Tuesday 21 July 2020

Susuk KB / kontrasepsi implan

1.    Batasan

Kontrasepsi implan ialah cara mencegah kehamilan dengan memasukkan hormon progesteron ke dalam tubuh wanita secara terus menerus, melalui batang silastik berisi hormon tersebut yang ditanam didalam lapisan lemak dibawah kulit.

Alat kontrasepsi yang disusupkan dibawah kulit lengan atas sebelah dalam berbentuk kapsul silastik (lentur) panjangnya sedikit lebih pendek dari pada batang korek api dan dalam setiap batang mengandung hormon levonorgetrel yang dapat mencegah terjadinya kehamilan (BKKBN, 2006).

Kontrasepsi implan merupakan kontrasepsi yang berbentuk batang kesil yang mengandung hormon progestin. Setelah bidan mematikan rasa kulit dengan menggunakan anastesik, kemudian alat seperti jarum (trocar) digunakan untuk menempatkan implan dibawah kulit pada lengan bagian atas. Pemasangan implan tidak memerlukan jahitan pada kulit. Secara perlahan implan akan melepaskan progestin ke dalam aliran darah. Implan efektif digunakan selama 3tahun.

 

2.    Jenis Implant

Jenis implan menurut Saifuddin (2006) adalah sebagai berikut :

a.    Norplan terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm dengan diameter 2,4 mm yang berisi dengan 36 mg levonorgestrol dan lama kerjanya 5 tahun.

b.    Implanon terdiri dari 1 batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40 mm dan diameter 2 mm yang berisi 68 mg ketodesogestrel dan lama kerjanya 3 tahun

c.    Jadena dan indoplan terdiri dari 2 batang yang berisi dengan 75 mg levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun

 

3.    Mekanisme Kerja

Konsep mekanisme kerjanya menurut Manuaba adalah :

a.    Dapat mengahalangi Pengeluaran LH sehingga tidak terjadi ovulasi

b.    Mengentalkan lendir serviks dan menghalangi migrasi spermatozoa

c.    Menipiskan endometrium sehingga tidak siap menjadi tempat nidasi


4.    Keuntungan dan Kerugian Kontrasepsi Implant

a.       Keuntungan Kontrasepsi Implan, meliputi :

-          Daya guna tinggi

Kontrasepsi implan merupakan metode kontrasepsi berkesinambungan yang aman dan sangat efektif. Efektivitas penggunaan implant sangat mendekati efektivitas teoretis. Efektivitas 0,2 – 1 kehamilan per 100 perempuan.

-          Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun)

Kontrasepsi implan memberikan perlindungan jangka panjang. Masa kerja paling pendek yaitu satu tahun pada jenis implan tertentu (contoh : uniplant) dan masa kerja paling panjang pada jenis norplant.

-          Pengembalian kesuburan yang cepat

Kadar levonorgestrel yang bersirkulasi menjadi terlalu rendah untuk dapat diukur dalam 48  jam setelah pengangkatan implan. Sebagian besar wanita memperoleh kembali siklus ovulatorik normalnya dalam bulan pertama setelah pengangkatan.

Angka kehamilan pada tahun pertama setelah pengangkatan sama dengan angka kehamilan pada wanita yang tidak menggunakan metode kontrasepsi dan berusaha untuk hamil. Tidak ada efek pada jangka panjang kesuburan di masa depan.Kembalinya kesuburan setelah pengangkatan implan terjadi tanpa penundaan dan kehamilan berada dalam batas-batas normal. Implan memungkinkan penentuan waktu kehamilan yang tepat karena kembalinya ovulasi setelah pengangkatan implan demikian cepat.

-          Tidak memerlukan pemeriksaan dalam

Implan diinsersikan pada bagian subdermal di bagian dalam lengan atas.

-          Bebas dari pengaruh estrogen

Tidak mengandung hormon estrogen. Kontrasepsi implan mengandung hormon progestin dosis rendah. Wanita dengan kontraindikasi hormon estrogen, sangat tepat dalam penggunaan kontrasepsi implan.

-          Tidak mengganggu kegiatan sanggama

Kontrasepsi implan tidak mengganggu kegiatan sanggama, karena diinsersikan pada bagian subdermal di bagian dalam lengan atas.

-          Tidak mengganggu ASI

Implan merupakan metode yang paling baik untuk wanita menyusui. Tidak ada efek terhadap kualitas dan kuantitas air susu ibu, dan bayi tumbuh secara normal. Jika ibu yang baru menyusui tidak sempat nantinya (dalam tiga bulan), implan dapat diisersikan segera Postpartum.

-          Klien hanya kembali ke klinik bila ada keluhan

-          Dapat dicabut setiap saat

-          Mengurangi jumlah darah haid

Terjadi penurunan dalam jumlah rata-rata darah haid yang hilang.

-          Mengurangi / memperbaiki anemia

Meskipun terjadi peningkatan dalam jumlah spotting dan hari perdarahan di atas pola haid pra-pemasangan, konsentrasi hemoglobin para pengguna implan meningkat karena terjadi penurunan dalam jumlah rata-rata darah haid yang hilang.

b.      Kerugian Kontrasepsi Implant, meliputi :

Pada kebanyakan klien dapat menyebabkan perubahan pola haid berupa perdarahan bercak (spotting), hipermenorea, atau meningkatkan jumlah darah haid, serta amenorea.

Sejumlah perubahan pola haid akan terjadi pada tahun pertama penggunaan, kira-kira 80% pengguna. Perubahan tersebut meliputi perubahan pada interval antar perdarahan, durasi dan volume aliran darah, serta spotting (bercak-bercak perdarahan). Oligomenore dan amenore juga terjadi, tetapi tidak sering, kurang dari 10% setelah tahun pertama. Perdarahan yang tidak teratur dan memanjang biasanya terjadi pada tahun pertama. Walaupun terjadi jauh lebih jarang setelah tahun kedua, masalah perdarahan dapat terjadi pada waktu kapan pun. Timbulnya keluhan-keluhan, seperti :

-          Nyeri kepala

Sebagian besar efek samping yang dialami oleh pengguna adalah nyeri kepala; kira-kira 20% wanita menghentikan penggunaan karena nyeri kepala.

-          Peningkatan berat badan

Wanita yang meggunakan implan lebih sering mengeluhkan peningkatan berat badan dibandingkan penurunan berat badan. Penilaian perubahan berat badan pada pengguna implan dikacaukanoleh perubahan olahraga, diet, dan penuaan. Walaupun peningkatan nafsu makan dapat dihubungkan dengan aktivitas androgenik levonorgestrel, kadar rendah implan agaknya tidakmempunyai dampak klinis apapun. Yang jelas, pemantauan lanjutan lima tahun pada 75 wanita yang menggunakan implan Norplant dapat menunjukkan tidak adanya peningkatan dalam indeks masa tubuh (juga tidak ada hubungan antara perdarahan yang tidak teratur dengan berat badan).

-          Jerawat

Jerawat, dengan atau tanpa peningkatan produksi minyak, merupakan keluhan kulit yang paling umum di antara pengguna implan. Jerawat disebabkan oleh aktivitas androgenik levonorgestrel yang menghasilkan suatu dampak langsung dan juga menyebabkan penurunan dalam kadar globulin pengikat hormon seks (SHBG, sex hormonne binding globulin), menyebabkan peningkatan kadar steroid bebas (baik levonorgestrel maupun testosteron). Hal ini berbeda dengan kontrasepsi oral kombinasi yang mengandung levonorgestrel, yang efek estrogen pada kadar SHBG-nya (suatu peningkatan) menghasilkan penurunan dalam androgen bebas yang tidak berikatan. Tetapi umum untuk keluhan jerawat mencakup pengubahan makanan, praktik higiene kulit yang baik dengan menggunakan sabun atau pembersih kulit, dan pemberian antibiotik topikal (misalnya larutan atau gel klindamisin 1%, atau reitromisin topikal).

Penggunaan antibiotik lokal membantu sebagian besar pengguna untuk terus menggunakan implan.

-       Perubahan perasaan (mood) atau kegelisahan (nervousness)

Pemasangan dan pengangkatan implan menjadi pengalaman baru bagi sebagian besar wanita. Sebagaimana dengan pengalaman baru manapun, wanita akan menghadapinya dengan berbagai derajat keprihatinan serta kecemasan. Walaupun ketakutan akan rasa nyeri saat pemasangan implan merupakan sumber kecemasan utama banyak wanita, nyeri yang sebenarnya dialami tidak separah yang dibayangkan.

Pada kenyataannya, sebagian besar pasien mampu menyaksikan dengan santai proses pemasangan atau pengangkatan implannya. Wanita harus diberitahu bahwa insisi yang dibuat untuk prosedur tersebut kecil dan mudah sembuh, meninggalkan jaringan parut kecil yang biasanya sukar dilihat karena lokasi dan ukurannya.

-          Membutuhkan tindak pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan.

Implan harus dipasang (diinsersikan) dan diangkat melalui prosedur pembedahan yang dilakukan oleh personel terlatih. Wanita tidak dapat memulai atau menghentikan metode tersebut tanpa bantuan klinisi. Insiden pengangkatan yang mengalami komplikasi adalah kira-kira 5%, suatu insiden yang dapat dikurangi paling baik dengan cara pelatihan yang baik dan pengalaman dalam melakukan pemasangan serta pencabutan implan.

-          Tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi menular seksual termasuk AIDS.

Implan tidak diketahui memberikan perlindungan terhadap penyakit menular seksual seperti herpes, human papiloma virus, HIV AIDS, gonore atau clamydia. Pengguna yang berisiko menderita penyakit menular seksual harus mempertimbangkan untuk menambahkan metode perintang (kondom) guna mencegah infeksi.

-          Klien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian kontrasepsi.

Dibutuhkan klinisi terlatih dalam melakukan pengangkatan implan.

-          Efektivitas menurun bila menggunakan obat-obat tuberculosis (rifampisin) atau obat epilepsy (fenitoin dan barbiturat).

Obat-obat ini sifanya menginduksi enzim mikrosom hati. Pada kasus ini, penggunaan implan tidak dianjurkan karena cenderung menigkatkan risiko kehamilan akibat kadar levonorgestrel yang rendah di dalam darah.

-          Insiden kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi.

Angka kehamilan ektopik selama menggunakan kontrasepsi implan adalah 0,28 per 1000 wanita per tahun penggunaan.

Walaupun risiko terjadinya kehamilan ektopik selama menggunakan implan rendah, jika kehamilan memang terjadi, kehamilan ektopik harus dicurigai karena kira-kira 30% kehamilan pada saat menggunakan implan merupakan kehamilan ektopik. Angka Kehamilan Ektopik per 1000 Wanita per Tahun Penggunaan 


5.    Efek Samping

a.       Efek samping paling utama dari implant adalah perubahan pola haid, yang terjadi pada kira-kira 6 % akseptor terutama selama 3-6 bulan pertama dari pemakaian.

b.      Yang paling sering terjadi:

-          Bertambahnya hari-hari perdarahan dalam 1 siklus haid

-          Perdarahan bercak (spotting)

-          Berkurangnya panjang siklus haid

-          Amenore, meskipun jarang terjadi dibandingkan perdarahan lama atau perdarahan bercak.Umumnya perubahan-perubahan haid tersebut tidak mempunyai efek yang membahayakan diri akseptor. Meskipun terjadi perdarahan lebih sering daripada biasanya, volume darah yang hilang tetap tidak berubah.

c.       Pada sebagian akseptor, perdarahan ireguler akan berkurang dengan berjalannya waktu.

d.      Perdarahan hebat jarang terjadi (Cahyani, 2009).

e.       Perubahan dalam periode menstruasi merupakan keadaan yang paling sering ditemui. Kadang-kadang ada akseptor yang mengalami kenaikan berat badan (Gunawan, 1999).         

 

Sunday 19 July 2020

Siklus Menstruasi / Haid

1.    Apa Itu Menstruasi

menstruasi atau haid ialah pendarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium (sarwono : 2010).

Menstruasi atau haid atau kadang juga disebut sebagai datang bulan adalah perdarahan uterus secara periodik dan siklus yang normal terjadi pada wanita yang telah puber. proses ini juga terjadi dengan disertai pelepasan endometrium. Secara umum, lama siklus menstruasi adalah 28 hari, dengan lama menstruasi adalah 4 hingga 6 hari. Jumlah darah yang keluar rata-rata sebanyak 20-60 mililiter.

 

2.     Siklus Mentruasi

Panjang siklus menstruasi ialah jarak antara tanggal mulainya haid yang lalu dan mulainya menstruasi berikutnya. hari mulainya dinamakan hari pertama siklus karenajam mulainya menstruasi tidak diperhitungkan dan tepatnya waktu keluar haid dari ostium uteri eksternum tidak dapat diketahui, maka panjang siklus mengandung kesalahan ± 1 hari.

Panjang siklus menstruasi normal atau di anggap sebagai siklus menstruasi yang klasik ialah 28 hari, tetapi variasinya cukup luas, bukan saja antara beberapa wanita tetapi juga pada wanita yang sama. juga pada kakak beradik bahkan saudara kembar siklusnya tidak sama.

lama haid biasanya antara 3-5 hari ada yang 1-2 hari diikuti darah sedikit-sedikit kemudian dan ada yang sampai 7-8 hari. Pada setiap wanita biasanya lama haid itu tetap.

 

3.     Fase Apa Saja yang Terjadi Selama Menstruasi?

Meski terjadi secara rutin, mungkin masih banyak wanita yang belum mengetahui secara detail mengenai proses menstruasi terjadi. Proses menstruasi dibagi empat fase, antara lain:

a.    Fase Menstruasi / deskuamasi

Pada fase ini, lapisan dinding dalam rahim yang mengandung darah, sel-sel dinding rahim, dan lendir atau dikenal dengan endometrium akan luruh dan keluar melalui vagina. Fase ini akan dimulai sejak hari pertama siklus menstruasi dimulai dan dapat berlangsung dari selama 4 hingga 6 hari. Pada tahapan ini, biasanya wanita akan merasakan gejala seperti nyeri di perut bawah dan punggung karena rahim berkontraksi untuk membantu meluruhkan endometrium.

b.    Fase Folikular

Tahapan ini berlangsung sejak hari pertama menstruasi sampai memasuki fase ovulasi. Pada tahapan ini, ovarium akan memproduksi folikel yang berisi sel telur. Pertumbuhan folikel ovarium kemudian akan menyebabkan endometrium menebal. Fase ini biasanya terjadi pada hari ke-10 dari 28 hari dalam sebuah siklus menstruasi. Lama waktu yang dihabiskan pada tahapan ini akan menentukan berapa lama siklus menstruasi seorang wanita berlangsung nantinya.

c.    Fase Ovulasi

Pada fase ovulasi, sel telur kemudian akan dilepaskan untuk dibuahi. Sel telur yang telah matang kemudian akan bergerak ke tuba fallopi dan menempel di dinding rahim. Sel telur ini umumnya hanya bertahan selama 24 jam. Apabila tidak dibuahi, sel telur akan mati. Namun, jika sel telur bertemu dengan sperma dan sudah dibuahi, akan terjadi kehamilan. Fase ovulasi sendiri akan menandai masa subur wanita dan biasanya terjadi sekitar dua minggu sebelum siklus menstruasi berikutnya dimulai.

d.   Fase Luteal

Setelah fase ovulasi, folikel yang telah pecah akan mengeluarkan sel telur akan membentuk korpus luteum, yang kemudian akan memicu peningkatan hormon progesteron untuk mempertebal lapisan dinding rahim. Ini juga dikenal dengan fase pramenstruasi. Pada tahap ini, biasanya akan terjadi beberapa gejala yang terjadi, mulai dari payudara membesar, muncul jerawat, badan terasa lemas, menjadi mudah marah atau emosional.

Proses menstruasi ini akan terus berputar, hingga seorang wanita mengalami menopause.

 

4.    Gejala-Gejala Apa Saja yang Terjadi Selama Menstruasi?

Terdapat beberapa tanda yang umum terjadi, antara lain:

a.    Perut terasa tidak nyaman, mual, dan panas.

b.    Terasa sedikit nyeri saat buang air kecil.

c.    Tubuh terasa lemas.

d.   Sakit kepala atau pusing.

e.    Keputihan.

f.     Radang pada vagina.

g.    Gatal-gatal pada kulit.

h.    Mood mudah berubah.

i.      Nyeri dan bengkak pada payudara.

j.      Jerawat bermunculan. 

5.    Cara untuk Mengtasi Gejala yang Mengganggu Selama Proses Menstruasi

Karena menstruasi secara umum menyebabkan gejala yang cukup mengganggu, maka seorang wanita perlu melakukan beberapa hal untuk mengurangi gejalanya. Beberapa hal yang bisa dilakukan antara lain:

a.    Kompres bagian bawah abdomen dengan botol berisi air panas atau bantal pemanas untuk meredakan nyeri yang terjadi.

b.    Minum air putih banyak, dan pastikan hindari menghindari terlebih dahulu konsumsi garam dan minuman yang berkafein untuk mencegah pembengkakan dan retensi air.

c.    Lakukan olahraga secara teratur.

d.   Makan makanan yang bergizi seimbang dan pastinya kaya akan zat besi dan kalsium.

e.    Konsumsi vitamin E sebanyak 400 miligram, karena ini bisa mencegah peradangan dan meningkatkan respon kekebalan tubuh.

f.     Lakukan aktivitas yang dapat meredakan stres.

 

6.    Kapan Harus ke Dokter?

Terdapat beberapa gejala yang perlu kamu tanggapi serius selama menstruasi. Pasalnya, gejala ini bisa saja merupakan gejala awal dari penyakit yang lebih parah. Beberapa tanda menstruasi yang tidak normal, antara lain:

a.    Siklus yang berlangusng lebih lama, yaitu hungga 31 hingga 35 hari tiap bulannya.

b.    Darah yang keluar bukan seperti darah pada menstruasi pada umumnya.

c.    Menstruasi yang terjadi selama tujuh hari atau bahkan lebih.

d.   Jumlah darah yang keluar sangat banyak bahkan membuatmu harus mengganti pembalut setiap satu atau dua jam.

e.    Nyeri sebelum atau saat haid yang berlebihan hingga membuat aktivitasmu terganggu.

f.     Terdapat gumpalan darah dalam jumlah besar.

g.    Tidak mengalami haid selama tiga bulan.

h.    Kram berlebihan saat haid.

Jika gejala di atas kamu alami, segera hubungi dokter untuk mengetahui penanganan selanjutnya. Penanganan yang tepat dapat meminimalisir akibat, sehingga pengobatan bisa lebih cepat dilakukan.

 

Prawirohardjo, Sarwono (2010). Ilmu Kandungan. Jakarta : PT Bina Pusaka Sarwono Prawirohardjo

Askeb ANC Covid

  BAB III TINJAUAN KASUS 3.1     Pengkajian Hari / tanggal    : Senin, 20 Mei 2021                                           Jam   : 1...