2.1
Konsep
Perkembangan
2.2.1
Pengertian
Perkembangan Anak
Perkembangan (development)
adalah bertambahnya kemampuan (skill)
dalam struktur dan fungsi yang lebih komplek dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan,
sebagai hasil dari proses pematangan. Perkembangan berkaitan dengan perubahan
kualitataif dan kuantitatif. Disinai menyangkut adanya proses diferensiasi dari
sel- asel tubuh, jaringan tubuh , organ- organ dan sistem yang berkembang
sedemikian rupa sehingga masing – masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk
juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil
interaksi dengan lingkungan
(Soetjiningsih,1995).
Perkembangan
merupakan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui
tumbuh kematangan dan belajar (Hidayat,2009).
Perkembangan adalah suatu proses yang terjadi secara
stimultan dengan pertumbuhan yang menghasilkan kualitas individu untuk
berfungsi, yang dihasilkan melalui proses pematangan dan proses belajar dari
lingkungannya (Supartini,2004).
2.2.2 Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Perkembangan Anak
Setiap individu berbeda dalam proses ertubuhan dan perkembangannya karena pertumbuhan dan perkembangan anak dipengaruhi oleh beberapa factor baik secara herediter maupun lingkungan. Faktor tersebut adalah factor herediter, lingkungan, dan internal.
1. Factor
herediter
Factor
pertumbuhan yang dapat diturunkan (herediter) adalah jenis kelamin, ras, dan
kebangsaan (Marlow, 1988). Jenis kelamin ditentukan sejak awal dalam kandungan
(fase konsepsi) dan setelah lahir, anak laki-laki cenderung lebih tinggi dan
berat dari pada anak perempuan dan hal ini bertahan sampai usia tertentu karena
anak perempuan biasanya lebih awal mengalami masa prapubertas sehingga
kebanyakan pada usia tersebut, anak erempuan lebih tinggi dan besar. Akan
tetapi, begitu anak laki-laki memasuki masa prapubertas, mereka akan berubah
lebih tinggi dan besar dari pada anak perempuan.
Ras
atau suku bangsa dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Beberapa
suku bangsa menunujukkan karakteristik yang khas, misalnya Suku Asmat di Irian
Jaya secara turun-temurun berkulit hitam. Demikan juga kebangsaan tertentu
menenjukkan karakteristik tertentu seperti bangsa Asia cenderung pendek dan
kecil, sedangkan bangsa Eropa dan Amerika cenderung tinggi dan besar.
2. Faktor
lingkungan
Factor
lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak adalah
lingkungan prenatal, lingkungan eksternal, dan lingkungan internal anak.
1) Lingkungan
pranatal
Lingkungan
didalam uterus sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan fetus, terutama
karena ada selaput yang menyelimuti dan melindungi fetus dari lingkungan luar.
Beberapa kondisi lingkungan dalam uterus yang dapat mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan janin adalah gangguan nutrisi karena ibu kurang mendapat gizi
adekuat baik secara kualitas maupun kuantitas, ganguan endokrin pada ibu
seperti menderita diabetes mellitus, ibu yang mendapat terapi sitostatika atau
yang mengalami infeksi rubella, toksoplasmosis, sifilis, dan herpes. Intinya,
apa yang dialami oleh ibu akan berdampak pada kondisi pertumbuhan dan
perkembangan fetus.
2) Pengaruh
budaya lingkungan
Budaya
keluarga atau masyarakat akan mempengaruhi bagaimana mereka memersepsikan dan
memahami kesehatan serta berprilaku hidup sehat. Pola prilaku ibu yang sedang
hamil dipengaruhi oleh budaya yang dianutnya, misalnya adanya beberapa larangan untuk
makanan tertentu padahal zat gizi tersebut diperlukan untuk pertumbuhan janin.
Setelah anak lahir, dia dibesarkan dengan ola asuh keluargayang juga dilandasi
oleh budaya yang ada di masyarakat. Anak yang dibesarkan dilingkungan petani
pedesaan akan mempunyai pola kebiasaan atau norma prilaku yang berbeda dengan
mereka yang dibesarkan di kota besar seperti metropolitan Jakarta.
3) Status
sosial dan ekonomi keluarga
Anak
yang berada dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang sosial ekonominya
rendah, bahkan punya banyak keterbatasan untuk member makanan bergizi, membayar
biaya pendidikan, dan memenuhi kebutuhan primer lainnya, tentunya keluarganya
akan mendapat kesulitan untuk membantu anak mencapai tingkat pertumbuhan dan
perkembangan anak yang optimal sesuai dengan tahapan seusianya. Keluarga dengan
latar belakang pendidikan rendah juga sering kali tidak dapat, tidak mau, atau
tidak meyakini pentingnya penggunanan fasilitas kesehatan yang dapat menunjang
pertumbuhan dan perkembangan anaknya, misalnya pentingnya imunisasi untuk anak
atau penggunaan sarana kesehatan untuk berobat sehingga pada akhirnya mereka
masih menggunakan praktik pemeliharaan kesehatan secara tradisional, yaitu
pergi kedukun yang praktik pertolongannya belum dapat dibuktikan hasilnya
secara ilmiah untuk mempertahankan kesehatan anak.
4)
Nutrisi
Telah
disebutkan bahwa untuk bertumbuh dan berkembang, anak membutuhkan zat gizi yang
esensial mencakup protein, lemak, karbohidrat, mineral, vitamin, dan air yang
harus dionsumsi secara seimbang, dengan pertubuhan dan perkembangan yang cepat
seperti masa prenatal, usia bayi, atau remaja akan membutuhkan lebih banyak
kalori dan protein. Anak dapat mengalami hambatan pertumbuhan dean perkembangan
hanya karena kurang adekuatnya asupan zat gizi tersebut.
Asupan
nutrisi yang berlebihan juga dapat menimbulkan dampak yang buruk pula bagi
kesehatan anak, misalnya terjadi penumpukan kadar lemak yang berlebihan dalam
sel/jaringan, bahkan pada pembuluh darah sehingga bila anak sakit, pertumbuhan
dan perkembangannya juga terganggu.
Penyebab
status nutrisi kurang pada anak :
a. Asupan
nutrisi yang tidak adekuat baik secara kuantitatif maupun kualitatif
b. Hiperaktivitas
fisik atau istirahat yang kurang adekuat
c. Adanya
penyakit yang menyebabkan peningkatan kebutuhan nutrisi
d. Stress
emosi yang dapat menurunkan nafsu makan atau absorpsi makanan tidak adekuat
5) Iklim
atau cuaca
Iklim
tertentu dapat memengaruhi status kesehatan anak, seperti pada musim penghujan
yang dapat menimbulkan bahaya banjir pada daerah tertentu, akan menyebabkan
sulitnya transportasi sehingga sulit mendapatkan bahan makanan, bahkan timbul
berbagai penyakit menular, seperti diare dan penyakit kulit, yang dapat
mengancam semua orang yang termasuk bayi dan anak-anak. Terlebih lagi pada bayi
dan anak-anak yang sangat rentan terhadap penyakit menular, apabila daya tahan
tubuh sedang menurun yang juga akibat tidak adekuatnya status nutrisi, mereka
akan dengan mudah terjangkit penyakit menular tersebut. Pada beberapa tempat
yang endemis untuk terjadi wabah demam berdarah. Demikian juga dimusim kemarau
ketika sulit mendapatkan air bersih, angka kejadian seperti diare akan meningkat.
Oleh karena itu, masyarakat harus mempunyai kemampuan untuk mengantisipasi
kejadian tersebut dan melakukan tidakan pencegahan. Status kesehatan anak
tentunya akan berdampak pada proses pertumbuhan dan perkembangannya.
6) Olahraga/latihan
fisik
Olahraga
atau latihan fisik berdampak pada pertumbuhan fisik maupun perkembangan
psikososial anak. Secara fisik, manfaat olahraga atau latihan yang teratur
dapat meningkatkan sirkulasi darah sehingga akan meningkatkan suplai oksigen ke
seluruh tubuh. Selain itu, olahraga akan meningkatkan aktivitas fisik dan
menstimulasi perkembangan otot dan pertumbuhan sel. Pada saat olahraga, anak
juga berinteraksi dengan teman sepermaianan
dan mengenal aturan yang berlaku serta belajar menaatinya untuk tujuan
bersama, misalnya sepak bola yang dilakuakan oleh kelompok anak sekolah.
Aktivitas fisik dari sepak bola akan membantu pertumbuhan sel, selain itu
kepada anak juga ditanamkan aturan permainan yang harus diikuti bersama dan
interaksi sosial yang dijalankan membantu mereka memiliki kemampuan untuk
berkomunikasi dengan sesama
teman.
7) Posisi
anak dalam keluarga
Posisi anak sebagai anak tunggal, anak sulung, anak tengah, atau anak bungsu akan memengaruhi bagaimana pola anak tersebut diasuh dan dididik dalam keluarga. Anak tunggal tidak mempunyai teman bicara dan beraktivitas kecuali dengan orang tuanya. Oleh karena itu, kemampuan intelektual anak tunggal akan dapat lebih cepat berkembang dan mengembangkan harga diri yang postif karena secara terus-menerus berinteraksi dengan orang dewasa, yaitu orang tuanya dan mendapatkan stimulasi secara psikososial. Akan tetapi, biasanya mereka akan lebih tergantung dan kurang mandiri. Perkembangan motorik lebih lambat karena tidak ada stimulasi untuk melakukan aktivitas fisik yang biasanya dilakukan oleh saudara kandungnya.
3. Faktor
internal
Berikut
ini akan diuaraikan faktor internal yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan anak.
1) Kecerdasan
Kecerdasan
dimiliki anak sejak ia dilahirkan. Anak yg dilahirkan dengan tingkat kecerdasan
yang rendah tidak akan mencapai prestasi yang cemerlang walaupun stimulus yang
diberikanlingkungan demikian tinggi. Sementara anak yang dilahirkan dengan
tingkat kecerdasan tinggi dapat didorong oleh stimulus lingkungan untuk
berpretasi secara cemerlang.
2) Pengaruh
hormonal
Ada
tiga hormon yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak, yaitu hormon
somatotropik, hormon tiroid, dan hormon gonadotropin. Hormon somatotropik (growth hormone) terutama digunakan
selama masa kanak-kanak yang memengaruhi pertumbuhan tinggi badan karena
menstimulasi terjadinya proliferasi sel kartilago dan sistem skeletal. Apabila
kelebihan, hal ini akan menyebabkan gigantisme, yaitu anak tumbuh sangat tinggi
dan besar, dan apabila kekurangan, menyebabkan dwarfism atau kerdil. Hormon
tiroid menstimulsi metabolisme tubuh, sedangkan hormon gonadrotopik
menstimulasi pertumbuhan sel interstisial dari testis ntuk memproduksi
testosteron akan menstimulasi perkembangan karakteristik seks sekunder anak
laki-laki, yaitu menghasilkan spermatozoa, sedangkan estrogen akan menstimulasi
perkembangan karakteristik seks sekunder anak perempuan, yaitu menghasilkan
ovum.
3) Pengaruh
emosi
Orang
tua terutama ibu adalah orang terdekat tempat anak belajar untuk bertumbuh dan
berkembang. Anak belajar dari orang tua untuk dapat memenuhi kebutuhan dasarnya
sendiri. Dengan demikian, apabila orang tua memberi contoh perilaku
emosional, seperti melempar sandal atau sepatu bekas dipakai, membentak saat
anak rewel, marah saat jengkel, anak akan belajar untuk menirukan prilaku orang
tua tersebut. Anak belajar mengekspresikan perasaan dan emosinya dengan meniru
perilaku orang tuanya. Apabila pola seperti ini dibiarkan, anak akan
mengembangkan prilaku emosional seperti diatas karena maturasi atau pematangan
kepribadian diperoleh anak melalui proses belajar dari lingkungan keluargannya.
2.2.3
Ciri-ciri Perkembangan
Menurut Suganda Tanuwijaya,
terdapat 4 ciri – ciri perkembangan (IDAI, 2002) antara lain :
1. Perkembangan melibatkan perubahan
Karena perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan, maka setiap
perubahan disertai perubahan fungsi. Perkembangan sistem reproduksi misalnya,
disertai dengan perubahan pada organ kelamin, perkembangan intelegensia
menyertai pertumbuhan otak dan serabut saraf. Perubahan-perubahan ini meliputi
perubahan ukuran tubuh secara umum/ perubahan proporsi tubuh, berubahnya
ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru sebagai tanda kematangan suatu
organ tubuh tertentu.
2.
Perkembangan awal
menentukan pertumbuhan selanjutnya
Seseorang tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum ia
melewati tahapan sebelumnya. Sebagai contoh, seorang anak tidak akan bisa
berjalan sebelum ia bisa berdiri. Karena itu perkembangan awal ini merupakan
masa kritis karena akan menentukan perkembangan selanjutnya.
3. Perkembangan mempunyai pola yang tetap
Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut dua hukum yang tetep yaitu
:
1)
Perkembangan
terjadi lebih dahulu didaerah kepala, kemudian menuju kearah kaudal. Pola ini
disebut sefalokaudal.
2)
Perkembangan tejadi
lebih dahulu didaerah proksimal (gerakan kasar) lalu berkembang kebagian distal
seperti jari – jari yang mempunyai kemampuan dalam gerakan halus. Pola ini
disebut proklimodistal.
4.
Perkembangan
memiliki tahap yang berurutan
Tahap ini dilalui oleh seorang anak mengikuti pola yang
teratur dan berurutan, tahap – tahap tersebut tidak bisa terjadi terbalik, misalnya
anak terlebih dahulu mampu membuat lingkaran sebelum mampu membuat gambar
kotak, berdiri sebelum berjalan dan sebagainya.
5.
Perkembangan
mempunyai kecepatan yang berbeda
Seperti halnya pertumbuhan, perkembangan berlangsung
dalam kecepatan yang berbeda – beda. Kaki dan tangan berkembang pesat pada awal
masa remaja, sedangkan bagian tubuh yang lain mungking berkembang pesat pada
masa yang lain.
6. Perkembangan berkolerasi dengan pertumbuhan
Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun demikian, terjadi peningkatan mental, ingatan, daya nalar, asosiasi dan lain – lain.
2.2.4
Perkembangan Balita
Menurut Rosa M. Sachrin (1995), kemajuan perkembangan
balita dijelaskan dalam tabel.
Tabel 2.2 kemajuan perkembangan balita menurut umur:
Umur |
Motorik/Sensorik |
Sosial/Pengertian |
Bahasa |
Manipulasi |
Lahir sampai 1 bulan |
Reflek – reflek primitif dapat
menghisap, menggenggam, memberikan respon terhadap suara – suara mengejutkan. |
Memberikan respon senyum |
|
|
1 – 3 bulan |
Menegakkan kepala sebentar, mengadakan
gerakan merangkak jika tengkurap. |
Tersenyum |
|
|
3 – 4 bulan |
Mengangkat kepala dari sisi
tengkurap dalam waktu yang singkat, memalingkan kepala ke arah suara. |
Memperhatikan kegembiraan dengan
berlagak dan tersipu – sipu. |
Bersuara jika diajak bicara. |
Mulai mengamati tangan sendiri,
mampu untuk memegang kerincingan |
6 – 9 bulan |
Berguling dari sisi ke sisi ketika
terlentang. Memalingkan kepala pada orang yang berbicara. |
Menurut perintah sederhana, meniru
orang dewasa. Memperlihatkan berbagai emosi. |
Bervocalisasi sampai suara- suara
bergumam, suara seperti “da”, “ma” |
Mulai memindahkan benda dari satu
tangan ke tangan lainnya. Mampu memanipulasi benda – benda |
1 tahun |
Merangkak dengan baik menarik
badan sendiri untuk berdiri, dapat berjalan dengan dibimbing. |
Ingin bermain dekat anak – anak
lain, meminta minum, mengenal gambar – gambar binatang dan beberapa bagian
tubuh anak. |
Mengucapkan kata – kata tunggal. |
Memegang gelas untuk minum. |
1,5 tahun |
Berjalan tanpa ditopang, menaiki
tangga atau peralatan rumah tangga (kursi) |
Mulai bermain dengan anak-anak
lain |
Telah menggunakan sekitar 20
kata-kata yang dapat di mengerti |
Mencoret-coret, membalik-balik
halaman, bermain dengan balok-balok bangunan secara konstuktif |
2 tahun |
Mampu berlari, memanjat, menaiki
tangga, membuka pintu |
Mengetahui nama dan jenis
kelaminnya sendiri, dapat di beri pengertian, bermain secara konstruktif |
Mulai menggunakan dua atau tiga
kata secara bersamaan |
|
3 tahun |
Berlari bebas, melompat,
mengendarai sepeda roda tiga |
Mengetahui banyak huruf-huruf
alfabet, lagu anak-anak, dapat menghitung sampai sepuluh |
Berbicara dengan kalimat-kalimat
pendek |
Berpakaian sendiri, tidak mampu
untuk mengikat/memasang kancing |
4-5 tahun |
|
|
Bernyanyi berdendang |
Menggambar lingkaran, menggambar
gambar-gambar yang dapat dikenal |
2.2.5
Penilaian Perkembangan
(Kuesioner
Pra Skrining Perkembangan (KPSP)
1. Tujuan
skrining atau pemeriksaan perkembangan anak menggunakan KPSP adalah untuk
mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan.
2. Jadwal
skrining/pemeriksaan KPSP rutin adalah pada umur 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24,
30, 36, 42, 48, 54, 60, 66, dan 72 bulan. Jika anak belum mencapai skrining
tersebut, minta ibu datang kembali pada umur skrining yang terdekat untuk
pemeriksaan rutin. Misalnya bayi umur 7 bulan, diminta kembali untuk skrining
KPSP pada umur 9 bulan.
Apabila orang tua datang dengan keluhan
anaknya mempunyai masalah tumbuh kembang, sedangkan umur anak bukan umur
skrining maka pemeriksaan menggunakan KPSP untuk umur skrining terdekat-yang
lebih mudah.
3. Skrining
atau pemeriksaan dilakukan oleh tenaga kesehatan, guru TK, dan petugas PADU
terlatih.
4. Alat
atau instrument yang digunakan adalah
1) Formulir
KPSP menurut umur. Formulir ini berisi 9-10 pertanyaan tentang kemampuan
perkembangan yang telah dicapai anak. Sasaran KPSP anak umur 0-72 bulan.
2) Alat
bantu pemeriksaan berupa: pensil, kertas, bola sebesar bola tenis, kerincingan,
kubus berukuran sisi 2,5 cm sebanyak 8 buah, kismis, kacang tanah, potongan
biskuit kecil berukuran 0,5-1 cm.
5. Cara
menggunakan KPSP:
1) Pada
waktu pemeriksaan atau skrining, anak harus dibawa.
2) Tentukan
umur anak dengan menanyakan tanggal, bulan, dan tahun anak lahir. Bila umur
anak lebih 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan.
Contoh:
bayi umur 3 bulan 16 hari, dibulatkan menjadi 4 bulan. Bila umur bayi 3 bulan
15 hari, dibulatkan menjadi 3 bulan.
3) Setelah
menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai dengan umur anak
4) KPSP
terdiri dari 2 macam pertanyaan, yaitu:
(1)
Pertanyaan yang dijawab
oleh ibu atau pengasuh anak, contoh: “Dapatkah bayi makan kue sendiri ?”.
(2)
Perintahkan kepada ibu
atau pengasuh anak atau petugas untuk melaksanakan tugas yang tertulis pada
KPSP. Contoh: “Pada posisi bayi anda terlentang, teriklah bayi pada pergelangan
tangannya secara perlahan-lahan ke posisi duduk”.
6. Jelaskan
kepada orang tua agar tidak ragu-ragu atau takut menjawab, oleh karena itu
pastikan ibu atau pengasuh anak mengerti apa yang ditanyakan kepadanya.
7. Tanyakan
pertanyaan tersebut secara berurutan, satu per satu. Setiap pertanyaan, ya atau
tidak. Catat jawaban tersebut pada formulir.
8. Ajukan
pertanyaan yang berikutnya setelah ibu atau pengasuhnya menjawab pertanyaan
terdahulu.
9. Teliti
kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.
10. Interpretasi
hasil KPSP:
1) Hitunglah
berapa jumlah jawaban ya.
(1) Jawaban
ya, bila ibu atau pengasuh anak menjawab: anak bisa atau pernah atau sering
atau kadang-kadang melakukannya.
(2) Jawaban
tidak, bila ibu atau pengasuh anak menjawab: anak belum pernah melakukan atau
tidak pernah atau ibu atau pengasuh anak tidak tahu.
2) Jumlah
jawaban “Ya”= 9 atau 10, perkembangan anak sesuai dengan tahap perkembangan
(S).
3) Jumlah
jawaban “Ya”= 7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M).
4) Jumlah
jawaban “Ya”= 6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan (P).
5) Untuk
jawaban “Tidak”, perlu dirinci jumlah jawaban “Tidak” menurut jenis
keterlambatan (gerak kasar, gerak halus, bicara, dan bahasa, sosialisasi dan
kemandirian).
11. Intervensi:
1)
Bila perkembangan anak
sesuai umur (S), lakukan tindakan berikut:
(1)
Beri pujian pada ibu
karena telah mengasuh anaknya dengan baik
(2)
Teruskan pola asuh anak
sesuai dengan tahap perkembangan anak
(3)
Beri stimulasi
perkembangan anak setiap saat, sesering mungkin, sesuai dengan umur dan
kesiapan anak.
(4) Ikutkan
anak pada kegiatan penimbangan dan pelayanan kesehatan di posyandu secara
teratur sebulan 1 kali dan setiap ada kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB). Jika
anak sudah memasuki usia pra sekolah (36-37 bulan), anak dapat diikutkan pada
kegiatan di pusat Pendidikan Anak Dini Usia (PADU), kelompok bermain dan taman
kanak-kanak.
(5) Lakukan pemeriksaan atau skrining rutin menggunakan KPSP setiap 3 bulan pada anak berumur kurang dari 24 bulan dan setiap 6 bulan pada anak umur 24-72 bulan.
2)
Bila perkembangan anak
meragukan (M), lakukan tindakan berikut:
(1) Beri
petunjuk pada ibu agar melakukan stimulasi perkembangan pada anak lebih sering
lagi, setiap saat dan sesering mungkin.
(2) Ajarkan
ibu cara melakukan intervensi stimulasi perkembangan anak untuk mengatasi
penyimpangan atau mengejar ketertinggalannya.
(3) Lakukan
pemeriksaan kesehatan untuk mencari kemungkinan adanya penyakit yang
menyebabkan penyimpangan perkembangaannya.
(4) Lakukan
penilaian ulang KPSP 2 minggu kemudian dengan menggunakan daftar KPSP yang
sesuai dengan umur anak.
(5) Jika
hasil KPSP ulang jawaban “Ya” tetap 7 atau 8 maka kemungkinan ada penyimpangan
(P).
3)
Bila tahapan
perkembangan terjadi penyimpangan (P), lakukan tindakan berikut:
Rujukan ke rumah sakit dengan menuliskan
jenis dan jumlah penyimpangan perkembangan (gerak kasar, gerak halus, bicara
dan bahasa, sosialisasi dan
kemandirian).
No comments:
Post a Comment