2.1 Konsep Dasar Status Gizi Pada Remaja Putri
2.1.1
Pengertian Gizi
1.
Ruang lingkup gizi
Gizi atau disebut juga nutrisi, merupakan ilmu yang
mempelajari perihal makanan serta hubungan nya dengan kesehatan. Ilmu
pengetahuan tentang gizi (nutrisi) membahas sifat-sifat nutrien (zat-zat gizi)
yang terkandung dalam makanan, pengaruh metabolisme serta akibat yang timbul
bila terdapat kekurangan
(ketidakcukupan) zat gizi. Zat-zat gizi tidak lain adalah senyawa-enyawa kimia
yang terkandung dalam makanan yang
pada gilirannya diserap dan digunakan untuk meningkatkan kesehatan tubuh kita.
Terdapat sejumlah besar zat gizi yang sebagian diantaranya bersifat esensial
yang artinya tidak dapat disintesis sendiri oleh tubuh sehingga harus
dikonsumsi dari makanan-makanan amino, asam lemak dan sejumlah
karbohidrat sebagai energi.
Sedangkan golongan zat-zat gizi yang tidak esensial
adalah zat-zat gizi yang dapat disintesis (dibentuk) didalam tubuh dari senyawa
zat gizi tertentu walaupun kesemuanya ini dapat juga bersumber dari diet
(hidangan yang kita konsumsi
sehari-hari). zat gizi secara garis besar dibedakan dalam dua bentuk yaitu makronutrien (zat gizi
makro) dan mikronutrien (zat gizi
mikro) (Paath, EF, 2004 : 4).
2.1.2
Pengertian status gizi
Deswarni
Idrus dan Gatot Kunanto (1990) mengungkapkan bahwa ada beberapa istilah yang berhubungan dengan status gizi yaitu sebagai berikut
:
1.
Gizi (Nutrition) adalah sutu proses organisme
menggunakan makanan yang
dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi,
penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan
fungsi normal dari organ-organ serta menghasilkan energi.
2.
Keadaan gizi adalah keadaan akibat dari keseimbangan
antara konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut
atau keadaan fisiologik akibat dari tersedianya zat gizi dalam selular tubuh.
3.
Status gizi (Nutrition status) adalah ekspresi
dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu.
4.
Malnutrition (gizi salah, malnutrisi) adalah
keadaan patologis akibat kekurangan/kelebihan secara relatif maupun absolut
satu atau lebih zat gizi. Terdapat 4 bentuk malnutrisi yaitu under
nutrition, specific defisiency, over nutrition dan imbalance.
5.
Kekurangan Energi Protein adalah seseorang yang kurabg
gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan
sehari-hari dan atau gangguan penyakit tertentu.
(Supariasa,
2001 : 17-18)
Status
gizi pada remaja putri adalah suatu tingkatan pada remaja putri yang merupakan
akibat dari pemasukan dan penggunaan semua nutrien yang terdapat dalam makanan sehari-hari yang diperlukan
oleh tubuh untuk tenaga, pemeliharaan pertumbuhan dan perbaikan sel (Budiyanto,
2001 : 219).
2.1.3
Kebutuhan gizi pada usia remaja
Makanan
merupakan suatu kebutuhan pokok untuk pertumbuhan dan perkembangan bagi remaja.
Kekurangan konsumsi makanan baik
secara kuantitatif maupun kualitatif akan menyebabkan terjadinya gangguan
proses metabolisme tubuh yang tentunya mengarah pada timbulnya suatu penyakit.
Demikian juga sebaliknya apabila konsumsi berlebih tanpa diimbangi suatu
kegiatan fisik yang cukup, gangguan tubuh juga akan timbul. Jadi dalam hal
mengkonsumsi makanan yang perlu
diperhatikan adalah kecukupan agar didapatkan suatu fungsi tubuh yang optimal
(Sayogo, 2006 : 27-28).
Tabel
2.1 Anjuran Kecukupan Gizi Remaja (13-18 tahun)
Jenis
kelamin |
Umur
(tahun) |
Berat
(kg) |
Kebutuhan
gizi |
Fe (mg) |
||
Energi
(kal) |
Protein
(gr) |
Vit. A (RE) |
||||
Laki-laki
|
13-15 16-19 |
45 56 |
2400 2500 |
64 66 |
600 600 |
17 23 |
Perempuan
|
13-15 16-19 |
46 50 |
2100 2000 |
62 51 |
500 500 |
19 25 |
(Moehdji,
2003 : 66)
2.1.4
Penilaian status gizi
Penilaian
status gizi dibagi menjadi 2 yaitu :
1.
Penilaian status gizi secara langsung
Penilaian status gizi ini dibedakan menjadi 4 macam penelitian yang meliputi antropometri, klinis, biokimia dan biofisika.
2.
Penilaian status gizi tidak langsung
Penilaian status gizi ini dibedakan menjadi 3 macam
penilaian yaitu survey konsumsi makanan,
statistik vital dan faktor ekologi.
(Supariasa,
2001 : 18-21)
Dalam penelitian ini cara penilaian status gizi yang digunakan adalah secara langsung dengan antropometri
Antropometri
berhubungan dengan pengukuran dimensi dan
komposisi tubuh pada berbagai tingkat umur. Digunakan untu melihat ketidakseimbangan
asupan protein dan energi yang terlihat pada pola pertumbuhan fisik serta
proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot (Paath EF, 2004 : 118).
Beberapa
indeks antropometri yang sering duigunakan adalah berat badan menurut umur
(BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), berat badan menurut tinggi badan
(BB/TB) (Supariasa, 2001 : 56).
|
Parameter antropometri yang digunakan dalam penelitian ini
adalah indeks massa tubuh (IMT) yang merupakan cara yang paling sederhana
mengevaluasi status gizi. Perhitungan indeks massa tubuh mempunyai rumus :
Tabel 2.2
Persentil/p IMT remaja perempuan menurut WHO (World Health Organization)
Umur (tahun) |
P5 |
P50 |
P85 |
P95 |
10 |
14.23 |
17.00 |
20.19 |
23.20 |
11 |
14.60 |
17.63 |
20.18 |
24.59 |
12 |
14.98 |
18.36 |
22.17 |
25.95 |
13 |
15.36 |
18.95 |
23.08 |
27.07 |
14 |
15.67 |
19.32 |
23.88 |
27.07 |
15 |
16.01 |
19.32 |
24.29 |
28.51 |
16 |
16.37 |
20.09 |
24.74 |
29.10 |
17 |
16.59 |
20.36 |
25.23 |
29.72 |
18 |
16.71 |
20.57 |
25.56 |
30.22 |
(Sayogo, 2006 : 48-49)
Keterangan
:
1.
Keadaan gizi dikategorikan kurang pabila IMT bernilai
dibawah P5 (< P5).
2.
Keadaan gizi dikategorikan normal apabila IMT bernilai
antara P5 - < P85.
3.
Keadaan gizi dikategorikan lebih apabila IMT bernilai ³ P85.
4.
Keadaan gizi dikateorikan obesitas apabila IMT
bernilai ³ P95
2.1.5
Masalah gizi pada remaja
Masalah-masalah
gizi pada remaja yang umum terjadi ada 3 hal yaitu : 1) Obesitas ; 2) Kurang
gizi kronis ; dan 3) Anemia. Masalah gizi lainnya yang masih jarang adalah
bulimia.
1.
Obesitas
Walaupun kebutuhan energi dan zat-zat gizi lebih besar
pada remja daripada dewasa, tetapi ada sebagian remaja yang mekannya terlalu
melebihi kebutuhannya sehingga gemuk. Badan gemuk lebih banyak terjadi pada
anak perempuan daripada laki-laki. Keadaan gemuk ini berpengaruh kurang baik
terhadap imaginasi diri, perkembangan psikis serta sosial, sehingga dapat
berakibat isolasi atau depresi yang akhirnya memicu makan lebih banyak lagi
(Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur, 2005 : 60).
2.
Kurang Energi Kronis
Pada remaja badan kurus atau disebut Kurang Energi
Kronis tidak selalu berupa akibat terlalu banyak olahraga atau aktivitas fisik.
Pada umumnya adalah karena makannya terlalu sedikit. Remaja putri yang menurun
berat badannya secara drastis erat hubungannya dengan faktor emosional, seperti
takut gemuk seperti ibunya atau dipandang oleh lawan jenis kurang seksi. Banyak
remaja kurang mengetahui bahwa deposit lemak paha, dada, bahu dan abdomen
adalah normal dan sehat buat seorang perempuan sebagai calon ibu (DinKes
Propinsi Jawa Timur, 2005 : 61).
3.
Anemia pada remaja
Anemia karena kurang zat besi adalah masalah yang
paling umum dijumpai terutama pada perempuan. Zat besi diperlukan untuk
membentuk sel-sel darah merah, dikonversi menjadi hemoglobin, beredar ke
seluruh jaringan tubuh, berfungsi sebagai pembawa oksigen.
Remaja perempuan membutuhkan lebih banyak zat besi
daripada laki-laki. Agar zat besi yang diabsorbsi lebih banyak tersedia untuk
tubuh, maka diperlukan bahan makanan
yang berkualitas tinggi. Daging, hati, ikan, ayam merupakan bahan pangan yang
mengandung zat besi yang berkualitas tinggi, artinya yang mudah dicerna dan
siap untuk dipergunakan. Sebaliknya zat besi yang diperoleh dari bahan pangan nabati seperti kacang kedelai,
serealia, sayur-sayuran dan buah-buahan, tidak mudah untuk diabsorbsi oleh
pencernaan kita (DinKes Propinsi Jawa Timur, 2005 : 61-62).
2.1.6
Faktor penyebab masalah gizi pada usia remaja
1.
Kebiasaan makan yang buruk
Kebiasaan makan yang buruk yang berpangkal pada
kebiasaan makan keluarga yang tidak baik sudah tertanam sejak kecil akan terus
terjadi pada usia remaja putri. Mereka makan seadanya tanpa mengetahui
kebutuhan zat gizi tersebut terhadap kesehatan mereka (Moehdji, S, 2003 : 64).
2.
Pamahaman gizi yang keliru
Tubuh langsing sering menjadi idaman bagi remaja
terutama remaja putri. Hal ini sering menjadi penyebab masalah karena untuk
memelihara kelangsingan tubuh mereka menerapkan pengaturan makanan secara
keliru, sehingga kebutuhan gizi mereka tidak terpenuhi. Hanya makan sekali
sehari atau makan makanan seadanya, tidak makan nasi, merupakan penerapan
prinsip pemeliharaan gizi yang keliru dan mendorong terjadinya gangguan gizi
(Moehdji, S, 2003 : 65).
3.
Kesukaan yang berlebihan terhadap makanan tertentu
Kesukaan yang berlebihan terhadap makanan tertentu
menyebabkan kebutuhan gizi tidak terpenuhi. Keadaan seperti ini biasanya
terkait dengan “mode” yang tengah marak dikalangan remaja putri (Moehdji, S,
2003 : 65)
4.
Promosi yang berlebihan melalui media massa dan
masuknya produk-produk makanan baru
Usia remaja putri merupakan usia dimana mereka sangat
tertarik pada hal-hal yang baru. Kondisi itu dimanfaatkan oleh pengusaha
makanan dengan mempromosikan produk makanan mereka dengan cara yang sangat mempengaruhi para remaja putri (Moehdji, S, 2003 :
65)
5.
Keterbatasan penhasilan keluarga
Tidak dapat disangkal bahwa penhasilan keluarga akan
turut menentukan hidangan yang disajikan sehari-hari, baik kualitas maupun
kuantitas (Moehdji, S, 2003 :
65).
2.1.7
Dampak gizi tidak seimbang
1.
Dampak gizi kurang pada proses tubuh
a.
Pertumbuhan terhambat
b.
Produksi tenaga untuk bergerak, bekerja dan melakukan
aktivitas berkurang
c.
Daya tahan terhadap tekanan atau stres menurun
d.
Terganggunya fungsi otak secara permanen
2.
Dampak gizi lebih pada proses tubuh
a.
Obesitas
b.
Penyakit-penyakit degenaratif seperti hipertensi
c.
Penyakit-penyakit diabetes
d.
Jantung koroner
e.
Penyakit hati dan kandung empedu
(Almatsier,
S, 2001 : 11-12)
2.1.8
Penanggulangan masalah gizi
1.
Penangulangan masalah gizi kurang.
Penanggulangan masalah gizi kurang perlu dilakukan
secara terpadu antar departemen dan kelompok profesi melalui upaya-upaya
peningkatan pengadaan pangan, penganekaragaman produksi dan konsumsi pangan,
peningkatan status sosial ekonomi, pendidikan dan kesehatan masyarakat, serta
peningkatan teknologi hasil pertanian dan teknologi pangan (Almatsier S, 2001 : 306).
2.
Penanggulangan masalah gizi lebih
Penanggulangan masalah gizi lebih adalah dengan
menyeimbangkan masukan dan keluaran energi melalui pengurangan makan dan
penambahan latihan fisik atau olahraga serta menghindari tekanan hidup atau
stres. Penyeimbangan masukan energi dilakukan dengan membatasi konsumsi
karbohidrat dan lemak serta menghindari alkohol (Almatsier S, 2001 : 308).