Untuk mengetahui usia pasien dan mendeteksi resiko

tinggi

- Bangsa/Suku       : Mengenal adat kebiasaan dan kandungan yang

dilakukan.

- Agama                : Berhubungan dengan perawatan pasien dalam

Kegawat daruratan kepada siapa pasien berhubungan.

- Pendidikan          : Dapat memberikan penjelasan dan motivasi yang

sesuai dengan tingkat pengetahuan.

- Pekerjaan            : Mengetahui taraf hidup dan sosial ekonomi pasien

untuk menentukan langkah selanjutnya.

- Alamat                : Untuk mengetahui pasien tinggal dimana, menjaga

kemungkinan bila ada pasien yang namanya sama.

2.      Keluhan Utama

Untuk mengetahui apa yang dirasakan pasien sehingga dapat menentukan diagnosa yang sesuai kebutuhan dan masalahnya.

Ibu mengatakan merasakan adanya : Gangguan Haid, Rasa nyeri pada perut bagian bawah dan panggul, Perdarahan rahim yang abnormal, Gangguan buang air besar (konstipasi) dan buang air kecil (sering BAK)

3.      Riwayat Menstruasi

Untuk mengetahui faal sistem reproduksi (gangguan haid, disminorhoe).Pada pasien yang menderita kista ovarium mengalami gangguan haidh.perdarahan pervaginam yang abnormal.

4.      Riwayat Kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Untuk mengetahui suami keberapa, umur kehamilan, jenis persalinan penolong, adakah kelainan, berat badan anak, jenis kelamin lama meneteki dan KB

5.      Riwayat penyakit yang pernah diderita

Apakah pasien pernah menderita penyakit menular, menahun atau menurun. Salah satu penyakit yang dapat menyebabkan terjadinya kista ovarium adalah kanker ovarium.

6.      Riwayat penyakit keluarga

Apakah keluarga mempunyai penyakit menurun, menahun dan menular, kista, tumor dan kanker sebelumnya.

7.      Riwayat Sosial Budaya

Adakah kebiasaan keluarga yang merokok, berganti-ganti pasangan, kebiasaan hidup

8.      Pola Kehidupan Sehari-hari

-          Pola Nutrisi

Makan teratur  3x sehari dengan menu dan gizi seimbang tidak usah tarak.

-          Pola Eliminasi

BAB dan BAK teratur serta tidak ada masalah.

-          Pola Istirahat

Tidur siang 1 – 2 jam dan tidur malam 78 jam.

-          Pola Aktivitas

Melakukan aktivitas rutin seperti biasa, jangan sampai kecapekan serta mengurangi aktivitas yang memberatkan.

-          Pola Personal Hygiene

Menjaga kebersihan badannya yaitu dengan cara mandi 2-3 kali sehari dan ganti baju dua kali.

 

 

B.     Data Obyektif

1.      Pemeriksaan Umum

Keadaan Umum    : Untuk menilai keadaan, kesehatan secara   menyeluruh

Suhu                      : Suhu tinggi menandakan adanya infeksi

Pernafasan             : Cepat, lebih dari 24 x/menit

Nadi                      : Lebih dari 100 x/menit

Tekanan darah        : Mengetahui tekanan darah ibu.

2.      Pemeriksaan Fisik

a.       Inspeksi

-          Rambut       : warna, kebersihan, rontok / tidak

-          Muka          : adakah cloasma gravidarum / tidak, konjungtiva

pucat / tidak sklera ikterus/tidak, adakah oedema muka / tidak, adakah tanda dehidrasi / tidak

-          Leher          : adakah pembesaran kelenjar tiroid, vena jugularis

dan kelenjar limfe atau tidak

-          Payudara     : bagaimana bentuk payudara, apakah ada benjolan

abnormal atau tidak, pada putting susu apakah ada keluaran pus atau tidak

-          Perut           : bagaimana bentuknya, warna linea, adakah strie dan

adakah luka parut

-          Vulva          : warna luka kehitaman, atau merah muda adakah luka

parut, varises, odema atau tidak, apakah ada keluaran pervaginam. Pada kasus ini keluar cairan berwarna jernih dari alat kelamin ibu.

-          Anus           : adakah hemoroid

-          Ekstremitas : apakah ada varices / oedema

janin dalam PAP

3.      Data Penunjang

                      II.      Interpretasi Data

Menentukan diagnosa/ masalah, langkah ini dikembangkan dari interpretaasi data kedalam identifikasi yang spesifik mengenai masalah atas diagnosa.

Data Dasar :

Ds     : berdasarkan anamnesa dan keluhan yang di alami oleh klien.

Do    : berdasarkan hasil pemeriksaan fisikdan pemerksaan penunjang.

                   III.      Masalah Potensial

      Mengantisipasi masalah potensial/diagnosa potensial lainnya yang mungkin terjadi karena masalah/diagnosa yang telah diidentifikasi, yaitu :

-          Kistoma Ovarii dengan diameter  > 10 cm

-          Kanker Ovarium

 

                   IV.      Kebutuhan Segera

Menilai adanya kebutuhan untuk interpretasi oleh dokter, bidan / tenaga kesehatan lainnya, atau tindakan konsultan dengan dokter berdasarkan kondisi klien, yaitu :

-          Konseling

-          Konsultasi

-          Kolaborasi

 

                      V.      Intervensi

Untuk merencanakan asuhan yang telah direncanakan secara menyeluruh dengan efisien dan aman sesuai perencanaan, kolaborasi dengan dokter SpOG untuk melakukan tindakan.

 

                   VI.      Implementasi

Pada langkah ini melakukan rencana asuhan yang telah disusun dengan baik dan efisien.

 

                VII.      Evaluasi

Mengevaluasi keektifan dari asuhan yang diberikan mengulangi kembali dengan benar proses penatalaksanaan bagi aspek asuhan yang telah dilakukan tetapi ternyata tidak efektif evaluasi berdasarkan tujuan atau hasil yang diharapkan.

Subyektif ( S )       : data yang didapat dari pernyataan pasien secara langsung.

Obyektif ( O )       : data yang diperoleh dari hasil observasi dan pemeriksaan.

Assesment ( A )    : pernyataan gangguan yang terjadi atas data S dan data O

Planning ( P )        : perencanaan yang ditentukan sesuai dengan masalah yang

terjadi.

 

 

 

BAB III

TINJAUAN KASUS

 

3.1  Pegkajian Data

Tanggal : 03 Okt 2013            Jam      : 08.15 WIB                Oleh    : Nur Hidayati

A.    Data Subyektif

1.      Identitas

Nama klien      : Ny. “T”                     Nama suami    : Tn. “A

Umur               : 38 th                          Umur               : 39 th

Agama             : Islam                         Agama             : Islam

Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia       Suku / bangsa  : Jawa / Indonesia

Pendidikan      : SD                             Pendidkan       : Belum / tidak Sekolah

Pekerjaan         : Tani                           Pekerjaan         : Tani

No. Register    : 07.26.23                    Alamat                        : Bektiharjo-Semanding

2.      Keluhan Utama

Ibu mengatakan ingin kontrol ulang kista dan merasa nyeri pada perut bagian bawah.

3.      Riwayat Menstruasi

Siklus              : ± 28 hari                    Menarche        : 12 th

Lama               : 4 hari                         HPHT              :  Lupa

Warna              : Merah segar               Dysmenorhea  : Tidak ada

Bau                  : Anyir                         Flour Albus     : Tidak ada

4.      Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu

No

Suami ke

UK

Penol

Jen. Persal

Penyul

BB / PB

Jen. Kel

H/M

menetek

ket

1.

2.

9bln

9bln

Bidan

Bidan

Spt

Spt

-

-

 

17th

5th

2th

2th

KB Suntik 3 bln

 

5.      Riwayat Penyakit yang Pernah diderita

Ibu mengatakan sedang menderita penyakit  tumor  kandungan.

6.      Riwayat Penyakit Keluarga

Ibu mengatakan keluarganya tidak ada yang mempunyai penyakit kista , kanker payudara, kenker ovarium dsb.

7.      Pola Kehidupan Sehari-hari

-          Pola Nutrisi

bu mengatakan  makan 3 – 4 x / hari dengan menu biasa dan gizi seimbang yaitu nasi, lauk, sayur,dan buah.

-          Pola Eliminasi

Ibu mengatakan  BAB 1 kali per hari, dan BAK 6 – 7 kali per hari.

-          Pola Istirahat

Ibu mengatakan tidur siang 1 – 2 jam dan tidur malam 67 jam.

-          Pola Aktivitas

Ibu mengatakan hanya melakukan aktifitas rumah tangga seperti menyapu, mengepel, mencuci.

-          Pola Personal Hygiene

Ibu mengatakan mandi 2-3 kali sehari dan ganti baju dua kali.

B.     Data Obyektif

1.      Pemeriksaan Umum

Kesadaran : Composmentis

KU            : Baik

TTV          : TD            :­­­110/80 mmHg                        Suhu : 36,5˚C

                    Nadi        : 84 x/Menit                             RR    : 20x/menit

2.      Pemeriksaan Fisik

a.       Inspeksi

-          Rambut                              : Hitam, bersih, tidak ada ketombe

-          Mata                     

-          Conjungtiva                 : Merah muda

-          Sclera                          : Putih

-          Mulut        

-          Gigi                             : Tidak ada caries

-          Stomatitis                     : Tidak ada

-          Bibir kering                 : Tidak ada

-          Lidah pucat                 : Tidak ada

-          Leher

-          Pembesaran vena jugularis                 : Tidak ada

-          Pembesaran kelenjar Tyroid               : Tidak ada

-          Pembesaran kelenjar limfe                  : Tidak ada

-          Payudara

-          Bentuk                                     : Simetris

-          Areola                                     : Hiperpigmentasi

-          Putting susu                             : Menonjol

-          Keluaran                                 : Tidak ada

-          Perut

-          Strie                                         : Lividae

-          Linea                                       : Nigra

-          Luka Parut                              : Tidak ada

-          Vulva

-          Warna                                    : Ungu kebiruan

-          Luka parut                             : Tidak ada

-          Keluaran                                : Tidak ada

-          Varises                                   : Tidak ada

-          Odema                                   : Tidak ada

-          Kelainan                                : Tidak ada

-          Anus

-          Hemoroid                              : Tidak ada

-          Ekstermitas atas dan bawah

-          Varises                                   : Tidak ada

-          Odema                                   : Tidak ada

b.      Palpasi

-          Abdomen                                : Teraba massa dalam uterus

3.      Pemeriksaan Penunjang

Hasil USG

Uterus             : Antefleksi

Kistoma Ovari : Diameter 5 cm

 

3.2  Interpretasi Data

Dx                   : P2002 dengan Kistoma Ovarii.

Ds                    : Ibu mengatakan ingin kontrol ulang kista dan merasa nyeri pada perut

Bagian bawah.

 

 

Do                   :  KU   : Baik

Kesadaran                : Composmentis

TD                            : 110/80 mmHg

Nadi                         : 84x/menit

Suhu                         : 36,5°C

RR                            : 20x/menit

Palpasi                      : Teraba massa di uterus

USG                         : Kistoma Ovarii dengan diameter  4 cm

Masalah           : -

Kebutuhan      : -

 

3.3  Diagnosa / Masalah Potensial

-

3.4  Kebutuhan Segera

-

3.5  Intervensi

Tanggal   : 03 Oktober 2013                           jam : 08.20 WIB

Tujuan             : Setelah dilakukan Asuhan Kebidanan  ± 30 menit diharapkan ibu bisa

mengerti dengan penjelasan yang di berikan oleh dokter dan bidan.

Kriteria            : - Ibu memahami penjelasan yang di berikan oleh bidan dan dokter.

- Tidak terjadi komplikasi

NO

Intervensi

Rasional

1.

2.

3.

 

4.

Jalin komunikasi terapeutik

Lakukan pemeriksaan

Kolaborasi dengan dokter SpOG untuk melakukan USG dan memberikan terapi

Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu

·   Pasien merasa nyaman.

·   Mengetahui keadaan yang abnormal.

·   Mengetahui seberapa besar kista dan memberikan terapi yang tepat.

·   Ibu mengerti tentang kondisinya.

 

3.6  Implementasi

Tgl/Jam

Implementasi

Paraf

03 Okt 2013

08.25 WIB

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

1.      Menjalin komunikasi terapeutik dengan klien sehingga klien bisa lebih kooperatif.

2.      Melakukan pemeriksaan pada klien yaitu :

KU: Baik

TD : 110/80 mmHg

S    : 36,5 0C

N   : 84 x / menit

Palpasi : teraba massa di uterus

3.      Melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG untuk melakukan :

a.       USG :

-          Kistoma Ovarii dengan diameter 5 cm

-          Uterus : antefleksi

b.      Terapi :

-          Konservatif yaitu dilakukan observasi kistanya setiap 3 bulan sekali

4.      Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa diameter kistanya 5 cm dan menganjurkan ibu untuk mengurangai aktivitasnya sehingga ibu tidak mudah lelah dan perbanyak istirahat.

Ibu harus kontrol ulang setiap 3 bulan sekali untuk observasi kista nya.

 

 

3.7  Evaluasi

Tanggal : 03 Oktober 2011             Jam : 11.00 WIB

       

S     : Ibu mengetahui kondisinya saat ini

O    : Ibu dapat mengulangi penjelasan yang di sampaikan oleh dokter dan bidan.

A    : P2002 dengan kistoma ovari konservatif

P     : - Memberi HE tentang :

-          Nutrisi

-          Personal hygiene

-          Istarahat

-          Aktivitas cukup

-          Hubungan sexual

-  Follow up 3 bulan lagi di poli kandungan, yaitu pada tanggal 03 Desember 2013

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Manuaba, IBG. 1998. Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana.

EGC. Jakarta

Prawirohardjo, Sarwono. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Arif Mansjoer. 2000. Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta: Media Aesculapius

 

 

 

 

Askeb ANC Covid

  BAB III TINJAUAN KASUS 3.1     Pengkajian Hari / tanggal    : Senin, 20 Mei 2021                                           Jam   : 1...