Showing posts with label askep. Show all posts
Showing posts with label askep. Show all posts

Friday 25 June 2021

ASKEP ASMA BRONKIAL

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN ASMA BRONKIAL 

1.      Pengartian

Asma Bronkial adalah penyakit pernafasan obstruktif yang ditandai oleh spame akut otot polos bronkiolus. Hal ini menyebabkan obsktrusi aliran udara dan penurunan ventilasi alveolus.

( Huddak & Gallo, 1997 )

       Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan bronchi berspon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu.

      ( Smeltzer, 2002 : 611)

Asma adalah obstruksi jalan nafas yang bersifat reversibel, terjadi ketika bronkus mengalami inflamasi/peradangan dan hiperresponsif. (Reeves, 2001 : 48)

 

2.      Penyebab

a.       Faktor Ekstrinsik (asma imunologik / asma alergi)

-         Reaksi antigen-antibodi

-         Inhalasi alergen (debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang)

b.       Faktor Intrinsik (asma non imunologi / asma non alergi)

-         Infeksi : parainfluenza virus, pneumonia, mycoplasmal

-         Fisik : cuaca dingin, perubahan temperatur

-         Iritan : kimia

-         Polusi udara : CO, asap rokok, parfum

-         Emosional : takut, cemas dan tegang

-         Aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadi faktor pencetus.

(Suriadi, 2001 : 7)

3.      TANDA DAN GEJALA

1.       Stadium dini

Faktor hipersekresi yang lebih menonjol

a. Batuk dengan dahak bisa dengan maupun tanpa pilek

b. Rochi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang timbul

c. Whezing belum ada

d.Belum ada kelainan bentuk thorak

e. Ada peningkatan eosinofil darah dan IG E

f.  BGA belum patologis

Faktor spasme bronchiolus dan edema yang lebih dominan

a.       Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputum

b.      Whezing

c.       Ronchi basah bila terdapat hipersekresi

d.      Penurunan tekanan parsial O2

2. Stadium lanjut/kronik

a.       Batuk, ronchi

b.       Sesak nafas berat dan dada seolah –olah tertekan

c.       Dahak lengket dan sulit untuk dikeluarkan

d.      Suara nafas melemah bahkan tak terdengar (silent Chest)

e.       Thorak seperti barel chest

f.        Tampak tarikan otot sternokleidomastoideus

g.       Sianosis

h.       BGA Pa O2 kurang dari 80%

i.         Ro paru terdapat peningkatan gambaran bronchovaskuler kanan dan kiri

j.         Hipokapnea dan alkalosis bahkan asidosis respiratorik

 (Halim Danukusumo, 2000, hal 218-229)


5.      Tanda dan gejala

1.      Bising mengi (wheezing) yang terdengar dengan/tanpa stetoskop

2.      Batuk produktif, sering pada malam hari

3.      Nafas atau dada seperti tertekan, ekspirasi memanjang

6.      Pemeriksaan penunjang

1.      Spirometri

2.      Uji provokasi bronkus

3.      Pemeriksaan sputum

4.      Pemeriksaan cosinofit total

5.      Uji kulit

6.      Pemeriksaan kadar IgE total dan IgE spesifik dalam sputum

7.      Foto dada

8.      Analisis gas darah

7.      Pengkajian

a.       Awitan distres pernafasan tiba-tiba

       -  Perpanjangan ekspirasi mengi

       -  Penggunaan otot-otot aksesori             

       -  Perpendekan periode inpirasi

       -  Sesak nafas

 -  Restraksi interkostral dan esternal   

 -  Krekels

b.      Bunyi nafas : mengi, menurun, tidak terdengar

c.       Duduk dengan posisi tegak : bersandar kedepan

d.      Diaforesis

e.       Distensi vera leher

f.       Sianosis : area sirkumoral, dasar kuku

g.      Batuk keras, kering : batuk produktif sulit

h.      Perubahan tingkat kesadaran

i.        Hipokria

j.        Hipotensi

k.      Pulsus paradoksus > 10 mm

l.        Dehidrasi

m.    Peningkatan anseitas : takut menderita, takut mati

 

8.      Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Timbul

                        Tidak efektifnya bersihan jalan nafas b.d bronkospasme : peningkatan produksi sekret, sekresi tertahan, tebal, sekresi kental : penurunan energi/kelemahan

                        Kerusakan pertukaran gas b.d gangguan suplai oksigen, kerusakan alveoli

                        Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan masukan oral

                        Kurang pengetahuan b.d kurang informasi/tidak mengenal sumber informasi

                         

9.      Intervensi Keperawatan

            DP       : Tidak efektifnya bersihan jalan nafas

Tujuan : Bersihan jalan nafas efektif

KH      : - Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih/jelas

              - Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan nafas

                 mis : batuk efektif dan mengeluarkan sekret

Intervensi

Ø  Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, mis; mengi, krekels, ronki

Ø  Kaji/pantau frekuensi pernafasan

Ø  Catat adanya/derajat diespnea  mis : gelisah, ansietas, distres pernafasan, penggunaan otot bantu

Ø  Kaji pasien untuk posisi yang nyaman mis : peninggian kepala tempat tidur, duduk pada sandaran tempat tidur

Ø  Pertahankan polusi lingkungan minimum

Ø  Dorong/bantu latihan nafas abdomen/bibir

Ø  Observasi karakteristik batuk mis : menetap, batuk pendek, basah

Ø  Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hr ss toleransi jantung dan memberikan air hangat, anjurkan masukkan cairan sebagai ganti makanan

Ø  Berikan obat sesuai indikasi

Ø  Awasi/buat grafik seri GDA, nadi oksimetri, foto dada

 

            DP       :  Kerusakan pertukaran gas

Tujuan :  Pertukaran gas efektie dan adekuat

KH      :  -Menunjukkan perbaikan vertilasi dan oksigen jaringan adekuat dalam rentang normal dan bebas gejala distres pernafasan

               -Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam tingkat kemampuan /situasi                             

Intervensi

Ø  Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan, catat penggunaan otot aksesori, nafas bibir, ketidak mampuan bicara/berbincang

Ø  Tingguikan kepala tempat tidur, pasien untuk memilih posisi yang mudah untuk bernafas, dorong nafas dalam perlahan / nafas bibir sesuai kebutuhan / toleransi individu.

Ø  Dorong mengeluarkan sputum : penguapan bila diindikasikan.

Ø  Auskultasi bunyi nafas, catat area penurunan aliran udara dan / bunyi tambahan.

Ø  Awasi tingkat kesadaran / status mental, selidiki adanya perubahan.

Ø  Evaluasi tingkat toleransi aktivitas.

Ø  Awasi tanda vital dan irama jantung.

Ø  Awasi / gambarkan seri GDA dan nadi oksimetri.

Ø  Berikan oksigen yang ssi idikasi hasil GDA dan toleransi pasien.

 

 

C.     DP          : Perubahan nutrisi kurang dari tubuh

         Tujuan    : Kebutuhan nutrisi terpenuhi

         Kh          : -   Menunjukan peningkatan BB

                          -   Menunjukan perilaku / perubahan pada hidup untuk meningkatkan dan / mempertahanka berat yang tepat.

Intervensi :

Kaji kebiasaan diet, masukan makanan, catat derajat kesulitan makan, evaluasi BB.

Avskultasi bunyi usus.

Berikan perawatan oral sering, buang sekret.

Dorong periode istirahat, 1jam sebelum dan sesudah makan berikan makan porsi kecil tapi sering.

Hindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat.

Hindari maknan yang sangat panas / dingin.

Timbang BB sesuai induikasi.

Kaji pemeriksaan laboratorium, ex : alb.serum.

 

D.     DP          : Kurang  pengetahuan

         Tujuan     : Pengetahuan meningkat

         KH         : -  Menyatakan pemahaman kondisi / proses penyakit dan tindakan.

                           -  Mengidentifikasi hubungan tanda / gejala yang ada dari proses penyakit dan menghubung dengan faktor penyebab.

                           -  Melakukan perubahan pola hidup dan berparisipasi dalam program pengobatan.

         Intervensi:

                        Jelaskan proses penyakit individu dan keluarga

                        Instrusikan untuk latihan nafas dan batuk efektif.

Diskusikan tentang obat yang digunakan, efek samping, dan reaksi yang tidak diinginkan

Beritahu tehnik pengguanaan inhaler ct : cara memegang, interval semprotan, cara membersihkan.

                        Tekankan pentingnya perawatan oral/kebersihan gigi

Beritahu efek bahaya merokok dan nasehat untuk berhenti merokok pada klien atau orang terdekat

                        Berikan informasi tentang pembatasan aktivitas.

Daftar Pustaka

 

Arif Mansyoer(1999). Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga. Jilid I. Media    Acsulapius. FKUI. Jakarta.

 

Heru Sundaru(2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi Ketiga. BalaiPenerbit FKUI. Jakarta.

 

Hudack&gallo(1997). Keperawatan Kritis Edisi VI Vol I. Jakarta. EGC.

 

Doenges, EM(2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta. EGC.

 

Tucker, SM(1998). Standar Perawatan Pasien. Jakarta. EGC.

 

 

Saturday 29 May 2021

ASKEP kejang demam

 

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN

KEJANG DEMAM

1.      Konsep Dasar Medis

1.1  Pengertian

(1)      Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (lebih dari 38 oC) yang disebabkan oleh proses ekstra kranial (Ngastiyah, 1997 : 229).

(2)      Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada saat suhu meningkat yang disebabkan oleh proses ekstra kranial                              (Saharso D, 1997 : 148).

1.2  Faktor Pencetus

Kejang demam pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat, yang disebabkan oleh infeksi di luar susunansaraf pusat misalnya tonsilitis, bronkitis ( Ngastiyah,1997; 231).

1.3  Patofisiologi

       Pada keadaan demam kenaikan suhu 10c akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan o2 akan meningkat 20%. Kenakan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi ion k+ maupun Na+, melalui membran tersebut sehingga terjadi lepas muatan listrik, hal ini bisa meluas ke seluruh sel maupun ke bembran sel sekitarnya dengan bantuan neuron transmiter dan terjadilah kejang. Kejang yang berlangsung lama disertai dengan apnea, meningkatkan kebutuhan o2 dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnea dll,selanjutnya menyebabkan metabolisme otak meningkat hingga terjadi kerusakan neuron otak selama berlangsungnya kejang lama(Ngastiyah,1997;229)

 

Gangguan elektron (Na+, K+, Cl+) bangkitan aliran listrik            jaringan tubuh

Susunan saraf pusat terganggu

Hambatan pada pusat pernafasan

Spasme bronkus

Produksi ATP

Hipoksia

Asam laktat

Kebutuhan glukosa

Pencernaan

- Mual, muntah, dipsni.

Pernafasan

-          Dyspneu

-          Sekresi

Susunan saraf

- Distosia, disfagia, epilepsi kronik, gangguan kesadaran, peningkatan TIK, kerusakan otak.

 

 

 

Nutrisi kurang dari kebutuhan

 

Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

 

Pola nafas tidak efektif

 

Gangguan rasa nyaman (nyeri)

 

Bersihan jalan nafas tidak efektif

 

Resiko injuri

 

 

 

 

 


1.4  Klasifikasi

(1)      Kejang demam sederhana.

-          Umur 6 bulan sampai 4 tahun.

-          Lama kejang tidak lebih 15 menit.

-          Kejang bersifat umum.

-          Kejang terjadi 16 jam pertama setelah timbulnya demam.

-          EEG normal 1 minggu setelah kejang.

-          Frekwensi bangkitan kejang dalam 1 tahun tidak melebihi 1 kali.       

(2)      Epilepsi yang diprofokasi oleh demam.

Semua kejang demam yang bukan kriteria diatas.

1.5  Diagnosa Banding

(1)      Meningitis.

(2)      Enchepalitis.

(3)      Abses otak.

1.6  Prognosa

Resiko yang akan dihadapi oleh seorang anak sesudah menderita kejang demam tergantung dari faktor :

(1)      Riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga.

(2)      Kelainan dalam perkembangan atau kelainan syaraf sebelum anak menderita kejang demam.

(3)      Kejang yang berlangsung lama atau kejang fokal.

Bila terdapat paling sedikit 2 dari 3 faktor diatas maka dikemudian hari akan mengalami serangan kejang demam sekitar 13% dibanding bila hanya terdapat 1 atau tidak sama sekali, faktor diatas serangan kejang tanpa demam hanya 2-3 %.

1.7  Penatalaksanaan Medis

(1)      Memberantas kejang secepat mungkin.

Obat pilihan utama adalah Diazepam IV yaitu untuk menekan kejang        80-90 % dosis sesuai dengan BB kurang dari 10 kg 0,5-0,75 mg/BB, diatas 20 kg 0,5 mg/kg BB. Setelah suntikan pertama secara iv di tunggu 15 menit bila masih terdapat kejang diulangi suntikan ke dua dengan dosis yang sama secara iv jika masih kejang maka di berikan lagi tapi secara im.

(2)      Pengobatan penunjang.

-          Semua pakaian dibuka.

-          Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi.

-          Usahakan jalan nafas bebas.

-          Penghisapan lendir teratur.

-          Fungsi TTV di observasi ketat, jika adanya tekanan intra kranial yang meningkat tidak boleh di berikan cairan dengan Na yang terlalu tinggi.

(3)      Pengobatan rumat.

-          Pengobatan profilaksis intermiten.

-          Pengobatan intermiten jangka panjang.

(4)      Mencari dan mengobati penyebab.

Secara akademis klien dengan kejang demam pertama kali sebaiknya dilakukan pungsi lumbal, pada klien yang diketahui kejang lama pemeriksaan lebih intensif seperti pungsi lumbal, gula darah dll dan bila perlu rontgen foto thorak, EEG, enchephalografi.

1.8  Penatalaksanaan Keperawatan

Prinsip penatalaksanaan bila anak kejang

(1)      Segera hentikan kejang

(2)      Mencari penyebab

(3)      Cegah kejang berulang

Tindakan keperawatan:

(1)   Baringkan klien di tempat yang rata, kepala dimiringkan dan pasang sudip lidah yang telah dibungkus kasa.

(2) Singkirkan benda-benda yang ada di sekitar klien, lepaskan pakaian yang    mengganggu pernafasan, misalnya : ikat pinggang, gurita.

1.9    Komplikasi

(1)      Lidah terluka/tergigit.

(2)      Apnea.

(3)      Depresi pusat pernafasan.

(4)      Retardasi mental.

(5)      Pneumonia aspirasi.

(6)      Status epileptikus.

2.      Konsep Dasar Askep

2.1  Pengkajian

(1)      Biodata

Umur biasanya 6 bulan sampai 4 tahun, jenis klelamin laki-laki perempuan  2 : 1, insiden tertinggi pada anak umur 2 ta hun.

(2)      Keluhan Utama

Kejang karena panas.

 

(3)      Riwayat Penyakit Sekarang

Lama kejang kurang dari 15 menit bersifat general dan terjadi dalam waktu 16 jam setelah demam.

(4)      Riwayat Penyaklit Dahulu

Perlu pengkajian untuk mengetahui adanya faktor penting terjadinya kejang demam antara lain : trauma reaksi terhadap imunisasi dll.

(5)      Riwayat Penyakit Keluarga

Adanya keluarga yang menderita kejang demam.

(6)      Activity Dayli Life

-          Nutrisi

Klien akan mengeluh sensitif dengan makanan yang merangsang aktivitas kejang, kerusakan gigi, adanya hiperplasi ginggiva sebagai akibat efek samping Dilantin.

-          Istirahat dan aktivitas

Klien cepat lelah, letih dan perubahan tonus otot. 

(7)      Pemeriksaan fisik

-          TTV

Penurunan kesadaran, peningkatan suhu tubuh, nadi, tensi dan respirasi.

-          Kepala

§  Mata : dilatasi pupil, kedipan kelopak mata, kepala dan mata menyimpang  ke satu sisi.

§  Wajah : sentakan wajah.

§  Mulut : produksi saliva berlebihan, bibir mengecap-ngecap.

-          Thorak

Penurunan gerakan pernafasan, apnea, tachipnea, kesulitan bernafas, jalan nafas tersumbat.

-          Ekstremitas

Gerakan sentakan, tepukan, menggaruk, perubahan tonus otot.

(8)      Pemeriksaan panunjang

-          Glukosa : hipoglikemia.

-          Ureum/kreatinin : meningkat.

-          Erytrosit : anemia aplastik.

-          Rontgen kepala.

-          Lumbal pungsi.: untuk menentukan penyebab kejang ,apakah karena infeksi intra kranial/ bukan.

-          EEG.

-          MRI.

-          CT Scan.

2.2  Diagnosa Keperawatan (Susan Martin Tucker, 1998 : 483)

(1)      Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan adanya pirogen yang mengacaukan termostat, dehidrasi.

(2)      Resiko terjadinya ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler obstruksi trancheobronchial.

(3)      Kurangnya pengetahuan keluarga berhubugan dengan misinterpretasi dan keterbatasan pengetahuan.

(4)      Resiko terjadinya trauma berhubungan dengan kelemahan, perubahan kesadaran.

(5)      Resiko injuri berhubungan dengan perkembangan kognitif.

2.3  Perencanaan

(1)      Diagnosa I

-          Tujuan : suhu tubuh normal.

-          Kriteria hasil : suhu 365 – 375 oC.

-          Rencana tindakan :

§  Observasi TTV tiap 4 jam.

R /     Perubahan TTV khususnya peningkatan suhu tubuh mengidentifikasikan beratnya kejang.

§  Kompres dingin dan ajarkan keluarga cara mengompres.

R /     Pada kompres dingin terjadi perpindahan panas secara konduksi.

§  Berikan pakaian tipis yang menyerap keringat.

R /     Pakaian yang tipis membantu mempercepat pengeluaran panas.

§  Anjurkan  klien untuk banyak minum.

R /     Minum yang banyak mencegah terjadinya dehidrasi sehingga peningkatan suhu tubuh dapat dicegah.

§  Kolaborasi pemberian antibiotik dan antipiretik.

R /     Antipiretik berfungsi untuk penurunan panas sedangkan antibiotik untuk mencegah infeksi.

 

 

(2)      Diagnosa II

-          Tujuan : mempertahankan aktivitas pola nafas dengan jalan nafas yang bersih.

-          Kriteria hasil : respirasi normal 15 – 20 kali/menit, tidak ada retraksi otot.

-          Rencana tindakan :

§  Letakkan klien dalam posisi yang nyaman (miring, permukaan datar, miringkan kepala selama serangan kejang).

R /     Meningkatkan aliran skret, mencegah lidah jatuh dan tersumbatnya kjalan nafas.

§  Longgarkan pakaian terutama pada leher, dada dan perut.

R /     Sebagai fasilitas sebagai usaha unuk bernafas.

§  Suction bila perlu.

R /      Menurunkan resiko aspirasi dan asfiksia.

§  Berikan oksigen sesuai kebutuhan.

R /     Menurunkan hipoksia cerebral akibat dari sirkulasi yang menurunkan/oksigen skunder terhadap spasme selama serangan kejang.

(3)      Diagnosa III

-          Tujuan : Secara verbal klien dapat mengungkapkan stimulasi yang dapat meningkatkan kejang.

-          Kriteria hasil : Klien dapat minum obat secara teratur.

-          Rencana tindakan :

§  Kaji pengobatan yang sudah dijalankan.

R /     Mengevaluasi keberhasilan pegobatan.

§  Diskusikan tentang efek samping obat.

R /     Membantu mengetahui dan mengenal efek samping yang terjadi sehingga dapat menentukan  program pengobatan lanjut.

§  Ajarkan pada ibu untuk pemberian obat anti kejang/ anti piretik sesuai program medis.

R /     Meningkatkan pengetahuan dan kemandirian ibu daalam perawatan dan pengobatan.

§  Jelaskan/anjurkan pada keluarga unrtuk mngatasi terjadinya kejang.

R /     Keluarga dapat melakukan tindakan awal dan menghindari kejang berkelanjutan.

§  Segera turunkan panas bila terjadi panas.

R /      Panas merupakan faktor predisposisi terjadinya kejang. 

4) Diagnosa IV

   - Tujuan : Secara verbal keluarga klien dapat mengetahui faktor yang memungkinkan terjadinya trauma

    - Kriteria hasil : Tidak terjadi injuri selama perawatan

Rencana tindakan

·         Jelaskan pada keluarga beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi kejang

R/  Informasi yang adekuat meningkatkan pengetahuan dan kemandirian

·         Jaga klien dari injuri dengan mem berikan pengaman pada sisi tempat tidur

R/ Mencegah terjadinya injuri

·         Tinggallah bersama klien selama fase kejang

R/ meningkatkan keamanan klien, mencegah terjadinya injuri atau trauma

5) Diagnosa V

-Tujuan : secara verbal keluarga klien dapat mengetahui  faktor yang menyebabkan terjadinya gangguan perkembangan kognitif anak.

- Kriteria hasil : tidak terjadi gangguan perkembangan kognitif.

-          Rencana tindakan :

·         Cegah terjadinya kejang berulang

R/ Kejang yang terus menerus dapat merusak sistem syaraf dan kemunduran mental

·         Lanjutkan kolaborasi dengan tim medis

1 Diasepam / iv

2 Fenobarbital / im

R/ Diasepam atau fenobarbital dapat mengurangi status konfulsion.

 

 

 

 

Askeb ANC Covid

  BAB III TINJAUAN KASUS 3.1     Pengkajian Hari / tanggal    : Senin, 20 Mei 2021                                           Jam   : 1...