Monday 22 February 2016

Asuhan Kebidanan Keluarga

BAB I
PENDAHULUAN 
1.1    Latar Belakang
Gizi pada ibu menyusui sangat erat kaitannya dengan produksi air susu, yang sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang bayi. Kebutuhan nutrisi selama laktasi didasarkan pada kandungan nutrisi air susu dan jumlah nutrisi penghasil susu. Ibu menyusui disarankan memperoleh tambahan zat makanan 800 Kkal, kebutuhan kalori ini lebih tinggi bila dibanding saat kehamilan. Kandungan kalori ASI rata-rata yang dihasilkan ibu dengan nutrisi baik adalah 70 kal/100 ml, dan kira-kira 85 kal diperlukan oleh ibu untuk tiap 100 ml yang dihasilkan. Rata-rata ibu menggunakan kira-kira 640 kal/hari untuk 6 bulan pertama dan 510 kal/hari selama 6 bulan kedua untuk menghasilkan susu normal.
Keluarga merupakan sistem social karena terdiri dari kumpulan dua orang atau lebih yang mempunyai peran social yang berbeda dengan ciri saling berhubungan dan ketergantungan antar individu (suprayitno, 2004).
Keluarga juga merupakan bagian dari manusia yang setiap hari selalu berhubungan dengan kita. Keadaan ini perlu kita sadari sepenuhnya bahwa setiap individu merupakan bagian nya dan di keluarga juga dapat di ekspresikan tanpa hambatan yang berarti. Pada tahun 1960 keluarga di Indonesia sekitar 30 juta, tahun 90-an menjadi 35-40juta dan pada awal abad ke-21 di perkirakan akan berlipat jumlahnya menjadi 60-65 juta (BKKBN, 1996).
Berdasarkan kemapuan keluarga untuk pemenuhan kebutuhan dasar kebutuhan psikososial, kebutuhan memenuhi ekonomi dan aktualisasi keluarga di masyarakat serta memperhtikan perkembangan di Indonesia menuju Negara industri, maka Indonesia menginginkan terwujudnya keluarga sejahtera (Suprayitno, 2004).
Peningkatan status kesehatan keluarga merupakan tujuan yang ingin dicapai dalam memberikan asuhan kebidanan kesehatan keluarga, agar keluarga trsebut dapat meningkatkan produktifitas dan diharapkan kesehatan akan meningkat (Nasrul effendi, 1998).

1.2    Tujuan
1.2.1   Tujuan umum
Diharapkan mahasiswa mampu memberikan asuhan dalam menyelesaikan masalh keluarga dengan menggunakan proses asuhan kebidanan.

1.2.2   Tujuan khusus
            Diharapkan mahasiswa mapu untuk:
1.    Mengkaji data yang ada di keluarga
2.    Menganalisa data atau mengintrepasikan data dasar
3.    Merumuskan masalah yang terjadi
4.    Menyusun proritas masalah
5.    Menyusun suatu proses manajemen kebidanan
6.    Membuat suatu catatan perkembangan

1.3              Batasan masalah
Mengingat keterbatasan waktu, kemampuan, dan kesempatan maka asuhan kebidanan ini dibatasi pada keluarga Tn.“T” Di  Desa ................. Kecamatan ...............Kabupaten ............
.
1.4              Metode penulisan
Metode yang saya gunakan dalam penulisan asuhan kebidanan keluarga pada Tn“T” Dengan Rendahnya kesadaran keluarga tentang pentingnya kebutuhan nutrisi ibu menyusui pada dan Rendahnya Kesadaran Kepemilikan Jamban Sehat Dalam Keluarga, yaitu :
a.    Metode pendekatan pada Ibu (anamnese).
b.    Metode kepustakaan, kami menggunakan literatur dari buku-buku sumber ilmu kebidanan dan rekam medik bayi.

1.5              Sistematika penulisan
BAB I        : Pendahuluan yang berisi latar belakang, tujuan, batasan masalah, metode penulisan, dan sistematika penulisan
BAB II       : Tinjauan pustaka yang berisi konsep keluarga, konsep menyusui, konsep jamban sehat dan asuhan kebidanan
BABIII      : Tinjaun kasus yang terdiri dari pengumpulan data dan analisa data
BABIV      : Penutup yang berisi penutup dan saran
Daftar Pustaka

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Konsep Dasar Keluarga
2.1.1   Defenisi
Keluarga merupakan bagian dari manusia yang setiap hari selalu berhubungan dengan kita. Keadaan ini perlu kita sadari sepenuhnya bahwa setiap individu merupakan bagiannya dan di keluarga juga semua dapat diekspresikan tanpa hambatan yang berarti.
Pengertian keluarga akan berbeda. Hal ini beragantung pada orientasi yang digunakan dan yang mendefinisikannya. Friedman (1998) mendefinisikan bahwa keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga. Pakar konseling keluarga Jogyakarta, Sayekti (1994) menulis bahwa keluarga adalah suatu ikatan atau persekutuan hidup atas dasar perkawinan antar orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atas dasar perkawinan.
Kedua pengertian tersebut mempunyai persamaan bahwa dalam keluarga terdapat iakatan perkawinann dan hubungan darah yang tinggal bersama dalam satu atap (serumah) dengan peran masing-masing serta keterikatan emosional.
Negara Indonesia adalah salah satu Negara yang menjujung tinggi adat ketimuran yang menekankan bahwa keluarga harus dibentuk atas dasar perkawinan, seperti yang tertulis dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 21 Tahun 1994bbahwa keluarga dibentuk berdasarkan atas dasar perkawinan yang sah.
2.1.2   Tipe Keluarga
Pembagian keluarga bergantung pada konteks keilmuan dan orang yang mengelompokkan. Secara tradisional keluarga keluarga dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
1.    Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarega yang hanya terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.
2.    Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang msih mempunyai hubungan darah (kakek-nenek, paman-bibi)
Namun dengan berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa individualism, pengelompokkan tipe keluarga selain kedua tersebut diatas, berkembang menjadi :
1.    Keluarga bentukan kembali (dyadic family) adalah keluarga baru yang terbentuk dari pasangan yang telah cerai atau kehilangan pasangannya.
2.    Orang tua tunggal (single parent family) adalah keluarga yang terdiri dari salah satu orang tua dengan anak-anak akibat perceraian atau ditinggal pasangannya.
3.    Ibu dengan anak tanpa perkawinan (the unmarried tenaage family).
4.    Orang dewasa (laki-laki/perempuan) yang tinggal sendiri tanpa pernah menikah (the single adult living alone).
5.    Keluarga dengan anak tanpa menikah sebelumnya (the non-marital heterosexsual cohabiting family).
6.    Keluarga yang dibentuk oleha pasangan yang berjenis kelamin sama (gay and lesbian family).

2.1.3   Struktur Keluarga
Struktur keluarga dapat menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan fungsi keluarga di masyarakat sekitarnya. Parad dan Chaplan (1965) yang diadopsi oleh Friedman, mengatakan ada empat elemen struktur keluarga yaitu :
1.    Struktur peran keluarga, menggambarkan peran masing-masing anggota keluarga dalam keluarga sendiri dan perannya di lingkungan masyarakat atau peran formal dan informal.
2.    Nilai atau norma keluarga, menggambarkan nilai-nilai dan norma yang dipelajari dan diyakini oleh keluaraga, khususnya yang berhubungan dengan kesehatan.
3.    Pola komunikasi keluarga, menggambarkan bagaimana cara pola komunikasi ayah-ibu (orang tua), orang tua dengan anak, dan anggota keluarga lainnya (pada keluarga besar) dengan keluarga inti.
4.    Struktur kekuatan keluarga, menggambrkan kemampuan anggota keluarga untuk mempengaruhi dan mengendalikan orang lain untuk mengubah perilaku keluarga yang mendukung kesehatan.
Struktur keluarga ini nanti nantinya perlu dikaji oleh perawat yang memberikan asuhan. Berdasarkan kekenpat elemen dalam struktur keluarga, diasumsikan bahwa (Leslie & Korman, 1989: Parson & Bales, 1995) :
1.    Keluarga merupakan system social yang mempunyai fungsi sendiri.
2.    Keluarga merupakan system social yang mampu menyelesaikan masalah individu dan lingkungannya.
3.    Keluarga merupakan suatu kelompok kecil yang dapat mempengaruhi kelompok lain.
4.    Perilaku individu yang tampak merupakan gambaran dari nilai dan norma yang berlaku dalam keluarga.
Berdasarkan kemampuan keluarga untuk pemenuhan kebutuhan dasar, kebutuhan psikososial, kemampuan memenuhi ekonominya, dan aktualisasi keluarga di masyarakat, serta memperhatikan perkembangan Negara Indonesia menuju Negara industry, Indonesia menginginkanterujudnya keluarga sejahtera. Di Indonesia keluarga dikelompokkan menjadi lima tahap, yaitu :
1.    Keluarga Prasejahtera, adalah keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal, yaitu kebutuhan pengajaran agama, pangan, sandang, papan, dan kesehatan, atau keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu atau lebih indicator Keluarga Sejahtera Tahap I.
2.    Keluarga Sejahtera Tahap I (KS I) adalah keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan social psikologinya, yaitu kebutuhan pendidikan, Keluarga Berencana (KB), interaksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat tinggal, dan transportasi.
3.    Keluarga Sejahtera Tahap II (KS II) adalah keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal serta telah memenuhi seluruh kebutuhan social psikologinya, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan untuk menabung dan memperoleh informasi.
4.    Keluarga Sehjahtera Tahap III (KS III) adalah keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, kebutuhan social psikologis, dan kebutuhan pengembangan, tetapi belum dapat memberikan sumbangan (kontribusi) yang maksimal terhadap masyarakat secara teratur (dalam waktu tertentu) dalam bentuk material dan keuangan untuk social kemasyarakatan, juga berperan serta aktif dengan menjadi pengurus lembaga kemasyarakatan.
5.    Keluarga Sejahtera Tahap III Plus (KS III Plus) adalah keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhannya, baik yang bersifat dasar, social psikologis, maupun pengembangan, serta serta telah mampu memberikan sumbangan yang nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat. 



2.1.4   Fungsi Keluarga
Secara umum fungsi keluarga menurut Friedman, adalah sebagai berikut :
1.    Fungsi afektif (the affective function) adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan psikososial keluraga.
2.    Fungsi sosialisasi daan tempat bersosialisasi (socialization and social placement function) adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan social sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
3.    Fungsi reproduksi (the reproductive function) adalah fungsi untuk mempertahankan generasi menjaga kelangsungan keluarga.
4.    Fungsi ekonomi (the economic function), yaitu keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempoat untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
5.    Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan (the health care function), yaitu fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktifitas yang tinggi. Fugsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan.
Namun, dengan berubahnya pola hidup agraris menjadi industrialisasi, fungsi keluarga dikembangkan menjadi :
1.    Fungsi ekonomi, yaitu keluarga diharapkan menjadi keluarga yang produktif yang mampu menghasilkan nilai tambah ekonomi dengan memanfaatkan sumber daya keluarga.
2.    Fungsi mendapatkan status social, yaitu keluarga yang dapat dilihat dan dikategorikan strata sosialnya oleh keluarga lain yang berada disekitarnya.
3.     Fungsi pendidikan, yaitu keluarga yang mempunyai peran dan tanggung jawab yang besar terhadap pendidikan anak-anaknya untuk menghadapi kehidupan dewasanya.
4.    Fungsi sosialisasi bagi anakny, yaitu orang tua atau keluarga diharapkan mampu menciptakan kehidupan social yang mirip dengan luar rumah.
5.    Fungsi pemenuhan kesehtan, yaitu keluarga diharapkan dapat memenuhi kebutuhan kesehatan yang primer dalam rangka melindungi dan pencegahan terahdap penyakit yang mungkin dialami oleh keluarga.
6.    Fungsi religious, yaitu keluarga merupakan tempat belajar tentang agama, dan mengamalkan ajaran keagamaan.
7.    Fungsi rekreasi, yaitu keluarga merupakan tempat untuk melakukan kegiatan yang dapat mengurangi ketegangan akibat berada di luar rumah.
8.    Fungsi reproduksi, bukan hanya mengembangkan keturunan, tetepi juga merupakan tempat mengembangkan fungsi reproduksi secara universal (menyeluruh), diantaranya seks yang sehat, dan berkualitas, pendidikan seks bagi anak, dan yang lain.
9.    Fungsi afeksi, yaitu keluarga merupakan tempat yang utama untuk pemenuhan kebutuhan psikososial sebelum anggota keluarga berada di luar rumah.
Di Indonesia membagi fugsi keluarga menjadi 8, dengan bentuk operasional, yaitu :
1.    Fungsi keagamaan
2.    Fungsi budaya
3.    Fungsi cinta kasih
4.    Fungsi perlindungan
5.    Fungsi reproduksi
6.    Fungsi sosialisasi
7.    Fungsi ekonomi
8.    Fungsi pelestarian lingkungan
2.1.5   Tugas Keluarga Dibidang Kesehatan
Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan, meliputi :
1.    Mengenal masalah kesehatan keluarga. Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dank arena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis. Orang tua perlu mengenla keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami oleh anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian orang tua atau keluarga. Apabila menyadari adanya perubahan keluarga perlu dicatat kapan terajdinya, perubahan apa yang terjadi, dan seberapa besar perubahannya.
2.    Memutuskan tindakan kesehatanyang tepa bagi keluarga. Tugas ini merupakan tugas keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluraga, dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang memiliki kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga. Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah keluarga dapt dikurangi atau bahkan teratasi. Jika keluarga memilki keterbatasan, dapat meminta bantuan kepada orang di lingkungan tinggal keluarga agar memndapatkan bantuan.
3.    Merawat keluarga yang mangalami gangguan kesehatan. Seringkali keluarga telah mendapatkan tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga memilki keterbatasan yang telah diketahui oleh keluarga sendiri. Jika demikian anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu mendapatkan tindakan lanjutan atau perawatan sehingga masalah yang lebih parah tidak terjadi. Perawatan dapat dilakuakan di institusi pelayanan kesehatan atau di rumah. Apabila keluarga telah memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama.
4.    Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menajmin kesehatan keluarga.
5.    Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitsrnys bsgi keluarga.

2.1.6   Keluarga Sebagai Sistem
Bukan hanya perusahaan saja yang menghasilkan suatu produk yang disebutsebagai suatu system.Keluarga juga merupakan suatu system yang perlu dipelajari.
Pengertian system yang paling umum adalah kumpulan dari beberapa bagian fungsional yang saling berhubungan dan tergantung satu dengan yang lain dalam waktu tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Alasan keluarga disebut sebagai system adalah sebagai berikut :
1.    Keluarga memiliki subsistem : anggota, fungsi, peran, aturan, budaya, dan lainnya yang dipelajari dan dipertahankan dalam kehidupan keluarga.
2.    Terdapat saling berhubungan dan saling ketegantungan antar subsistem.
3.    Merupakan unit bagian terkecil dari masyarakat yang dapat mempengaruhi supra sistemnya.
Keluarga merupakan sisitem social karena terdiri dari kumpulan dua orang atau lebih yang mempunyai peran social yang berbeda dengan cirri saling berhubungan dan tergantung antarindividu.Seperti pada umumnya suatu system, keluarga juga mempunyai komponen-komponen system.
1.    Keluarga sebagai suatu system mempunyai karakteristik dasar yang dapat dikelompokkan sebagai berikut :
2.    Keluarga sebagai system terbuka. Suatu system yang mempunyai kesempatan dan mau menerima atau memperhatikan lingkungan (masyarakat) sekitarnya.
3.    Keluarga sebagai system tertutup. Sustu system yang krang memiliki kesempatan, kurang mau menerimia atau member perhatian kepada lingkungan (masyarakat) sekitarnya.

2.2  Konsep Dasar Menyusui
2.2.1   Defeinisi Menyusui
Menyusui adalah proses pemberian Air Susu Ibu (ASI) kepada bayi, dimana bayi memiliki refleks menghisap untuk mendapatkan dan menelan ASI. Menyusui merupakan proses alamiah yang keberhasilannya tidak diperlukan alat-alat khusus dan biaya yang mahal namun membutuhkan kesabaran, waktu, dan pengetahuan tentang menyusui serta dukungan dari lingkungan keluarga terutama suami (Roesli,2000).
Lawrence (1994) dalam Roesli (2001), menyatakan bahwa menyusui adalah pemberian sangat berharga yang dapat diberikan seorang ibu pada bayinya. Dalam keadaan miskin, sakit atau kurang gizi, menyusui merupakan pemberian yang dapat menyelamatkan kehidupan bayi. Hal tersebut sejalan dengan Suryaatmaja dalam Soetjiningsih (1997), yang mengatakan menyusui adalah realisasi dari tugas yang wajar dan mulia seorang ibu.

2.2.2   Kebutuhan Nutrisi Pada Ibu Menyusui
1.        Kalori
Salah satu faktor yang paling penting dalam diet wanita menyusui adalah kalori. Pemasukkan kalori yang tidak cukup bisa mengurangi volume air susu.Bagaimanapun juga kualitas sisa susu secara umum tidak terganggu. Ibu menyusui harus menambah pemasukan kalorinya mencapai 200 kkal melabihi kebutuhan kehamilan (itulah 500 kkal bertambah dari kebutuhan kehamilan). Hasil ini jika ditotal menjadi sekitar 2500 sampai 2700 kkal/hari untuk kebanyakan wanita.
Berdasarkan pada pilihan diet, ibu menyusui bisa menggunakan panduan piramid makanan umum atau piramid makanan vegetarian untuk memperkirakan masukan selama diet. Dia perlu bekerja keras untuk memasukkan variasi makanan-makanan dari beberapa kelompok makanan. Pemasukkan kalorinya harus cukup memenuhi energi untuk menopang masa menyusui masa menyusut setalah berat badan harus tidak lebih dari 16 minggu untuk ibu menyusui
2.    Protein
Pemasukan protein cukup penting selesai menyusui, karena protein adalah komponen yang penting dari susu ibu. Pemasukkan 65 gr/hr selama 6 bulan menyusui dan 62 gr/hr direkomendasikan selama 6 bulan kedua. Seperti dimasa kehamilan, itu sangat penting bahwa cukup mengkonsumsi protein non kalori untuk mencegah protein sebagai sumber energi.
3.    Kalsium
Kalsium juga nutrisi penting dalam produksi susu, dan diharapkan meningkatkan keperluan diluar kehamilan. Keperluan selama menyusui sama dengan kebutuhan selama kehamilan : 1200 mg/hr. Pemasukkan kalsium yang cukup dari sumber makanan mengharuskan penggunaan kalsium yang melengkapi.
4.    Zat besi
Zat besi dibutuhkan masa menyusui tindakan pada hakekatnya berbeda dari wanita yang tidak hamil, karena zat besi bukan sesuatu yang penting dalam komponen susu ibu bagaimanapun juga sebagaimana disebutkan sebelumnya pemberian suplemen yang terus menerus untuk mengisi kehilangan simpanan maternal yang dikarenakan kehamilan.
5.    Cairan-cairan
Cairan yang sangat penting selama menyusui karena ketidakcukupan pemasukan cairan bisa mengurangi volume susu. Direkomendasikan pemasukan air sekitar 8-10 gelas tiap hari bisa kita temui dengan mengkonsumsi air, jus, susu dan sup.


Tabel perbandingan angka kecukupan energi dan zat gizi wanita dewasa dan tambahannya untuk ibu hamil dan menyusui.

No.
Zat Gizi
Wanita Dewasa
Ibu Hamil
Ibu Menyusui
0 – 6 bln
7 – 12 bln
1.
Energi (kkal)
2200
285
700
500
2.
Protein (g)
48
12
16
12
3.
Vitamin A (RE)
500
200
350
300
4.
Vitamin D (mg)
5
5
5
5
5.
Vitamin E (mg)
8
2
4
2
6.
Vitamin K (mg)
6,5
6,5
6,5
6,5
7.
Tiamin (mg)
1,0
0,2
0,3
0,3
8.
Riboflavin (mg)
1,2
0,2
0,4
0,3
9.
Niasin (mg)
9
0,1
3
3
10.
Vitamin B12 (mg)
1,0
0,3
0,3
0,3
11.
Asam folat (mg)
150
150
50
40
12.
Piidosin (mg)
1,6
0, 6
0,5
0,5
13.
Vitamin C (mg)
60
10
25
10
14.
Kalsism (mg)
500
400
400
400
15.
Fosfor (mg)
450
200
300
200
16.
Besi (mg)
26
20
2
2
17.
Seng (mg)
15
5
10
10
18.
Yodium (mg)
150
25
50
50
19.
Selenium (mg)
55
15
25
20

2.2.3   Manfaat Gizi Ibu Menyusui
1.        Pemulihanenergisetelahpersalinan
2.        KesehatanIbumenyusui
3.        Menghasilkan ASI yang mencukupikebutuhanbayi
4.        Mempertahankan sirkulasi yang adekuat bagi ibu selama proses pemulihan
5.        Meningkatkan pertahanan tubuh selama proses pemulihan
6.        Menyeimbangkan kebutuhan energi dalam aktivitas ibu dengan peningkatan metabolisme (pembakaran) dalam tubuh
7.        Untuk menjaga agar ibu tetap sehat dan produksi ASI cukup



2.2.4   Dampak Gizi Buruk pada Ibu Menyusui
Kurangnya gizi pada ibu menyusui menyebabkan masalah kesehatan pada ibu dan bayi. Gangguan pada bayi termasuk anak-anak jatuh, bayi mudah sakit, mudah terinfeksi. Kurangnya zat esensial menyebabkan gangguan pada mata atau tulang.

2.3  Konsep Dasar Pembuangan Kotoran Manusia
2.3.1   Definisi
Yang dimaksud dengan kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh dan yang harus dikeluarkan dari dalm tubuh. Zat-zat yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh ini bebentuk tinja (faeces), air seni (urine), dan Co2 sebagai hasil dari proses pernafasan. Pembuangan kotoran manusia yang dimaksudkan hanya tempat pembuangan tinja dan urin, yang pada umumnya disebut latrine (jamban/kakus).
Dilihat dari segi kesehatan masyarakat, masalah pembuangan kotoran manusia merupakan masalah yang poko untuk sedini mungkin diatasi. Karena kotoran manusia, yakni faeces, adalah sumber penyebaran penyakit yang multikopmleks. Penyebaran penyakit yang bersumber pada faeces dapat melalui berbagai macam jalan atau cara.
Beberapa penyakit yang dapat disebarkan oleh tinja manusia antara lain : tipe, disentri, kolera, bemacam-macam cacing (gelang, krem, tambang, pita). Skistosomiasis dsb.

2.3.2        Pengelolaan Pembuangan Kotoran Manusia
Untuk mencegah sekurang-kurangnya mengurangi kontaminasi tinja terhadap lingkungan, maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik, maksudnya pembuangan kotoran harus di tempat tertentu/jamban yang sehat. Suatu jamban disebut sehat untuk daerah pedesaan apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1.    Tidak mengotori permukaan tanah disekeliling jamban tersebut.
2.    Tidak mengotori air permukaan di sekitarnya.
3.    Tidak mengotori air prmukaan sekitarnya.
4.    Tidak dapat terjangkau oleh serangga, terutama lalat dan kcoa, dan binatang lainnya.
5.    Tidak menilmbulkan bau.
6.    Mudah digunakan dan dipelihara (maintenance)
7.    Sederahan designnya.
8.    Murah.
9.    Dapat diterima oleh pemakainya.
Agar persyaratan ini dapat terpenuhi, maka perlu diperhatikan antara lain hal-hal sebagai berikut :
1.    Sebaiknya jamban tersebut tertutup, artinya bangunan jamban trlindung dari panas dan hujan, serangga dan binatang-binatang lain, terlindung dari pandangan orang lain (privacy) dan sebagainya.
2.    Bangunan jamban sebaiknya memiliki lantai yang kuat, tempat berpijak yang kuat dan sebagainya.
3.    Bangunan jamban sedapat mungkin ditempatkan pada lokasi yang tidak mengganggu pandangan, tidak menimbulkan baud an sebagainya.
4.    Sedapat mungkin disediakan alat pembersih seperti air atau kertas pembersih.

2.3.3        Tekhnologi Pembuangan Kotoran Manusia
Tekhnologi pembuangan manusia untuk daerah pedesaan sudah barang tentu berbeda dengan tekhnologi jamban di daerah perkotaan. Oleh karean itu, tekhnologi jamban di daerah pedesaan disamping harus memenuhi persyaratan jamban sehat, juga harus didasarkan pada sosio budaya dan ekonomi masyarakat pedesaan. Tipe-tipe jamban yang sesuai dengan tekhnologi pedesaan antara lain, sebagai berikut ;
1.    Jamban cemplung, kakus (pit latrine)
Jamban cemplung ini sering kita jumpai di daerah pedesaan di jawa. Tetapi sering dijumpai jamban cemplung yang kurang sempurna, misalnya tanpa rumah jamban dan tanpa tutup. Sehingga serangga mudah masuk, dan bau tidak dapat dihindari. Di samping itu, karena tidaka ada rumah jamban, jika musim hujan tiba maka jamban itu akan penuh dengan air.
Hal lain yang perlu diperhatikan di sini adalah bahwa kakus cemplung itu tidak boleh terlalu dalam. Sebab jika terlalu dalam akan mengotori air tanah di dalamnya. Dalamnya pit latrine berksar antara 1,5 - 3 m saja. Sesuai dengan daerah pedesaan, maka rumah kakus tersebut dapat dibuat dari bamboo, dinding bamboo dan atap daun kelapa, ataupun daun padi. Jarak dari sumber air minum sekurang-kurangnya 15 m.
2.    Jamban cemplung berventilasi (ventilasi improved pit latrine)
Jamban ini hamper sama dengan jamban cemplung, bedanya lebih lengkap yakni menggunakan ventilasi pipa. Untuk daerah pedesaan pipa ventilasi ini dapat dibuat dengan bamboo.
3.    Jamban empang (fishpone latrine)
Jamban ini diatas empang ikan. Di dalam system jamban empang ini terjadi daur ulang (recycling), yakni tinja dapat langsung dimakan ikan, ikan di makan orang, dan selanjutnya orang mengeluarkan tinja yang dimakan, demikian yang seterusnya.
Jamban empang ini memilki fungsi yaitu disamping mencegah tercemarnya lingkungan oleh tinja juga dapat menambah protein bagi manusia (menghasilkan ikan)
4.    Jamban pupuk (the compost privy)
5.    Pada prinsipnya jamban ini seperti kakus cemplung, hanya lebih dangkal galiannya. Disamping itu jamban ini juga untuk membuang kotoran binatang dan sampah, daun-daunan. Prosedurnya dalah sebagai berikut :
-       Mula-mula membuat jamban cemplung.
-       Dilapisan bawah sendiri ditaruh sampah daun-daunan.
-       Diatasnya ditaruh kotoran dan kotoran binatang (kalau ada) tiap-tiap hari.
-       Setelah ± 20 inci, ditutup lagi dengan daun-daunan sampah, selanjutnya ditaruh kotoran lagi.
-       Demikian selanjutnya sampai penuh.
-       Setelah penuh ditimbun tanah, dan membuat jamban baru.
-       Lebih kurang 6 bulan kemudian dipergunakan pupuk tanaman.
6.    Septic tank
Latrine jenis ini merupakan cara yang paling memenuhi persyaratan, oleh sebab itu cara pembuangan tinja yang seperti ini yang dianjurkan.septic tank terdiri dari tanki, sedimentasi yang kedap air. Di mana tinja dan air buangan masuk dan mengalami dekomposisi. Dalam tanki ini tinja akan berada selama beberapa hari. Dan selama waktu tersebut tinja akan mengalami 2 proses, yakni proses kimiawi dan proses biologi.

2.4      Konsep Dasar Asuhan Kebidanan
Manajemen kebidanan adalah metode kerja profesi dengan menggunakan langkah-langkah pemecahan sehingga merupakan alur dan pengorganisasian, pemikiran dan langkah dalam suatu urutan yang logis yang menguntungkan baik pasien ataupun bidan, langkah-langkah menejemen kebidanan sebagai berikut:

2.4.1   Pengumpulan Data
Suatu tahap ketika seorang bidan mengumpulkan informasi secara terus menerus tentang keluarga yang dibinanya, kegiatan yang dilakukan adalah:
a.    Membina hubungan yang baik.
b.    Pengkajian awal terfokus sesuai data yang diperoleh dari unit pelayanan kesehatan.
c.    Pengkajian lanjutan adalah tahap pengkajian untuk memperoleh data yang diperoleh lebih lengkap sesuai masalah kesehatan keluarga yang berorientasi pada pengkajian awal, disini bidan perlu mengungkap keadaan keluarga hingga penyebab dari masalah kesehatan yang paling mendasar.
Data yang diperoleh dari pengkajian :
I.     Data Subyektif
1.    Data Umum
a.    Data demografi dan sosiokultural
b.    Data lingkungan
c.    Stuktur dan fungsi keluarga
2.    Data Khusus
a.    Imunisasi
b.    Bila ada anggota keluarga yang sakit berobat ke
c.    Jenis penyakit yang sering diderita oleh keluarga
d.   Pemeriksaan kehamilan ke
e.    Pertolongan persalianan oleh
f.     Kebiasaan menyapih umur
g.    Pemberian makanan tambahan sejak usia
h.    Tanggapan terhadap KB
i.      Pola hidup / ADL
j.      Adat kebiasaan / selamatan
k.    Penggunaan waktu senggang
l.      Situasi sosial budaya dan ekonomi


II.     Data Obyektif
1.    Rumah
a.    Luas rumah
b.    Jenis rumah      : Tersendiri/PAV/petak/susun
c.    Letak               : Dekat/jauh dengan sarang vector
d.   Dinding           : Tembok/papan/gedek
e.    Lantai              : Tegel/plester/tanah basah/kering/keramik
f.     Cahaya                        : Terang/gelap
g.    Ventilasi                      : Cukup/kurang
h.    Jendela                        : Ada/tidak
i.      Jumlah ruangan
2.    Air Minum
a.    Asal                 : PDAM/SG/sumber/sungai
b.    Nilai air            : Bersih/kotor/berbau/warna
3.    Pembuangan Sampah
Dibakar/ditanam/kompos/diambil petugas
1.    Jamban dan Kamar Mandi
a.    Jenis jamban           : Cemplung/leher angsa
b.    Jarak dengan sumber air
c.    Kebersihan              : Bersih/kotor/berbau
d.   Kamar mandi          : Ada/tidak ada/bersih/kotor
2.    Pekarangan dan Selokan
a.    Pengaturan              : Teratur/berserakan
b.    Kebersihan              : Bersih/kotor
c.    Air limbah               : Teratur/berserakan/dimanfaatkan
d.   Peralatan pekarangan
3.    Kandang Ternak
a.    Bangunan               : Permanen/darurat
b.    Letak                      : Tersendiri/seatap
c.    Kebersihan              : Bersih/kotor
4.    Denah Rumah dan Keterangan

2.4.2   Interpretasi Data Dasar
Kegiatan ini tidak berbeda dengan analisis dan sitesi pada asuhan keperawatan klinik, bidan mengelompokkan data hasil pengkajian dalam data subyektif dan obyektif setiap kelompok didiagnosa keperawatan.
No.
Diagnosa
Data Dasar







2.4.3   Perumusan Masalah
Perumusan masalah dapat diarahkan kepada sasaran individu dan atau keluarga komponn diagnosis meliputi masalah (problem), penyebab (etiologi), dan atau Tanda (sign)

2.4.4   Susunan Prioritas Masalah
Prioritas didasarkan pada diagnosa keperawatan yang mempunyai skor terendah.Namun bidan perlu memperhatikan juga persepsi keluarga terhadap masalah keperawatan mana yang perlu diatasi segera.
1.    Skoring




2.    Urutan prioritas masalah
No
Kriteria
Perhitungan
Skor
Pembenaran
1.
Sifat Masalah



2.
Kemungkinan masalah untuk di ubah



3.
Potensi masalah untuk dicegah



4.
Menonjolnya masalah



Total Skor




2.4.5   Proses Manajemen Kebidanan
Terdiri dari 4 langkah, yaitu :
1. Diagnosa                : Berasal dari data dasar interpretasi data dan data tersebut
menjadi masalah atau diagnosa yang di identifikasi secara spesifik
2. Intervensi               : Mencakup tujuan umum dan khusus yang didasarkan
dengan standart yang mengacu pada penyebab selanjutnya, merumuskan tindakan keperawatan yang berorientasi pada kriteria dan standart
3. Implementasi          : Pada kegiatan ini bidan perlu melakukan kontak
sebelumnya untuk pelaksanaan yang meliputi kapan dilaksanakan, berapa lama waktu yang dibutuhkan, materi/topik yang didiskusikan, siapa yang melaksanakan, anggota keluarga yang perlu mendapat informasi, peralatan yang perlu disiapkan keluarga. Selanjutnya implementasi sesuai dengan rencana
4. Evaluasi                  : Merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil
implementasi dengan kriteria dan standart yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya. Bila hasil evaluasi tidak berhasil sebagian perlu disusun rencana keperawatan yang baru. Evaluasi disusun menggunakan SOAP
2.4.6   Catatan Perkembangan
Berisi diagnosa baru dan catatan perkembangan disusun menggunakan SOAP yang operasional dengan pengertian sebagai berikut:
S (Subyektif)         :    Adalah ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan
oleh keluarga
O (Obyektif)          :    Adalah            keadaan obyektif dapat diidentifikasi            dengan
menggunakan pengamatan
A (Assesment)       :    Adalah analisis bidan dibandingkan dengan criteria dan
standart yang mengacu pada tujuan rencana
P (Planning)           :    Adalah perencanaan selanjutnya setelah dilakukan analisis

BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1    Pengkajian
Anamnesa tanggal : 24 Februari 2013                        Jam : 14.15 WIB
3.1.1   Data Subyektif
1.      Data Umum
Kecamatan      : Merakurak                 Penghasilan     : ± Rp. 1.100.000,.
Kelurahan        : Terate                        Keadaan          : Sehat
RT                   : 03                              No.Induk        :
RW                  : 02                              Umur               : 29 tahun
KK                  : Laki-laki                    Pendidikan      : SLTA
Nama               : Tn.     Triono              Agama             : Islam
Pekerjaan         : Tani
Alamat                        : Dsn. Terate RT 03 RW 02 Ds Sendanghaji  Kec. Merakurak
Susunan Anggota Keluarga
Nama
Jenis Kelamin
Umur
Hub. Dg KK
Pekerjaan
Keadaan Kesehatan
No.KIA/KB
Triono
L
29 th
KK
Tani
Sehat

Sumiati
P
21 th
Istri
Swasta
Sehat

Wilda
P
8 bln
Anak
-
Sehat








Genogram Keluarga dan Keterangan
2.      Data Khusus

1)             Imunisasi
Nama
Status Imunisasi
ket
BCG
Polio
DPT
HB
Campak
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
Wilda



2)             Apabila ada anggota keluarga yang sakit, keluarga berobat kepada tenaga kesehatan terdekat khususnya di puskesmas dan bidan.
3)             Jenis penyakit yang sering diderita keluarga
Tn.Triono mengatakan tidak mempunyai penyakit keturunan. Penyakit yang sering diderita adalah penyakit batuk, panas dan pilek.

4)             Pemeriksaan Kehamilan
Sampai usia kehamilan 9 bulan, Ibu memeriksakan kehamilannya ke bidan sebanyak 9 kali.
5)             Pertolongan Persalinan
Pertolongan persalinan pertama ibu ditolong oleh bidan.
6)             Kebiasaan Menyapih Umur
Dalam keluarga ada batasan menyapih sampai umur 3 tahun.
7)             Pemberian Makanan Tambahan Sejak Usia
Ibu mengatakan memberikan ASI dan memberikan MP-ASI sejak bayinya usia 4 bulan.
8)             Tanggapan Terhadap KB
Tanggapan ibu tentang KB direspon dengan baik oleh ibu dan keluarganya.
9)             Pola Hidup
Makan
Ibu  :  Ibu mengatakan makan 1-2x dengan menu nasi sedikit dan lauk tahu tempe terkadang dengan ikan, tidak suka sayur serta minum 8-9 gelas sehari
Ayah : Makan 2 – 3 x sehari dengan menu sedang (nasi, lauk, sayur, dan air putih)
Anak : ASI on demand, bubur 3 x sehari dan terkadang diberi biskuit
Aktifitas
Ibu  : Melakukan aktifitas sehari-hari seperti memasak, menyapu, mengepel, membatik dll.
Ayah : Bekerja sebagai tani
Rekreasi
Menonton TV
10)         Adat Kebiasaan / Selamatan
Mitoni saat usia kehamilan 7 bulanan dan pada saat tali pusar anak lepas.
11)         Penggunaan Waktu Senggang
Penggunaan waktu senggang dilakukan membatik dan berkumpul dengan anak dan keluarga yang lainnya.
12)         Situasi Sosial Budaya Dan Ekonomi
Penghasilan keluarga ± Rp. 1.100.000, penghasilan yang ada hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari.

3.1.2   Data Obyektif
1)        Rumah
Luas                        : ± 24 m2 (L = 4 m ; P = 6 m)
Jenis rumah             : Dekat dengan penduduk
Dinding                  : Tembok
Lantai                     : Plester
Cahaya                    : Gelap
Jalan angina            : Kurang
Jendela                    : Tidak Ada
Jumlah ruangan       : Terdapat 1 kamar, 1 ruang tamu, 1 dapur.
2)        Air Minum
Asal                                    : Air isi ulang
Nilai air                   : Bersih
3)        Pembuangan Sampah
Dibuang ditempat sampah dan dibakar
4)        Jamban dan Kamar Mandi
Jenis jamban           : Di Sungai
Kebersihan              : -
Kamar mandi          : Numpang Mertua
5)        Pekarangan dan Selokan
Pengaturan              : Teratur
Kebersihan              : Bersih
Air limbah               : Teratur
Peralatan pekerangan : Ada
6)        Kandang Ternak
Tidak ada
7)        Denah rumah dan Keterangan
III
II
I
 





Keterangan :
I      : Ruang Tamu
II     : Dapur
III   : Kamar 1

3.2    Interpretasi Data Dasar
No
Diagnosa
Data Dasar
1.     
Rendahnya kesadaran ibu tentang pentingnya kebutuhan nutrisi pada ibu menyusui
1.    Pendidikan ibu SD
2.    Nafsu makan rendah
3.    Ibu mengatakan makan 1-2x dengan menu nasi sedikit dan lauk tahu tempe terkadang dengan ikan, tidak suka sayur serta minum 8-9 gelas sehari
2.     
Rendahnya Kesadaran Kepemilikan Jamban Sehat Dalam Keluarga
1.     Pendidikan terakhir SD
2.     Penghasilan kepala keluarga ± Rp.1.350.000,00
3.     Kepala keluarga mengatakan tidak memiliki jamban.
4.     Kepala keluarga mengatakan biasa membuang hajat di sawah.


3.3    Perumusan Masalah
3.3.1        Diagnosa I
Rendahnya kesadaran ibu tentang pentingnya kebutuhan nutrisi pada ibu menyusui.
3.3.2        Diagnosa II
Rendahnya Kesadaran Kepemilikan Jamban Sehat Dalam Keluarga.

3.4    Susunan Prioritas Masalah
1)      Skoring
No
Keterangan
Skor
Bobot
1
Sifat masalah
Skala :   Tidak / kurang sehat
              Ancaman kesehatan
              Keadaan sejahtera

3
2
1
1
2
Kemungkinan masalah dapat diubah
Skala :   Mudah
              Sebagian
              Tidak

2
1
0
2
3
Potensial masalah untuk dicegah
Skala :   Tinggi
              Cukup           
              Rendah

3
2
1
1
4
Menonjolnya masalah
Skala :   Masalah berat harus segera ditangani
              Ada masalah tetapi tidak perlu ditangani
              Masalah tidak dirasakan

2
1
0
1

3.1.1   Diagnosa I: Rendahnya kesadaran ibu tentang pentingnya kebutuhan nutrisi pada ibu menyusui
No
Kriteria
Perhitungan
Skor
Pembenaran

1
Sifat Masalah
Skala : 
Tidak / kurang sehat

3/3x1

1
Bila keadaan ini tidak segera diatasi akan berpotensi menjadi penyebab penyakit kepada ibu dan bayi.

2
Kemungkianan masalah dapat diubah
Skala : Sebagian

1/2x2

1
Keadaan ini sebagian diubah bila ibu mau merubah kebiasaan pola makan dan makanan yang bervariasi pada keluarga

3
Potensial masalah untuk dicegah
Skala : Cukup

2/3x1

2/3
Masalah ini dapat dicegah bila ada kemauan dari ibu dan keluarga untuk mau merubah pola makan dan makanan yang bervariasi

4
Menonjol masalah
Skala : Masalah berat harus segera ditangani


2/2x1

0
keluarga merasa keadaan tersebut telah berlangsung lama dan biasa saja, karena sudah menjadi kebiasaan.

Total skala

2 2/3


3.1.2   Diagnosa II : Rendahnya Kesadaran Kepemilikan Jamban Sehat Dalam Keluarga
No
Kriteria
Perhitungan
Skor
Pembenaran
1
Sifat Masalah
Skala : 
Tidak/kurang sehat
3/3x1
1
Bila keadaan ini tidak segera diatasi akan berpotensi menjadi penyebab penyebaran penyakit kepada keluarga dan masyarakat sekitar.
2
Kemungkinan masalah dapat diubah
Skala : Tidak dapat
0/2x2
0
Keadaan ini sulit diubah karena biaya pembuatan jamban yang mahal, dan keluarga tidak bisa BAB jika BAB di jamban.
3
Potensial masalah untuk dicegah
Skala : Cukup
2/3x1
2/3
Masalah ini dapat dicegah bila ada kemauan dari keluarga untuk membuat jamban.
4
Menonjol masalah
Skala : Masalah tidak dirasakan
0/2x1
0
keluarga merasa keadaan tersebut telah berlangsung lama dan biasa saja, karena sudah menjadi kebiasaan.

Total skala

2 1/3


1)   Ukuran Prioritas Masalah
Berdasarkan analisa prioritas masalah menggunakan rumus diatas, maka dapat disimpulkan urutan prioritas masalah sebagai berikut :
1.      Rendahnya kesadaran ibu tentang pentingnya kebutuhan nutrisi pada ibu menyusui
2.      Rendahnya Kesadaran Kepemilikan Jamban Sehat Dalam Keluarga

3.5    Proses Manajemen Kebidanan
Tanggal             : 24 Februari 2014
1)      Diagnosa I   : Rendahnya kesadaran ibu tentang pentingnya kebutuhan nutrisi pada ibu menyusui.
2)      Diagnosa II    : Rendahnya Kesadaran Kepemilikan Jamban Sehat Dalam Keluarga
Tujuan / kriteria hasil
Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama + 1 jam diharapkan :
a. Jangka pendek :    ibu mengerti dan memahami tentang kebutuhan nutrisi pada masa menyusui, dan pentingnya jamban yang sehat.
b. Jangka panjang     : ibu meningkat pola makan dan makanan yang
bervariasi agar dapat memenuhi kebutuhan nutrisi selama masa menyusui, dan juga keluarga memiliki jamban sehat (baik cemplung/kakus sederhana, maupun septic tank).
3)      Intervensi
No
Intervensi
Rasional
1.
Lakukan pendekatan dengan keluarga
Keluarga dapat kooperatif dan dapat melaksanakan motivasi dari petugas
2.
Berikan konseling tentang :
a.    Kebutuhan nutrisi pada masa menyusui
b.    Manfaat nutrisi pada masa menyusui
c.    Dampak nutrisi pada ibu menyusui bila tidak terpenuhi
Memudahkan kerjasama dalam memberikan asuhan kebidanan tentang kebutuhan nutrisi pada Ibu menyusui.
3.
Kerjasama dengan kader untuk memberikan penyuluhan tentang kebutuhan nutrisi pada ibu menyusui
Untuk mempermudah pemantauan

4.
Berikan konseling tentang:
a.    Pentingnya memilki jamban sehat.
b.    Masalah-masalah yang dapat timbul akibat dari tidak baiknya system pengelolaan pembuangan kotoran manusia.
c.    Syarat jamban sehat
d.   Macam jamban
Agar keluarga tahu pentingnya jamban keluarga berkenaan dengan kesehatan keluarga







4)      Implementasi
Tanggal / Jam
Kegiatan
TTD
19 Februari 2013 / 11.20 WIB
1.   Melakukan pendekatan dengan keluarga agar keluarga dapat kooperatif dalam melaksanakan asuhan kebidanan

2.     Memberikan penyuluhan tentang :
a. Kebutuhan nutrisi pada masa menyusui
b. Manfaat nutrisi pada masa menyusui
c.    Dampak nutrisi pada ibu menyusui bila tidak terpenuhi


3.   Melakukan kerja sama dengan kader pada saat posyandu.


4.  Berikan konseling tentang:
a.     Pentingnya memilki jamban sehat.
b.    Masalah-masalah yang dapat timbul akibat dari tidak baiknya system pengelolaan pembuangan kotoran manusia.
c.     Syarat jamban sehat
d.    Macam jamban


5)      Evaluasi
Tanggal 24 Februari 2013                  Jam : 12.20 WIB
S              :    Ibu mengatakan sudah mengerti tentang penjelasan dari petugas
O              :    Ibu dapat menjawab pertanyaan yang diberikan.
Keluarga aktif dalam menerima konseling dari petugas.
Ibu bisa mengulangi 50 % dari penjelasan petugas.
A              :    Rendahnya kesadaran ibu tentang pentingnya kebutuhan nutrisi pada ibu menyusui
                     Rendahnya kesadaran keluarga tentang berat badan bawah garis merah
P              :    Kerjasama dengan kader untuk melakukan penyuluhan

3.6    Catatan Perkembangan
BAB IV
PENUTUP

4.1    Kesimpulan
Keluarga merupakan pusat pelayanan secara total karena jika salah satu anggota keluarga mengalami gangguan maka akan menganggu seluruh sistem yang ada pada keluarga tersebut, salah satu fungsi kebidanan komunitas adalah melakukan pelayanan yaitu dengan memberikan asuhan kebidanan pada keluarga yang dilaksanakan di Desa ............. Kecamatan ............ Kabupaten ............... pada tanggal 24 Februari 2013.

4.2    Saran
4.2.1   Mahasiswa
Mahasiswa memperoleh pengalaman dalam memecahkan masalah kesehatan yang ada dalam keluarga terutama masalah kesehatan yang ada dalam masyarakat setempat.
4.2.2   Keluarga
Memperoleh bantuan tenaga dan pikiran dalam mengatasi masalah kesehatan yang terjadi di tempat praktek kerja lapangan.
4.2.3   Institusi
Dapat menambah kapasitas buku di perpustakaan STIKES NU Tuban


Askeb ANC Covid

  BAB III TINJAUAN KASUS 3.1     Pengkajian Hari / tanggal    : Senin, 20 Mei 2021                                           Jam   : 1...