Showing posts with label psikologi. Show all posts
Showing posts with label psikologi. Show all posts

Thursday 6 May 2021

perubahan

Teori Perubahan

Roger (1962) (dalam notoatmodjo, 2003) mengembangkan teori dari Lewin (1951) tentang tahap perubahan dengan menekankan pada latar belakang individu yang terlibat dalam perubahan dan lingkungan dimana perubahan tersebut dilaksanakan. Roger menjelaskan 5 tahap dalam perubahan yaitu kesadaran, keinginan, evaluasi, mencoba dan penerimaan atau dikenal juga sebagai AIETA (Awreness, Interest, Evaluation, Trial, and Adoption). Menurut Roger E untuk mengadakan suatu perubahan perlu ada langkah yang ditempuh sehinggah harapan atau tujuan akhir dari perubahan dapat tercapai.

Langkah-langkah tersebut antara lain:

1.        Tahap Awarness

Tahap ini merupakan tahap awal yang mempunyai arti bahwa dalam mengadakan perubahan di perlukan adanya kesadaran untuk berubah apabila tidak ada kesadaran untuk berubah, maka tidak mungkin tercipta suatu perubahan.

2.        Tahap Interst

Tahap yang kedua dalam mengadakan perubahan harus timbul perasaan minat terhadap perubahan yang dikenal, timbul minat yang mendorong dan menguatkan untuk berubah.

3.        Tahap Evaluasion

Pada tahap ini terjadi penilaian terhadap suatu yang baru agar tidak terjadi hambatan yang akan ditemukan selama mengadakan perubahan yang dikena, evaluasi ini dapat memudahkan tujuan dan langkah dalam melakukan perubahan.

4.        Tahap Trial

Tahap ini merupakan tahp uji coba terhadap suatu yang baru atau hasil perubahan dengan harapan suatu yang baru dapat diketahui hasilnya sesuai dengan kondisi atau situasi yang ada dan memudahkan untuk diterima oleh lingkungan.

5.        Tahap Adoption

Tahap ini merupakan tahap terakhir dari perubahan yaitu proses penerimaan terhadap suatu yang baru setelah dilakukan uji coba dan merasakan adanya manfaat dari suatu yang baru sehingga selalu mempertahankan hasil perubahan.

Roger (1962) percaya bahwa proses penerimaan terhadap perubahan lebih kompleks dari tahap yang dijabarkan Lewin (1951). Terutama pada setiap individu yang terlibat dalam proses perubahan dapat menerima atau menolaknya. Meskipun perubahan dapat diterima, mungkin saja suatu saat akan ditolak setelah perubahan tersebut dirasakan sebagai hal yang menghambat keberadaannya.

Roger mengatakan bahwa perubahan yang efektif tergantung individu yang terlibat, tertarik dan berupaya selalu untuk berkembang dan maju serta mempunyai suatu komitmen untuk bekerja dan melaksankannya.

Wednesday 5 May 2021

self efficacy

 1.2         Konsep Dasar Self Efficacy

1.2.1   Definisi Self Efficacy

Albert Bandura (dalam Baron dan Byrne, 2004) mencetuskan teori tentang efikasi diri (self efficacy), yaitu perasaan akan kemampuan kita dalam mengerjakan suatu tugas, perasaan bahwa diri kita kompeten dan efektif (Ariswanti, 2016).

Menurut Bandura self efficacy adalah keyakinan yang dipegang seseorang tentang kemampuannya dan juga hasil yang akan ia peroleh dari kerja kerasnya mempengaruhi cara mereka berprilaku (dalam Anggrosowani, 2019).

Menurut Alwisol mendefinisikan self efficacy adalah penilaian, apakah dapat melakukan tindakan yang baik dan buruk, tepat atau salah, bisa atau tidak mengerjakan sesuai dengan dipersyaratkan. Efficacy ini berbeda dengan aspirasi (cita-cita), karena cita-cita menggambarkan sesuatu yang ideal yang seharusnya dapat dicapai, sedangkan efficacy menggambarkan penilaian kemampuan diri (dalam Anggrosowani, 2019).

Sedangkan menurut Feist menyatakan bahwa self efficacy sebagai “keyakinan individu bahwa mereka mampu untuk melakukan suatu tindakan yang akan menghasilkan sesuatu yang diharapkan”. Manusia bertindak dalam situasi bergantung pada hubungan timbal balik dari prilaku, lingkungan, dan kondisi kognitif, terutama faktor-faktor kognitif yang berhubungan dengan bahwa mereka mampu atau tidak mampu melakukan suatu tindakan untuk menghasilkan pencapaian yang diinginkan dalam suatu situasi (dalam Anggrosowani, 2019).

1.2.2   Dimensi Self Efficacy

1.    Dimensi tingkat (Level / Magnitude)

Dimensi ini mengacu pada derajat kesulitan tugas individu, yang mana individu merasa mampu untuk melakukannya. Penelitian self efficacy pada setiap individu akan berbeda-beda, baik pada saat menghadapi tugas yang mudah atau tugas yang sulit. Ada individu yang memiliki self efficacy tinggi hanya pada tugas yang bersifat mudah dan sederhana, namun ada pula yang memiliki self efficacy tinggi pada tugas yang bersifat sulit dan rumit. Individu dapat merasa mampu melakukan suatu tugas mulai dari tugas yang sederhana, agak sulit, dan teramat sulit.

Hal ini akan disesuaikan dengan batas kemampuan yang dirasakan untuk memenuhi tautan perilaku yang dibutuhkan bagi masing-masing tingkat tuntutan tugas dapat dikalsifikasikan berdasarkan tingkat kepandaian/kecerdikan, usaha, ketepatan, prokdutifitas, dan pengaturan diri (self efficacy). Mengingat pentingnya program pap smear sebagai upaya pencegahan kanker serviks PUS/LC dapat atau tidak melakukan pemeriksaan tersebut berdasarkan keyakinan masing-masing.

2.    Dimensi kekuatan (strenght)

Dimensi ini menunjuk pada beberapa yakin individu dalam menggunakan kemampuannya pada pengerjaan tugas. Dengan self efficacy, kekuatan untuk usaha yang lebih besar mampu di dapat. Individu yang memiliki keyakinan yang kurang kuat untuk menggunakan kemampuan yang dimilikinya dapat dengan mudah menyerah apabila menghadapi hambatan dalam menyelesaikan suatu tugas. Sebaliknya, individu yang memiliki keyakinan yang kuat akan kemampuannya akan terus berusaha meskipun menghadapi satu hambatan. Dengan adanya motivasi dalamdiri (niat) LC dalam upaya pencegahan penyakit kanker serviks dan berbagai dukungan dari keluarga (terutama suami), teman, atau petugas kesehatan setempat tentunya akan mampu menjalani pap smear.

3.    Dimensi Generalitasi (Generality)

Generalty menjelaskan keyakinan individu untuk menyelesaikan tugas-tugas tertentu dengan tuntas dan baik. Disini setiap individu memiliki keyakinan yang berbeda-beda sesuai dengan tugas-tugas yang dilakukan bisa berbeda dan  tergantung dari persamaan derajat aktivitas, kemampuan yang di ekspresikan dalam hal tingkah laku, pemikiran dan emosi, kualitas dari situasi yang ditampilkan dan sifat individu dalam tingkah laku secara langsung ketika menyelasaikan tugas. Dengan melihat pengalaman (hasil tes) dari orang lain serta pengetahuan yang cukup akan menimbulkan keberanian akan pemeriksaan pap smear dengan rutin tanpa adanya suatu paksaan.

1.2.3        Sumber-Sumber Terbentuknya  Self Efficacy

Berdasarkan teori self efficacy Bandura (dalam Anggrosowani, 2019) menyebutkan keyakinan efficacy turut berkembang sepanjang hayat. Self efficacy pribadi itu didapatkan, dikembangkan atau diturunkan melalui salah satu atau dari kombinasi dari empat sumber berikut : 

1.    Pengalaman Penguasaan

Keberhasilan membangun keyakinan yang kuat akan kemanjuran pribadi seseorang. Kegagalan merusaknya, terutama jika kegagalan terjadi sebelum rasa kemanjuran mapan. Jika orang hanya mengalami kesuksesan yang mudah, mereka datang untuk mengharapkan hasil yang cepat dan  mudah berkecil hati karena kegagalan.  Rasa kemanjuran yang tangguh membutuhkan pengalaman dalam mengatasi hambatan melalui upaya gigih. Tujuan dalam mengajarkan bahwa kesuksesan biasanya membutuhkan upaya yang berkelanjutan. Setelah orang menjadi yakin mereka memiliki apa yang diperlukan untuk berhasil, mereka bertahan dalam menghadapi kesulitan dan dengan cepat rebound dari kemunduran. Dengan bertahan melalui masa-masa sulit, mereka muncul lebih kuat darinya kesulitan.

2.    Model Sosial

Melalui penglaman perwakilan yang disediakan oleh model sosial. Melihat orang yang mirip dengan dirinya berhasil oleh upaya berkelanjutan menimbulkan keyakinan bahwa mereka juga memiliki kemampuan yang sebanding untuk berhasil. Dengan cara yang sama, mengamati kegagalan orang lain meskipun upaya yang tinggi menurunkan penilaian pengamat atas kemanjuran mereka sendiri dan melemahkan upaya mereka. Dampak pemodalan pada persepsi self efficacy sangat dipengaruhi oleh kesamaan yang dirasakan dengan model. Itu semakin persuasif keberhasilan dan kegagalan model. Jika orang melihat model sangat berbeda dari diri mereka yang dirasakan self efficacy mereka tidak banyak dipengaruhi oleh prilaku model dan hasil yang dihasilkannya. Pengaruh pemodalan lebih dari sekedar memberikan standar sosial yang dapat digunakan untuk menilai seseorang untuk kemampuan diri sendiri.

3.    Persuasi Verbal

Cara ketiga untuk memperkuat self efficacy adalah dengan persuasi verbal. Persuasi verbal berhubungan dengan dorongan atau hambatan yang diterima oleh seseorang dari lingkungan sosial yang berupa pemaparan mengenai penilaian secara verbal dan tindakan  dari orang lain, baik secara disengaja maupun tidak disengaja. Individu mendapat bujukan atau sugesti untuk percaya bahwa ia dapat mengatasi dihadapinya. Persuasi verbal ini dapat mengrahkaan individu untuk berusaha lebih gigih untuk mencapai tujuan dan kesuksesan. Sumber yang dipercaya pengaruhnya dalam meningkatkan self efficacy, semakin dipercaya sumber persuasi verbal maka akan semakin berpengaruh pada self efficacy begitu pun selanjutnya.

4.    Kondisi Fisik dan Emosi

Faktor terakhir yang mempengaruhi self efficacy adalah kondisi fisik dan emosi (somatic and emotional state). Seseorang juga mengandalkan pada kondisi fisik dan emosi untuk menilai kemampuan mereka. Reaksi stres dan ketegangan akan dianggap sebagai tanda bahwa mereka akan memiliki performa yang buruk, sehingga akan menurunkan self efficacy.

Dalam aktivitas yang melibatkan kekuatan  dan stamina, orang akan menilai kelelahan, dan rasa sakit mereka sebagai tanda dari kelemahan. Dalam hal ini bukan reaksi fisik dan emosi yang penting, tetapi bagaimana mereka megetahui dan mengartikan kondisi fisik dan emosi mereka, tetapi bagaimana mereka mengetahui dan mengartikan kondisi fisik dan emosi mereka. Seseorang yang yakin akan kondisi emosi dan fisik mereka akan mempunyai self efficacy yang lebih besar, sedangkan  mereka yang ragu dengan keadaan mereka maka akan melemahkan self efficacy mereka.

1.2.4   Proses Terjadinya Self Efficacy

Dalam penelitian Bandura pada tahun 1994 mengemukakan bahwa terdapat empat proses psikologis dalam self efficacy yang turut berperan dalam diri manusia yaitu :

1.    Proses Kognitif

Proses kognitif merupakan proses berfikir, di dalamnya pemerolehan, pengorganisasian, dan penggunaan informasi. Sebagian besar tingkah laku individu diatur oleh pemikiran mengenai tujuan yang ingin dicapai. Tujuan tersebut dipengaruhi oleh penilaian diri mengenai kapabilitas atau kemampuan yang dimilikinya. Perolehan informasi mengenai dunia kerja dan karir secara umum tersebut di organisasikan oleh proses kognitif.

Keyakinan diri mempengaruhi bagaimana individu tersebut menafsirkan keadaaan, membentuk skenario, dan memvisualisasikan masa depan yang direncanakan. Informasi dari hasil pengorganisasian tersebut menjadi pengetahuan dasar yang akan digunakan sebagai alternatif pilihan karirnya. Selanjutnya individu mengevaluasinya alternatif-alternatif tersebut.

Fungsi kognitif adalah memungkinkan individu untuk memprediksikan suatu kejadian dan mengembangkan cara untuk mengontrol hal-hal yang dapat mempengaruhi kehidupan mereka. Untuk dapat memprediksi dan mengembangkan cara tersebut diperlukan pemprosesan informasi melalui kognitif. Proses kognitif ini juga dipengaruhi oleh bagaimana kepribadian yang dimiliki oleh seseorang. Bagaimana cara pandangnya, baik itu terhadap dirinya maupun orang lain dan kejadian disekitarnya berhubungan dengan self efficacy seseorang dalam suatu aktivitas tertentu melalui mekanisme self efficacy.

2.    Proses Motivasi

Kebanyakan motivasi manusia dibangkitkan melalui kognitif atau pikiran. Individu memberi motivasi atau dorongan bagi diri mereka sendiri dan mengarahkan tindakan melalui tahap-tahap pemikiran sebelumnya. Mereka membentuk suatu keyakinan tentang apa yang dapat mereka lakukan. Mengantisipasi hasil dari suatu tindakan, membentuk tujuan bagi diri mereka sendiri dan merencanakan tindakan-tindakan yang diperlukan dalam mencapai tujuan.

3.    Proses Afeksi

Proses afektif merupakan proses pengaturan kondisi emosi dan reaksi emosional. Keyakinan individu akan kemampuan coping mereka, turut mempengaruhi tingkatan stress dan deprsi seseorang saat mereka menghadapi situasi yang sulit. Persepsi self efficacy tentang kemampuannya mengontrol sumber stress memiliki peranan akan kemampuannya untuk mengontrol situasi cenderung tidak memikirkan hal-hal yang negatif. Mereka cepat menyerah dalam menghadapi masalah dalam hidupnya dan merasa usahanya tidak efektif.

Individu yang merasa dalam merasa tidak mampu mengontrol situasi cenderung mengalami tingkat kecemasan yang tinggi, selalu memikirkan kekurangan mereka, memandang lingkungan sekitar penuh dengan ancaman, membesar-besarkan masalah kecil, dan terlalu cemas pada hal-hal kecil yang sebenarnya jarang terjadi. Individu dengan self efficacy yang sangat rendah tidak akan mencoba untuk mengatasi masalahnya, karena mereka percaya apa yang mereka lakukan tidak akan membawa perbedaan.

4.    Proses Seleksi

Manusia merupakan bagian dari lingkungan tempat dimana mereka berbeda. Kemampuan individu untuk memilih aktivitas dan situasi tertentu, turut mempengaruhi dampak dari suatu kejadian. Individu cenderung menghindari aktivitas dan situasi yang diluar batas kemampuan mereka. Bila individu merasa yakin bahwa mereka mampu menangani suatu situasi, maka mereka cenderung tidak menghindari situasi tersebaut.  Dengan adanya pilihan yang dibuat, individu kemudian meningkatkan kemampuan, minat dan hubungan sosial mereka yang lainnya.

1.2.5   Faktor-faktor yang Mempengaruhi Self Efficacy

Bandura (dalam Anggrosowani, 2019) menyatakan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi self efficacy pada diri individu antara lain :

1.     Budaya

Budaya mempengaruhi self efficacy melalui nilai (values), kepercayaan (belief). Dan proses pengaturan diri (self regulatory proces) yang berfungsi sebagai sumber penilaian self efficacy dan juga sebagai konsekuensi dari keyakinan akan self efficacy. Dengan demikian melalui kepercayaan LC/PUS akan manfaat tes pap smear akan mempermudah.

2.    Jenis Kelamin

Jenis kelamin juga berpengaruh terhadap self efficacy. Hal ini dapat dilihat dari penelitian Bandura (1997) yang menyatakan bahwa wanita self efficacy lebih tinggi dalam mengelola perannya. Wanita yang memiliki peran selain sebagai ibu rumah tangga juga sebagai wanita karir akan memiliki self efficacy yang tinggi dibandingkan dengn pria yang bekerja.

Pada penilitian yang lainnya pada beberapa bidang pekerjaan tertentu pria memiliki self efficacy yang lebih tinggi dibandingkan dengan wanita, begitu juga sebaliknya self efficacy wanita unggul dalam beberapa pekerjaan dibandingkan dengan pria. Pria biasanya memiliki self efficacy yang tinggi dengan pekerjaan yang menuntut ketrampilan teknis matematis. Kanker serviks banyak menyerang seorang wanita dengan demikian peran wanita untuk melakukan tes pap smear akan sangat penting bagi kesehatan yang lebih baik di masa mendatang.

3.    Intensif eksternal

Faktor lain yang dapat mempengaruhi selfefficacy individu adalah intensif yang diperolehnya. Bandura menyatakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan self efficacy adalah competent contingens incentive, yaitu intensif yang diberikan oleh orang lain yang merefleksikan keberhasilan seseorang. Dukungan berupa suport dan memperhatikan perkembangan di sebelum maupun sesudah pemeriksaan. Dukungan tersebut bisa didapatkan melalui suami, anak, teman, maupun orang lain.

4.    Status atau peran individu dalam lingkungan

Individu akan memiliki status yang lebih tinggi akan memperoleh derajat kontrol  yang lebih besar sehingga self efficacy yang dimilikinya juga tinggi. Sedangkan individu yang memiliki status yang lebih rendah akan memiliki kontrol yang lebih kecil sehingga self efficacy yang dimilikinya juga rendah. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka pengetahuan yang didapatkan akan semakin mempengaruhi LC dalam melakukan tes pap smear.

2.1.6        Fungsi Self Efficacy

Menurut Bandura  (dalam Anggrosowani, 2019) self efficacy memiliki fungsi dan berbagai dampak dari penilaian self efficacy sebagai berikut :

1.    Pemilihan aktivitas

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia seringkali dihadapkan dengan pengambilan keputusan, meliputi pemilihan tindakan dan lingkungan sosial yang ditentukan dari penilaian efficacy manusia tersebut. Seseorang cenderung untuk menghindardari situasi yang diyakini melampaui kemampuan dari mereka, dan sebaliknya mereka akan mengerjakan sesuatu yang dinilai mampu untuk mereka lakukan. Self efficacy yang tinggi akan dapat memacu keterlibatan aktif dalam suatu kegiatan atau tugas yang kemudian akan meningkatkan kompetensi seseorang. Sebaliknya, self efficacy yang rendah dapat mendorong seseorang untuk menarik diri dari lingkungan dan kegiatan sehingga dapat menghambat perkembangan potensi yang dimilikinya.

2.    Usaha dan Daya tahan

Penilaian terhadap efficacy juga menentukan seberapa besar usaha yang dilakukan seseorang dan seberapa lama ia akan bertahan dalam menghadapi hambatan atau pengalaman yang tidak menyenangkan. Semakin tinggi self efficacy seseorang maka semakin besar dan gigih pula usaha yang dilakukan. Ketika dihadapkan dengan kesulitan, individu yang memiliki self efficacy yang tinggi akan mengeluarkan usaha  yang besar untuk mengatasi tantangan tersebut. Sedangkan orang yang meragukan kemampuannya akan mengurangi usahanya atau bahkan menyerah sama sekali.

3.    Pola berpikir dan reaksi emosional

Penilaian mengenai kemampuan seseorang juga mempengaruhi pola berpikir dan reaksi emosionalnya selama interaksi aktual dan terinspirasi dengan lingkungan. Individu yang menilai dirinya memiliki self efficacy rendah merasa tidak mampu dalam mengatasi masalah atau tuntutan lingkungan, hanya akan terpaku pada kekurangannya sendiri dan berpikir kesulitan yang mungkin timbul lebih berat dari kenyataanya.

Self efficacy juga dapat membentuk pola berfikir kausal. Dalam mengatasi persoalan yang sulit, seseorang yang memiliki self efficacy yang tinggi akan menganggap kegagalan terjadi karena kurangnya usaha yang dilakukan. Sedangkan orang yang memiliki self efficacy rendah lebih menganggap kegagalan disebabkan kurangnya kemampuan yang ia miliki.

2.1.7        Pengaruh Self Efficacy Pada Tingkah Laku

Menurut Bandura (dalam Anggrosowani, 2019) self efficacy akan mempengaruhi bagaimana individu merasakan, berfikir, memotivasi diri sendiri, dan bertingkah laku. Self efficacy atau kapabilitas yang dimiliki individu akan mempengaruhi tingkah lakunya dalam beberap hal, seperti :

1.    Tindakan individu, self efficacy menetukan kesiapan individu dalam merencanakan apa yang harus dilakukannya. Individu dengan keyakinan diri tinggi tidak mengalami keragu-raguan dan mengetahui apa yang harus dilakukannya.

2.    Usaha, self efficacy mencerminkan seberapa besar upaya yang dikeluarkan individu untuk mencapai tujuanya.

3.    Daya tahan individu dalam menghadapi hambatan atau rintangan dan keggalan, individu dengan self efficacy tinggi mempunyai daya tahan yang kuat dalam menghadapi rintangan atau kegagalan, serta dengan mudah mengembalikan rasa percaya diri setelah mengalami kegagalan. Individu juga beranggapan bahwa kegagalan dalam mencapai tujuan adalah akibat dari kurangnya pengetahuan, bukan karena kurangnya keahlian yang dimilikinya. hal ini membuat individu berkomitmen terhadap tujuan yang ingin dicapaainya. Apabila individu telah memiliki pilihan karir yang sesuai dengan minatnya, maka ia tidak akan mudah menyerah jika menemukan hambatan dalam proses pencapaian tujuannya. Individu akan menganggap kegagalan sebagai bagian dari proses, dan tidak menghentikan usahanya.

4.    Ketahanan  individu terhadap keadaan tidak nyaman, dalam situasi tidak nyaman, individu dengan self efficacy diri tinggi menganggap sebagai suatu tantangan, bukan merupakan sesuatu yang harus dihindari. Ketika individu mengalami keadaan tidak nyaman dalam usaha untuk mencapai tujuan yang diminati, ia akan tetap berusaha bertahan dengan mengabaikan ketidaknyamanan tersebut dan berkonsentrasi penuh.

5.    Pola pikir, situasi tertentu akan mempengaruhi pola pikir individu dengan self efficacy tinggi pola pikirnya tidak mudah terpengaruh oleh situasi lingkungan dan tetap memiliki cara pandang yang luas dari beberapa sisi. Cara pandang individu yang luas memungkinkan individu memiliki alternateif pilihan karir yang banyak dari bidang yang diminati.

6.    Stress dan depresi, bagi individu yang memiliki self efficacy rendah, kecemasan yang dibangkitkan oleh stimulus tertentu akan membuatnya mudah merasa tertekan tersebut berkelanjutan, maka dapat mengakibatkan depresi. Dalam upaya memilih karir yang sesuai dengan minatnya, jika individu menganggap realitas sulitnya jalur yang harus ditempuh, prospek dunia kerja dimasa depan dan sebagainya sebagai sumber kecemasan, dan individu meragukan kemampuannya, maka individu akan menjadi lebih mudah tertekan.

7.    Tingkat pencapain yang akan terealisasikan, individu dengan self efficacy tinggi dapat membuat tujuan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki serta mampu menentukan bidang karir atau pendidikan sesuai dengan minat dan kemampuannya tersebut.

Dari hasil penelitian Ulfiana 2013 menunjukkan bahwa sebagian besar responden sebanyak 81,1% mempunyai kemampuan diri mampu untuk melakukan pap smear dan 18,9% responden tidak mampu melakukan pap smear. Kemampuan diri (self efficacy), kemampuan diri dalam membangun representasi kepercayaan diri pada situasi tertentu yang dimiliki seseorang sehingga mereka dapat melakukan coping pada situasi beresiko tinggi tanpa kambuh ke kebiasaan mereka yang tidak sehat atau beresiko tinggi. Seseorang yang mempunyai self efficacy maka akan lebih besar mencapai ke arah tujuan dan lebih besar untuk mengadopsi atau merekomendasi perilaku.

Orang yang memilih peran tinggi yakin bahwa dia akan berhasil, sehingga dia akan melaksanakan tugasnya dengan cepat dan percaya diri. Sedangkan orang dengan self efficacy yang rendah yakin bahwa ia akan gagal. Dalam hal ini LC/WUS yang mempunyai usaha untuk meningkatkan kesehatannya dengan cara mencegah ancaman penyakit kanker leher rahim akan mampu melaksanakan usahanya itu dengan cara melakukan pap smear.

Askeb ANC Covid

  BAB III TINJAUAN KASUS 3.1     Pengkajian Hari / tanggal    : Senin, 20 Mei 2021                                           Jam   : 1...