Showing posts with label kesehatan anak. Show all posts
Showing posts with label kesehatan anak. Show all posts

Tuesday 18 May 2021

perkembangan anak

 

2.1         Konsep Perkembangan

2.2.1   Pengertian Perkembangan Anak

Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi yang lebih komplek dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Perkembangan berkaitan dengan perubahan kualitataif dan kuantitatif. Disinai menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel- asel tubuh, jaringan tubuh , organ- organ dan sistem yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing – masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi  dengan lingkungan (Soetjiningsih,1995).

Perkembangan merupakan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui tumbuh kematangan dan belajar (Hidayat,2009).

Perkembangan adalah suatu proses yang terjadi secara stimultan dengan pertumbuhan yang menghasilkan kualitas individu untuk berfungsi, yang dihasilkan melalui proses pematangan dan proses belajar dari lingkungannya (Supartini,2004).

2.2.2   Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Anak

Setiap individu berbeda dalam proses ertubuhan dan perkembangannya karena pertumbuhan dan perkembangan anak dipengaruhi oleh beberapa factor baik secara herediter maupun lingkungan. Faktor tersebut adalah factor herediter, lingkungan, dan internal.

1.    Factor herediter

Factor pertumbuhan yang dapat diturunkan (herediter) adalah jenis kelamin, ras, dan kebangsaan (Marlow, 1988). Jenis kelamin ditentukan sejak awal dalam kandungan (fase konsepsi) dan setelah lahir, anak laki-laki cenderung lebih tinggi dan berat dari pada anak perempuan dan hal ini bertahan sampai usia tertentu karena anak perempuan biasanya lebih awal mengalami masa prapubertas sehingga kebanyakan pada usia tersebut, anak erempuan lebih tinggi dan besar. Akan tetapi, begitu anak laki-laki memasuki masa prapubertas, mereka akan berubah lebih tinggi dan besar dari pada anak perempuan.

Ras atau suku bangsa dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Beberapa suku bangsa menunujukkan karakteristik yang khas, misalnya Suku Asmat di Irian Jaya secara turun-temurun berkulit hitam. Demikan juga kebangsaan tertentu menenjukkan karakteristik tertentu seperti bangsa Asia cenderung pendek dan kecil, sedangkan bangsa Eropa dan Amerika cenderung tinggi dan besar.

2.    Faktor lingkungan

Factor lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak adalah lingkungan prenatal, lingkungan eksternal, dan lingkungan internal anak.

1)   Lingkungan pranatal

Lingkungan didalam uterus sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan fetus, terutama karena ada selaput yang menyelimuti dan melindungi fetus dari lingkungan luar. Beberapa kondisi lingkungan dalam uterus yang dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin adalah gangguan nutrisi karena ibu kurang mendapat gizi adekuat baik secara kualitas maupun kuantitas, ganguan endokrin pada ibu seperti menderita diabetes mellitus, ibu yang mendapat terapi sitostatika atau yang mengalami infeksi rubella, toksoplasmosis, sifilis, dan herpes. Intinya, apa yang dialami oleh ibu akan berdampak pada kondisi pertumbuhan dan perkembangan fetus.

2)   Pengaruh budaya lingkungan

Budaya keluarga atau masyarakat akan mempengaruhi bagaimana mereka memersepsikan dan memahami kesehatan serta berprilaku hidup sehat. Pola prilaku ibu yang sedang hamil dipengaruhi oleh budaya yang dianutnya, misalnya adanya beberapa larangan untuk makanan tertentu padahal zat gizi tersebut diperlukan untuk pertumbuhan janin. Setelah anak lahir, dia dibesarkan dengan ola asuh keluargayang juga dilandasi oleh budaya yang ada di masyarakat. Anak yang dibesarkan dilingkungan petani pedesaan akan mempunyai pola kebiasaan atau norma prilaku yang berbeda dengan mereka yang dibesarkan di kota besar seperti metropolitan Jakarta.

3)   Status sosial dan ekonomi keluarga

Anak yang berada dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang sosial ekonominya rendah, bahkan punya banyak keterbatasan untuk member makanan bergizi, membayar biaya pendidikan, dan memenuhi kebutuhan primer lainnya, tentunya keluarganya akan mendapat kesulitan untuk membantu anak mencapai tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak yang optimal sesuai dengan tahapan seusianya. Keluarga dengan latar belakang pendidikan rendah juga sering kali tidak dapat, tidak mau, atau tidak meyakini pentingnya penggunanan fasilitas kesehatan yang dapat menunjang pertumbuhan dan perkembangan anaknya, misalnya pentingnya imunisasi untuk anak atau penggunaan sarana kesehatan untuk berobat sehingga pada akhirnya mereka masih menggunakan praktik pemeliharaan kesehatan secara tradisional, yaitu pergi kedukun yang praktik pertolongannya belum dapat dibuktikan hasilnya secara ilmiah untuk mempertahankan kesehatan anak.

4)   Nutrisi

Telah disebutkan bahwa untuk bertumbuh dan berkembang, anak membutuhkan zat gizi yang esensial mencakup protein, lemak, karbohidrat, mineral, vitamin, dan air yang harus dionsumsi secara seimbang, dengan pertubuhan dan perkembangan yang cepat seperti masa prenatal, usia bayi, atau remaja akan membutuhkan lebih banyak kalori dan protein. Anak dapat mengalami hambatan pertumbuhan dean perkembangan hanya karena kurang adekuatnya asupan zat gizi tersebut.

Asupan nutrisi yang berlebihan juga dapat menimbulkan dampak yang buruk pula bagi kesehatan anak, misalnya terjadi penumpukan kadar lemak yang berlebihan dalam sel/jaringan, bahkan pada pembuluh darah sehingga bila anak sakit, pertumbuhan dan perkembangannya juga terganggu.

Penyebab status nutrisi kurang pada anak :

a.    Asupan nutrisi yang tidak adekuat baik secara kuantitatif maupun kualitatif

b.    Hiperaktivitas fisik atau istirahat yang kurang adekuat

c.    Adanya penyakit yang menyebabkan peningkatan kebutuhan nutrisi

d.   Stress emosi yang dapat menurunkan nafsu makan atau absorpsi makanan tidak adekuat

5)   Iklim atau cuaca

Iklim tertentu dapat memengaruhi status kesehatan anak, seperti pada musim penghujan yang dapat menimbulkan bahaya banjir pada daerah tertentu, akan menyebabkan sulitnya transportasi sehingga sulit mendapatkan bahan makanan, bahkan timbul berbagai penyakit menular, seperti diare dan penyakit kulit, yang dapat mengancam semua orang yang termasuk bayi dan anak-anak. Terlebih lagi pada bayi dan anak-anak yang sangat rentan terhadap penyakit menular, apabila daya tahan tubuh sedang menurun yang juga akibat tidak adekuatnya status nutrisi, mereka akan dengan mudah terjangkit penyakit menular tersebut. Pada beberapa tempat yang endemis untuk terjadi wabah demam berdarah. Demikian juga dimusim kemarau ketika sulit mendapatkan air bersih, angka kejadian seperti diare akan meningkat. Oleh karena itu, masyarakat harus mempunyai kemampuan untuk mengantisipasi kejadian tersebut dan melakukan tidakan pencegahan. Status kesehatan anak tentunya akan berdampak pada proses pertumbuhan dan perkembangannya.

6)   Olahraga/latihan fisik

Olahraga atau latihan fisik berdampak pada pertumbuhan fisik maupun perkembangan psikososial anak. Secara fisik, manfaat olahraga atau latihan yang teratur dapat meningkatkan sirkulasi darah sehingga akan meningkatkan suplai oksigen ke seluruh tubuh. Selain itu, olahraga akan meningkatkan aktivitas fisik dan menstimulasi perkembangan otot dan pertumbuhan sel. Pada saat olahraga, anak juga berinteraksi dengan teman sepermaianan  dan mengenal aturan yang berlaku serta belajar menaatinya untuk tujuan bersama, misalnya sepak bola yang dilakuakan oleh kelompok anak sekolah. Aktivitas fisik dari sepak bola akan membantu pertumbuhan sel, selain itu kepada anak juga ditanamkan aturan permainan yang harus diikuti bersama dan interaksi sosial yang dijalankan membantu mereka memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan sesama teman.

7)   Posisi anak dalam keluarga

Posisi anak sebagai anak tunggal, anak sulung, anak tengah, atau anak bungsu akan memengaruhi bagaimana pola anak tersebut diasuh dan dididik dalam keluarga. Anak tunggal tidak mempunyai teman bicara dan beraktivitas kecuali dengan orang tuanya. Oleh karena itu, kemampuan intelektual anak tunggal akan dapat lebih cepat berkembang dan mengembangkan harga diri yang postif karena secara terus-menerus berinteraksi dengan orang dewasa, yaitu orang tuanya dan mendapatkan stimulasi secara psikososial. Akan tetapi, biasanya mereka akan lebih tergantung dan kurang mandiri. Perkembangan motorik lebih lambat karena tidak ada stimulasi untuk melakukan aktivitas fisik yang biasanya dilakukan oleh saudara kandungnya.

3.    Faktor internal

Berikut ini akan diuaraikan faktor internal yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.

1)   Kecerdasan

Kecerdasan dimiliki anak sejak ia dilahirkan. Anak yg dilahirkan dengan tingkat kecerdasan yang rendah tidak akan mencapai prestasi yang cemerlang walaupun stimulus yang diberikanlingkungan demikian tinggi. Sementara anak yang dilahirkan dengan tingkat kecerdasan tinggi dapat didorong oleh stimulus lingkungan untuk berpretasi secara cemerlang.

2)   Pengaruh hormonal

Ada tiga hormon yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak, yaitu hormon somatotropik, hormon tiroid, dan hormon gonadotropin. Hormon somatotropik (growth hormone) terutama digunakan selama masa kanak-kanak yang memengaruhi pertumbuhan tinggi badan karena menstimulasi terjadinya proliferasi sel kartilago dan sistem skeletal. Apabila kelebihan, hal ini akan menyebabkan gigantisme, yaitu anak tumbuh sangat tinggi dan besar, dan apabila kekurangan, menyebabkan dwarfism atau kerdil. Hormon tiroid menstimulsi metabolisme tubuh, sedangkan hormon gonadrotopik menstimulasi pertumbuhan sel interstisial dari testis ntuk memproduksi testosteron akan menstimulasi perkembangan karakteristik seks sekunder anak laki-laki, yaitu menghasilkan spermatozoa, sedangkan estrogen akan menstimulasi perkembangan karakteristik seks sekunder anak perempuan, yaitu menghasilkan ovum.

3)   Pengaruh emosi

Orang tua terutama ibu adalah orang terdekat tempat anak belajar untuk bertumbuh dan berkembang. Anak belajar dari orang tua untuk dapat memenuhi kebutuhan dasarnya sendiri. Dengan demikian, apabila orang tua memberi contoh perilaku emosional, seperti melempar sandal atau sepatu bekas dipakai, membentak saat anak rewel, marah saat jengkel, anak akan belajar untuk menirukan prilaku orang tua tersebut. Anak belajar mengekspresikan perasaan dan emosinya dengan meniru perilaku orang tuanya. Apabila pola seperti ini dibiarkan, anak akan mengembangkan prilaku emosional seperti diatas karena maturasi atau pematangan kepribadian diperoleh anak melalui proses belajar dari lingkungan keluargannya.

2.2.3   Ciri-ciri Perkembangan

Menurut Suganda Tanuwijaya, terdapat 4 ciri – ciri perkembangan (IDAI, 2002) antara lain :

1.    Perkembangan melibatkan perubahan

Karena perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan, maka setiap perubahan disertai perubahan fungsi. Perkembangan sistem reproduksi misalnya, disertai dengan perubahan pada organ kelamin, perkembangan intelegensia menyertai pertumbuhan otak dan serabut saraf. Perubahan-perubahan ini meliputi perubahan ukuran tubuh secara umum/ perubahan proporsi tubuh, berubahnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru sebagai tanda kematangan suatu organ tubuh tertentu.

2.    Perkembangan awal menentukan pertumbuhan selanjutnya

Seseorang tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum ia melewati tahapan sebelumnya. Sebagai contoh, seorang anak tidak akan bisa berjalan sebelum ia bisa berdiri. Karena itu perkembangan awal ini merupakan masa kritis karena akan menentukan perkembangan selanjutnya.

3.    Perkembangan mempunyai pola yang tetap

Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut dua hukum yang tetep yaitu :

1)   Perkembangan terjadi lebih dahulu didaerah kepala, kemudian menuju kearah kaudal. Pola ini disebut sefalokaudal.

2)   Perkembangan tejadi lebih dahulu didaerah proksimal (gerakan kasar) lalu berkembang kebagian distal seperti jari – jari yang mempunyai kemampuan dalam gerakan halus. Pola ini disebut proklimodistal.

4.    Perkembangan memiliki tahap yang berurutan

Tahap ini dilalui oleh seorang anak mengikuti pola yang teratur dan berurutan, tahap – tahap tersebut tidak bisa terjadi terbalik, misalnya anak terlebih dahulu mampu membuat lingkaran sebelum mampu membuat gambar kotak, berdiri sebelum berjalan dan sebagainya.

5.    Perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda

Seperti halnya pertumbuhan, perkembangan berlangsung dalam kecepatan yang berbeda – beda. Kaki dan tangan berkembang pesat pada awal masa remaja, sedangkan bagian tubuh yang lain mungking berkembang pesat pada masa yang lain.

6.    Perkembangan berkolerasi dengan pertumbuhan

Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun demikian, terjadi peningkatan mental, ingatan, daya nalar, asosiasi dan lain – lain.

2.2.4   Perkembangan Balita

Menurut Rosa M. Sachrin (1995), kemajuan perkembangan balita dijelaskan dalam tabel.

Tabel 2.2 kemajuan perkembangan balita menurut umur:

Umur

Motorik/Sensorik

Sosial/Pengertian

Bahasa

Manipulasi

Lahir sampai 1 bulan

Reflek – reflek primitif dapat menghisap, menggenggam, memberikan respon terhadap suara – suara mengejutkan.

Memberikan respon senyum

 

 

1 – 3 bulan

 Menegakkan kepala sebentar, mengadakan gerakan merangkak jika tengkurap.

Tersenyum

 

 

3 – 4 bulan

Mengangkat kepala dari sisi tengkurap dalam waktu yang singkat, memalingkan kepala ke arah suara.

Memperhatikan kegembiraan dengan berlagak dan tersipu – sipu.

Bersuara jika diajak bicara.

Mulai mengamati tangan sendiri, mampu untuk memegang kerincingan

6 – 9 bulan

Berguling dari sisi ke sisi ketika terlentang. Memalingkan kepala pada orang yang berbicara.

Menurut perintah sederhana, meniru orang dewasa. Memperlihatkan berbagai emosi.

Bervocalisasi sampai suara- suara bergumam, suara seperti “da”, “ma”

Mulai memindahkan benda dari satu tangan ke tangan lainnya. Mampu memanipulasi benda – benda 

1 tahun

Merangkak dengan baik menarik badan sendiri untuk berdiri, dapat berjalan dengan dibimbing.

Ingin bermain dekat anak – anak lain, meminta minum, mengenal gambar – gambar binatang dan beberapa bagian tubuh anak.

Mengucapkan kata – kata tunggal.

Memegang gelas untuk minum.

1,5 tahun

Berjalan tanpa ditopang, menaiki tangga atau peralatan rumah tangga (kursi)

Mulai bermain dengan anak-anak lain

Telah menggunakan sekitar 20 kata-kata yang dapat di mengerti

Mencoret-coret, membalik-balik halaman, bermain dengan balok-balok bangunan secara konstuktif

2 tahun

Mampu berlari, memanjat, menaiki tangga, membuka pintu

Mengetahui nama dan jenis kelaminnya sendiri, dapat di beri pengertian, bermain secara konstruktif

Mulai menggunakan dua atau tiga kata secara bersamaan

 

3 tahun

Berlari bebas, melompat, mengendarai sepeda roda tiga

Mengetahui banyak huruf-huruf alfabet, lagu anak-anak, dapat menghitung sampai sepuluh

Berbicara dengan kalimat-kalimat pendek

Berpakaian sendiri, tidak mampu untuk mengikat/memasang kancing

4-5 tahun

 

 

Bernyanyi berdendang

Menggambar lingkaran, menggambar gambar-gambar yang dapat dikenal

2.2.5   Penilaian Perkembangan

(Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)

1.    Tujuan skrining atau pemeriksaan perkembangan anak menggunakan KPSP adalah untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan.

2.    Jadwal skrining/pemeriksaan KPSP rutin adalah pada umur 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66, dan 72 bulan. Jika anak belum mencapai skrining tersebut, minta ibu datang kembali pada umur skrining yang terdekat untuk pemeriksaan rutin. Misalnya bayi umur 7 bulan, diminta kembali untuk skrining KPSP pada umur 9 bulan.

Apabila orang tua datang dengan keluhan anaknya mempunyai masalah tumbuh kembang, sedangkan umur anak bukan umur skrining maka pemeriksaan menggunakan KPSP untuk umur skrining terdekat-yang lebih mudah.

3.    Skrining atau pemeriksaan dilakukan oleh tenaga kesehatan, guru TK, dan petugas PADU terlatih.

4.    Alat atau instrument yang digunakan adalah

1)   Formulir KPSP menurut umur. Formulir ini berisi 9-10 pertanyaan tentang kemampuan perkembangan yang telah dicapai anak. Sasaran KPSP anak umur 0-72 bulan.

2)   Alat bantu pemeriksaan berupa: pensil, kertas, bola sebesar bola tenis, kerincingan, kubus berukuran sisi 2,5 cm sebanyak 8 buah, kismis, kacang tanah, potongan biskuit kecil berukuran 0,5-1 cm.

5.    Cara menggunakan KPSP:

1)   Pada waktu pemeriksaan atau skrining, anak harus dibawa.

2)   Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal, bulan, dan tahun anak lahir. Bila umur anak lebih 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan.

Contoh: bayi umur 3 bulan 16 hari, dibulatkan menjadi 4 bulan. Bila umur bayi 3 bulan 15 hari, dibulatkan menjadi 3 bulan.

3)   Setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai dengan umur anak

4)   KPSP terdiri dari 2 macam pertanyaan, yaitu:

(1)  Pertanyaan yang dijawab oleh ibu atau pengasuh anak, contoh: “Dapatkah bayi makan kue sendiri ?”.

(2)  Perintahkan kepada ibu atau pengasuh anak atau petugas untuk melaksanakan tugas yang tertulis pada KPSP. Contoh: “Pada posisi bayi anda terlentang, teriklah bayi pada pergelangan tangannya secara perlahan-lahan ke posisi duduk”.

6.    Jelaskan kepada orang tua agar tidak ragu-ragu atau takut menjawab, oleh karena itu pastikan ibu atau pengasuh anak mengerti apa yang ditanyakan kepadanya.

7.    Tanyakan pertanyaan tersebut secara berurutan, satu per satu. Setiap pertanyaan, ya atau tidak. Catat jawaban tersebut pada formulir.

8.    Ajukan pertanyaan yang berikutnya setelah ibu atau pengasuhnya menjawab pertanyaan terdahulu.

9.    Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.

10.    Interpretasi hasil KPSP:

1)   Hitunglah berapa jumlah jawaban ya.

(1)     Jawaban ya, bila ibu atau pengasuh anak menjawab: anak bisa atau pernah atau sering atau kadang-kadang melakukannya.

(2)     Jawaban tidak, bila ibu atau pengasuh anak menjawab: anak belum pernah melakukan atau tidak pernah atau ibu atau pengasuh anak tidak tahu.

2)   Jumlah jawaban “Ya”= 9 atau 10, perkembangan anak sesuai dengan tahap perkembangan (S).

3)   Jumlah jawaban “Ya”= 7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M).

4)   Jumlah jawaban “Ya”= 6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan (P).

5)   Untuk jawaban “Tidak”, perlu dirinci jumlah jawaban “Tidak” menurut jenis keterlambatan (gerak kasar, gerak halus, bicara, dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian).

11.    Intervensi:

1)   Bila perkembangan anak sesuai umur (S), lakukan tindakan berikut:

(1)     Beri pujian pada ibu karena telah mengasuh anaknya dengan baik

(2)     Teruskan pola asuh anak sesuai dengan tahap perkembangan anak

(3)     Beri stimulasi perkembangan anak setiap saat, sesering mungkin, sesuai dengan umur dan kesiapan anak.

(4)     Ikutkan anak pada kegiatan penimbangan dan pelayanan kesehatan di posyandu secara teratur sebulan 1 kali dan setiap ada kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB). Jika anak sudah memasuki usia pra sekolah (36-37 bulan), anak dapat diikutkan pada kegiatan di pusat Pendidikan Anak Dini Usia (PADU), kelompok bermain dan taman kanak-kanak.

(5)     Lakukan pemeriksaan atau skrining rutin menggunakan KPSP setiap 3 bulan pada anak berumur kurang dari 24 bulan dan setiap 6 bulan pada anak umur 24-72 bulan.

2)   Bila perkembangan anak meragukan (M), lakukan tindakan berikut:

                                           (1)     Beri petunjuk pada ibu agar melakukan stimulasi perkembangan pada anak lebih sering lagi, setiap saat dan sesering mungkin.

                                           (2)     Ajarkan ibu cara melakukan intervensi stimulasi perkembangan anak untuk mengatasi penyimpangan atau mengejar ketertinggalannya.

                                           (3)     Lakukan pemeriksaan kesehatan untuk mencari kemungkinan adanya penyakit yang menyebabkan penyimpangan perkembangaannya.

                                           (4)     Lakukan penilaian ulang KPSP 2 minggu kemudian dengan menggunakan daftar KPSP yang sesuai dengan umur anak.

                                           (5)     Jika hasil KPSP ulang jawaban “Ya” tetap 7 atau 8 maka kemungkinan ada penyimpangan (P).

3)   Bila tahapan perkembangan terjadi penyimpangan (P), lakukan tindakan berikut:

Rujukan ke rumah sakit dengan menuliskan jenis dan jumlah penyimpangan perkembangan (gerak kasar, gerak halus, bicara dan  bahasa, sosialisasi dan kemandirian).

Askeb ANC Covid

  BAB III TINJAUAN KASUS 3.1     Pengkajian Hari / tanggal    : Senin, 20 Mei 2021                                           Jam   : 1...