Tuesday 3 April 2018

demam berdarah / dhf



BAB I
PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang
Penyakit Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh Orbavirus Carthtro podborn virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes (Aedes Alba pictus dan Aedes Aegypti). Penyakit ini sebenarnya telah ditemukan di Jakarta pada tahun 1779 oleh Dr. David Bayion dan beliau menamakan penyakit ini Knokkel Koorts karena pasien-pasiennya mengeluh sakit pada sendi-sendi.
Demam berdarah dengue sekarang telah menyebar keseluruhan Indonesia daerah yang pernah di landa dan sudah meminta korban jiwa masih sering muncul lagi adanya penyakit tersebut. Sebabnya karena tempat yang merupakan sarang nyamuk masih terdapat. (Ngastiyah, 1997 : 350).
Mengenai penyakit DBD yang biasanya dimulai dengan demam mendadak dan anak menjadi lemah, mengeluh ousing atau muntah selanjutnya muncul bintik-bintik merah pada kulit (yang merupakan salah satu tanda gejala DBD), perdarahan gusi, epistaksis sampai perdarahan yang hebat berupa muntah darah. Selain perdarahan juga terjadi syok yang biasanya dijumpai pada saat demam telah menurun antara hari ke 3 dan ke-7 dengan tanda-tanda anak menjadi makin lemah, ujung jari, telinga dan hidung terasa dingin dan lembab. Denyut nadi terasa cepat, kecil dan tekanan darah menurun dengan tekanan sistolik 80 mm hg atau kurang. Jika sudah terjadi shock dapat menyebabkan kematian.
Puncak kasus DBD/DHF terjadi pada musim hujan yaitu bulan desember sampai dengan maret. Tingginya angka kematian yang disebabkan oleh penyakit ini maka pemerintah mengharapkan apabila menemukan kasus DHF harus segera melaporkan (dalam waktu < 24 jam) agar dapat ditangani dengan cepat dan tepat oleh karena itu dengan adanya pembahasan pada asuhan kebidanan ini diharapkan sedikit banyak mengurangi kasus DHF yang terjadi di Indonesia.

1.2  Tujuan
1.2.1        Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa dapat menerapkan petatalaksanaan dan pengobatan maupun perawatan asuhan kebidanan pada anak dengan DHF dengan pendekatan menejemen kebidanan helen varney.


1.2.2        Tujuan Khusus
1.      Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian atau pengumpulan data subjektif dan objektif.
2.      Mahasiswa mampu menetapkan diagnosa dan masalah sesuai dengan data yang diperoleh.
3.      Mahasiswa mampu mengantisipasi diagnosa atau masalah potensial berdasarkan diagnosa atau masalah utama.
4.      Mahasiswa mampu menetapkan tindakan segera untuk memenuhi kebutuhan.
5.      Mahasiswa mampu merencanakan asuhan yang menyeluruh.
6.      Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan yang telah direncanakan sesuai dengan diagnosa dan masalah.
7.      Mahasiswa mampu mengevaluasi hasil yang dicapai dalam melaksanakan asuhan.

1.3  Ruang Lingkup
 ruang lingkup terbatas pada asuhan kebidanan pada An ”B” usia 14 tahun dengan DHF.

1.4  Metode Penulisan
Penulisan laporan ini menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan asuhan kebidanan. Adapun data diperoleh dari informasi dengan tehnik :
1.      Data Primer        : -   Data subjektif
                 -   Data objektif
2.      Data Sekunder   : -   Studi pustaka
-      Pemeriksaan penunjang
-      Dan lain-lain.

1.5  Pelaksanaan
Praktek Klinik Kebidanan ini dilaksanakan di RSUD Dr. Soetrasno Rembang di Flamboyan pada tanggal 6 Juli - 19 Juli 2009.




1.6  Sistematika Penulisan
BAB I       :   Berisi Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan, ruang lingkup, metode penulisan, tempat dan pelaksanaan dan sistematika penulisan.
BAB II      :   Berisi Tinjauan pustaka yang terdiri dari konsep teori asuhan kebidanan pada anak dengan sindrom nefrotik dan konsep asuhan kebidanan Hellen Varney.
BAB III    :   Berisi Tinjauan kasus yang terdiri dari pengkajian, diagnosa/ masalah potensial, tindakan segera, intervensi, implementasi dan evaluasi.
BAB IV    :   Berisi Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


2.1  Konsep Dasar Dengue Hemorogie Fever (DHF)
2.1.1        Pengertian
Dengue Hemorogic Fever (DHF) atau demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit demam akut dengan ciri-ciri demam manifestika perdarahan dan bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan kematian (Arief Mansyoer, 2000 : 419).
Penyakit dengue adalah infeksi akut  yang disebabkan oleh albovirus (orthropad born virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes (aedes albopsitus dan aedes aegypti) (Ngastiyah, 1997 : 341).
2.1.2        Gambaran Klinis
Penyakit ini ditandai oleh demam mendadak tanpa sebab yang jelas disertai gejala lain seperti lemah nafsu makan berkurang, muntah, nyeri anggota badan punggung, sendi, kepala, perut, gejala tersebut menyerupai influenza biasa. Pada hari ke 2 atau ke 3 demam muncul. Bentuk perdarahan yang beraneka ragam dimulai dari yang paling ringan berupa perdarahan dibawah kulit (perekia, ekimosis), sampai perdarahan lambung, melena dan hemoturia pasif. Pada anak besar dan desawa dikenal sindrome ruam dengue berupa demam tinggi mendadak, nyeri anggota badan (kepala, bola mata, punggung dan sendi). Dan timbul ruam makulopopular.
Selain perdarahan juga terjadi shock yang biasanya dijumpai saat demam telah menurun antara hari ke 3 dan ke 7 dengan tanda-tanda anak menjadi makin lemah, ujung-ujung jari, telinga dan hidung teraba dingin dan lembab. Denyut nadi teraba cepat, kecil dan tekanan darah menurun dengan sistolik 80 mmhg/kurang.
Menurut patokan dari WHO pada tahun 1975 diagnosa DBD (DHF) harus berdasarkan gejala klinik sebagai berikut:
1.      Demam tinggi mendadak dan terus-menerus selama 2-7 hari tanpa sebab jelas.
2.      Manefestasi perdarahan, paling tidak uji terniquet positif dan adanya salah satu bentuk perdarahan yang lain misalnya patekia, ekimosis, epistoksis, perdarahan gusi, melena, atau hematemesis.
3.      Pembesaran hati (sudah dapat diraba sejak permulaan sakit).
4.      Syok yang ditandai nadi lemah, cepat, serta kulit yang teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung jari dan kaki, pasien menjadi gelisah timbul sianosis sekitar mulut.
2.1.3        Pemeriksaan Diagnostik
Terjadi trombositopeni (100.000/ml atau kurang) dan hemokorsentrasi yang dapat dilihat dari meningginya nilai hemotakrit sebanyak 20% atau lebih dibandingkan dengan nilai nematokrit pada masa konvolensen.
Pada pasien dengan 2 atau 3 patokan klinik disertai adanya trombositopenia dan hemokonsentrasi tersebut jika dilakukan pemeriksaan sorologi ternyata diagnosis tepat. Berdasarkan patokan dari WHO (1916) DBD dibagi menjadi 4 derajat sebagai berikut:
1.      Derajat I : demam disertai gejala tidak khas, hanya dapat manifestika perdarahan (Uji tourniquest positif).
2.      Derajat II : seperti Derajat I disertai perdarahan spontan diikuti dan perdarahan lainnya.
3.      Derajat III : Ditemukan kegagalan sirkulasi darah dengan adanya nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (kurang dari 20 mm Hg) atau hipotensi disertai kulit dingin dan lembab, gelisah.
4.      Derajat IV : Renjatan berat dengan nadi tak teraba dan tekanan darah yang tidak dapat diukur.
2.1.4        Patofisiologi
Virus hanya dapat hidup sehingga harus bersaing dengan sel manusia terutama dalam kebutuhan protein. Persaingan tersebut sangat tergantung pada daya tahan manusia.
Sebagai reaksi terhadap infeksi terjadi : 1) Aktivitas sistem komplemen sehingga dikeluarkan zat anafitatoksin yang menyebabkan peningkatan permobilitas kapiler dan terjadi pembesaran plasma dari ruang intravaskuler ke ruang eksmavaskular, 2) Abrebosi trombosit menurun, apabila kelainan ini berlanjut akan menyebabkan kelainan fungsi trombosit sebagai akibat mobilisasi sel trombosit muda dari sumsum tulang, dan 3) Kerusakan sel endotel pembuluh darah akan merangsang atau mengaktivasi faktor pembukuan.
Ketiga faktor di atas menyebabkan : 1) Meningkatkan permeabilitas kapiler, 2) Kelainan hemostosis yang disebabkan oleh vaskulopoti, trombositopenia dan koagulopati.

2.1.5        Penatalaksanaan
1.      DBD (DHF) Tanpa Renjatan
Pada dasarnya bersifat suportif yaitu mengatasi kehilangan cairan plasma sebagai akibat peningkatan permeabilitas kapiler dan sebagai akibat perdarahan. Pasien DBD dirawat di ruang perawatan biasa tetapi pada kasus dengan DBD dengan komplikasi diperlukan perawatan intensif fase kritis pada umumnya terjadi pada hari sakit ke 3.
Rasa haus dan keadaan dehidrasi dapat timbul akibat demam tinggi anoreksia dan muntah. Pasien perlu diberi minum banyak, 50 ml /kg BB dalam 4-5 jam pertama berupa air teh dengan gula, sirup, susu, sari buah, dan oralit. Setelah keadaan dehidrasi dapat diatasi, berikan cairan sumatan 80-100 ml/kg BB dalam 24 jam berikutnya.
Hiperpiteksi diatasi dengan anti piretik dan perlu surface cooling dengan kompres demam dengan 70% paracetamol direkomendasikan untuk mengatasi demam dengan dosis 10-15 mm/kg BB/kali.
Jika terjadi kejang diberi luminal atau anti konvulsan lainnya. Luminal diberikan dengan dosis :
a.       Anak umur kurang dari 1 tahun 50 mg 1 M
b.      Anak umur > 1 tahun 75 mg
Jika 15 menit kejang belum berhenti luminal diberikan lagi dengan dosis 3 mg kg/mg/BB.
c.       Anak usia > 1 tahun diberi 50 mg.
d.      Anak usia < 1 tahun diberi 30 mg dengan memperhatikan adanya depresi fungsi vital.
Infus diberikan pada pasien DBD tanpa renjatan apabila:
a.       Pasien terus menerus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga mengancam adanya dehidrasi.
b.      Hematokrit cenderung meningkat.
Jenis cairan :
1)      Kristaloid
a)      Larutan ringer laktat (RL) atau Dekstrosa 5% dalam larutan ringer laktat (DS/RL).
b)      Larutan ringer asetat (RA) atau Dekstrosa 5% dalam larutan ringer asetat (D5/RA).
c)      Larutan NaCl 0,9% (gram foali, GF) atau Dekstrosa 5% dalam larutan gram foali (DS/GF).
2)      Koloid
a)      Dextran
b)      Plasma.
Pasien harus dirawat dan segera diobati bila dijumpai tanda-tanda syok yaitu gelisah, letargi/lemah, ekstremitas dingin bibir cianosis, oligouria dan nadi lemah, tekanan darah nadi menyempit (20 mm Hg atau kurang) atau hipotensi dan peningkatan mendadak kadar hematokrit atau kadar hemotokrit yang meningkat terus menerus walaupun telah diberikan cairan intravena.
2.      DBD (DHF) disertai renjatan.
Dalam keadaan renjatan berat diberikan cairan ringer laktat secara tepat (diguyai) selama 30 menit. Apabila syok tidak teratasi dan atau keadaan klinis memburuk, ganti cairan dengan koloid 10-20 ml/kg/BB/jam dengan jumlah maksimal 30 ml/kg/BB. Setelah perbaikan segera cairan ditukar kembali dengan kristaloid (tetesan  20 ml/kg/BB/ bila dengan cairan koloid dan kristaloid, sedangkan kadar hemotokrit tetap, diduga telah terjadi perdarahan masih berikan 20 ml/kg/BB. Bila renjatan tidak berat berikan cairan dengan kecepatan 20 ml/kg/BB/jam.
Bila renjatan sudah diatasi, nadi sudah jelas teraba, amplitudo nadi cukup besar, tekanan sistolik 80 mm Hg atau lebih, maka kecepatan tetesan dikurangi menjadi 10 ml/kg/BB/jam kecepatan pemberian cairan selanjutnya disesuaikan dengan gejala klinik dan nilai hemotokrit yang diperiksa periodik evaluasi, klinis, nadi, tekanan darah, pernafasan, suhu dan pengeluaran urine dilakukan lebih sering.
Perlu dilakukan monitoring yaitu :
a.       Nadi tekanan darah, respirasi dan temperatur harus dicatat secara 15-30 menit atau lebih sampai syok teratasi.
b.       Kadar hematokrit harus diperiksa tiap 4-6 jam sampai keadaan klinis pasien stabil.
c.       Setiap pasien harus mempunyai formulir pemantauan mengenai jenis cairan, jumlah dan tetesan, untuk mengetahui apakah cairan yang diberikan sudah mencukupi.
d.      Deuresis dipantau. Bila deuresis belum mencukupi 2 ml/kg/BB/jam, sedangkan cairan yang diberikan sudah sesuai dengan kebutuhan berikan furosemide 1mg/kg/BB. Bila deuresis tetap belum mencukupi pada umumnya syok belum teratasi dengan baik, maka pemasangan (entra venous pressure (CVP) dilakukan untuk pedoman pemberian plasma selanjuntnya melalui vena jugularis dan biasanya pasien dirawat di ICV.
Pada pasien gelisah, berikan karbohidrat peroral/perektal dengan dosis 12,5-50 mg/kg/BB (tidak melebihi 1 gram). Terapi dengan O2 2 liter/menit harus diberikan kepada semua pasien syok.
2.1.6        Keperawatan
1.      Perawatan Pasien DBD Derajat I
Pada pasien derajat I ini keadaan umunya seperti pada pasien influenza biasanya. Dengan gelaja demam, lesu, sakit kepala dan lain sebainya, tetapi terdapat juga gejala perdarahan, atas hasil torniquel positif (cara uji torniquet adalah pasang mansel tensimeter pada lengan atas dan pompa sampai air raksa mencapai pertengahan tekanan sistolik dan diastolik, biarkan selama 5 menit. Bila setelah manset dibuka terdapat lebih dari 20 petekie pada daerah lengan bawah dengan 2,5 cm dinyatakan positif).
Perawatannya :
a.       Pasien perlu istirahat multak.
b.      Observasi TTV setiap 3 jam (terutama tekanan darah dan nadi).
c.       Periksa Ht, Hb dan trombosit secara periodik (4 jam sekali).
d.      Berikan minum 1 ½ -2 liter dalam 24 jam. Air minum boleh teh manis, sirup atau oralit jika mau cara memberikan minum sedikit 5 menit 1 sendok makan/setiap ¼ jam 1/3 gelas.
e.       Urine tampung dalam 24 jam.
f.       Catatlah hasil pemeriksaan Ht, Hb dan trombosit secara teratur dan adakan penilaian apakah terjadi kenaikan yang melebihi normal apa tidak.
g.      Jika tekanan darah sewaktu-waktu menurun, ulangi ukur lagi 5 menit kemudian dan jika ternyata memang turun dan merugikan segera hubungi dokter.
h.      Bila pasien tidak mau minum sesuai dengan yang telah ditentukan tidak dianjurkan memasang soncle karena dapat menimbulkan perdarahan bila tidak terjadi.
i.        Sesuatu setelah dirawat 2-3 hari pasien dalam keadaan membaik dan nafsu makan baik pasien dipulangkan.

2.      Perawatan Pasien DBD Derajat II
Umumnya pasien dengan DBD derajat II ketika datang, dirawat sudah dalam keadaan lemah, malas, minum (gejala klinik derajat I ditambah adanya perdarahan spontan) perawatannya.
a.       Segera dipasang infus, bila keadaan pasien sangat lemah infus lebih baik dipasang di dua tempat karena dalam keadaan renjatan walaupun klem dibuka tetesan cairan tetap tidak lancar, maka di dua tempat akan membantu memperlancar. Kadang-kadang satu infus ini diperlukan untuk memberikan plasma/darah yang lain cairan biasa.
b.      Pengawas tanda vital, pemeriksaan hematokrit dan hemoglobin serta trombosit seperti derajat I.
c.       Perhatikan gejala-gejala renjatan seperti nadi mengecil dan cepat, tekanan darah menurun, anuria atau anak mengeluh sakit perut sekali dan sebagainya.
d.      Jika pasien derajat II ini setelah dirawat selama 2 hari keadaan membaik yang ditandai dengan tekanan darah normal, nadi, suhu, dan pernafasan juga membaik infus yang satu dibuka, yang lainnya diperhatikan sampai 24 jam lagi sambil terus observasi. Jika keadaan umumnya baik. TTV baik serta telah dan Hb sudah normal dan stabil infus dibuka. Biasanya pasien sudah mau makan dan diperbolehkan pulang dengan pesan untuk kontrol setelah 1 minggu kemudian.
3.      Perawatan DBD Derajat III dan IV
Padien dengan derajat III adalah pasien gawat maka jika tidak mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat akan menjadi fatal sehingga memerlukan perawatan yang intensif.
Masalah utama adalah akibat kebocoran plasma yang pada pasien ini mencapai puncaknya ditemuinya tubuh pasien sembab, aliran darah sangat lambat karena menjadi kental sehingga mempengaruhi curah jantung dan menyebabkan gangguan saraf pusat.
Pertolongan yang utama adalah mengganti plasma yang keluar dengan memberikan cairan dan elektrolit (biasanya diberikan ringer laktat) dan cara memberikan diguyur ialah dengan kecepatan tetesan 20 ml/kh BB/jam karena darah kehilangan plasma, maka alirannya lambat (darah menjadi kental). Untuk melancarkan aliran klem infus sibuka tetapi biasanya tetap tidak berjalan lancar cara lain yaitu memasukkan dengan paksa dengan menggunakan spuit 20-30 cc sebanyak 100-200 ml melalui selang infus.
Akibat terjadinya kebocoran plasma pada paru terjadi  penggumpal cairan didalam rongga pleura dan menyebabkan pasien dipsneu, untuk meringankan pasien dibaringkan semi koler dan diberikan O2, pengawasan TTV dilakukan tiap 15 menit terutama tensi, nadi, dan nafas.
Untuk memantau ginjal pasien perlu dipasang kateter urine dan ditampung evolusi tiap jam (renjatan sering didahului adanya nausea) pemeriksaan Ht, Hb, dan trombosit tetap dilakukan secara periodik.
Jika renjatan dapat diatasi nadi jelas teraba dan amplitudo nadi cukup besar, tekanan darah sistolik 80 mm Hg/lebih kecepatan tetesan dikurangi menjadi 10 ml/kg BB/jam. Penilaian TTV dan infus masih diteruskan sampai 24-48 jam setelah syok teratasi, pemeriksaan Ht, Hb, dan trombosit masih perlu dilakukan. Bila hasil telah stabil serta tanda vital telah normal dan stabil, infus dihentikan. Selama observasi ini pasien diberi makan minum biasa. Bila pasien telah mau makan (nafsu makannya sudah kembali) merupakan pertanda baik pasien dipulangkan dengan pesan kontrol kembali 1 minggu lagi.
2.1.7        Kriteria Pasien Dipulangkan
1.      Tidak demam selama 24 jam tanpa anti piretik.
2.      Nafsu makan membaik.
3.      Tampak perbaikan secara klinis.
4.      Hematokrit stabil.
5.      3 hari setelah syok teratasi.
6.      Jumlah trombosit 750.000/ml
7.      Tidak dijumpai distres pernafasan (disebabkan oleh efusi pelura/asidosis).
2.1.8        Masalah yang perlu diperhatikan pada anak dengan DHF
1.      Bahaya kegagalan sirkulasi darah
Dengan adanya kebocoran plasma dari pembuluh dari kejaringan ekstravaskuler akibatnya aliran darah keseluruhan tubuh menjadi lambat sedangkan penurunan cara kordiovaskuler menyebabkan syok hingga terjadi kematian.
2.      Resiko terjadi perdarahan
Menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya fungsi koagulasi merupakan faktor terjadinya perdarahan hebat terutama pada traktus gastrointestirol.
Perdarahan gastroiltestiral biasanya diikuti oleh adanya sakit perut yang hebat (Febic, 1996), kemudian diikuti nadi lembut, kecil sampai tidak teraba, pusat sampai tubuh dingin dari ujung jari dan kaki. Jika nadi diukur akan menurun sampai 20 mmHg/kurang, perdarahan dapat terjadi sebelum syok atau tidak disertai syok, tetapi jika perdarahan tersebut hebat, maka sukar diatasi.
3.      Gangguan suhu tubuh
Gangguan suhu tubuh biasanya terjadi pada permulaan sakit atau hari ke 2 atau ke 7. Peningkatan suhu tubuh tersebut akibat infeksi virus dengue, maka pengobatannya dengan memberikan anti pretika dan anti fenvulson, karena tidak jarang akibat dari suhu tinggi akan mengakibatkan kejang.
4.      Gangguan Rasa Nyaman dan Aman
Gangguan rasa aman dan nyaman dirasakan seperti pasien lainnya adalah karena penyakitnya dan akibat tindakan selama dirawat. Hanya pasien DHF menderita lebih karena pemeriksaan darah Ht, trombosit, Hb, secara periodik (tiap 4 jam) dan mudahnya terjadi hematoma serta sukarnya mencari vena jika sudah stadium II menambah penderita pasien.

2.2  Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Menurut Hellen Varney
Manajemen kebidanan adalah metode dan pendekatan pemecahan masalah yang digunakan didalam asuhan kebidanan kepada individu, keluarga dan masyarakat. Dalam melakukan proses manajemen, kebidanan ini menggunakan 7 langkah yaitu:
2.2.1        Pengkajian Data
Adalah suatu pengumbalan data lengkap untuk mengevaluasi kepada klien yaitu memeriksa dan memperoleh seluruh data yang diperlukan untuk menilai kondisi klien secara lengkap.
Data ini mencakup :
1.      Data subjektif
Diperoleh dari anamnesa dan tanya jawab secara langsung dengan pasien meliputi :

a.       Identitas/biodata Klien, meliputi:
1)      Nama pasien
Agar dapat mengenal/memanggil sesuatu nama dan tidak keliru dengan pasien yang lain.
2)      Jenis kelamin
      Untuk mengetahui jenis kelaminnya laki-laki atau perempuan.
3)      Tempat Tanggal Lahir
Untuk mengetahui dimana tempat pasien dilahirkan dan tanggal pasien lahir.
4)      Umur
      Untuk mengetahui berapa usia pasien.
5)      Suku/Bangsa
Untuk mengetahui asal pasien dan mempermudah komunikasi.
6)      Pendidikan Ayah/Ibu
      Untuk mengetahui status sosial.
7)      Pekerjaan Ayah/Ibu
      Untuk mengetahui sosial ekonomi kelarga pasien.
8)      Agama Ayah/Ibu
      Untuk mengetahui kepercayaan keluarga pasien.
9)      Alamat
Untuk mengetahui tempat tinggal pasien, menjaga kemungkinan bisa ada pasien yang namanya sama juga diperlukan bila ada kunjungan lama serta untuk mengetahui lingkungan rumah pasien.
10)  No. Register
      Untuk mempermudah mencari data klien.
b.      Riwayat Keperawatan
1)      Riwayat keperawatan sekarang
Untuk mengetahui keluhan utama pasien, beberapa lamanya, akibatnya, timbulnya keluhan, faktor yang memperberat, upaya apa untuk mengatasi.
2)      Riwayat keperawatan sebelumnya
Untuk mengetahui riwayat keperawatan mulai dari prenatal, natal, dan post natal,apakah klien pernah dioperasi, apakah pernah alergi, bagaimana tumbuh kembangnya, imunisasi, status gizinya, psikososialnya dan interaksinya.

3)      Riwayat Kesehatan Keluarga
Untuk mengetahui komposisi keluarganya, lingkungan rumah dan komunitas kultur dan kepercayaannya. Fungsi dan hubungan keluarga perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan dan persepsi keluarga tentang penyakit.
c.       Pola Fungsional Kesehatan
Untuk mengetahui bagaimana pola nutrisi pasien eliminasi, istirahat/tidur, aktivitas dan personal hygiene.
2.      Data objektif
a.       Pemeriksaan Fisik
1)      Keadaan umum
      Untuk mengetahui bagaimana keadaan umumnya baik/tidak.
2)      Kesadaran
Untuk mengetahui kesadarannya apakah composmentis, apatis, delerium, somroien, sopon, koma.    
3)      Tanda-tanda vital
      Untuk mengetahui keadaan umumnya.           
4)      BB/ TB
      Untuk mengetahui tumbuh kembang pasien.   
5)      Kepala/Wajah
Untuk mengetahui bagaimana keadaan kulit kepala, apakah ada kelainan dan wajah untuk mengetahui apakah pucat/tidak, cianosis/tidak.
6)      Mata
      Untuk mengetahui anemis/tidak, bagaimana reflek pupilnya. 
7)      Telinga
      Untuk mengetahui serumennya banyak/sedikit.          
8)      Hidung
Untuk mengetahui apakah ada septum nasal/tidak, ada polip/tidak, bagaimana pernafasannya.
9)      Mulut
Untuk mengetahui apakah ada bibir sumbing, mulutnya dianosis/tidak.         
10)  Tenggorokan
      Untuk mengetahui apakah ada radang tenggorokan/tidak.

11)  Leher
Untuk mengetahui apakah ada perbesaran vena jugularis, kelenjar tiroid
12)  Dada
Untuk mengetahui apakah ada kelainan dada apakah pigeon, flanel, barel.
13)  Paru-paru
Untuk mengetahui apakah ada kelainan pada paru-parunya pernafasannya.
14)  Jantung
      Apakah ada kelainan pada detak jantungnya, nadinya.
15)  Abdomen
Untuk mengetahui apakah meteorisimus/tidak, osites/tidak, kat, kesia/tidak.
16)  Ginjal
      Untuk mengetahui apakah ada keluhan bawaan pada ginjal/tidak
17)  Genetalia
      Untuk mengetahui apakah ada kelainan pada genetalianya.
18)  Anus/Rektum
      Untuk mengetahui apakah ada atresia anus/atresia rektum.
19)  Ekstremitas
      Untuk mengetahui apakah ada adema atau tidak.
20)  Punggung
Untuk mengetahui apakah ada kelainan pada punggungnya, misalnya spina bifida.
b.      Pemeriksaan penunjang
Untuk mengadakan diagnosa yaitu bisa melali pemeriksaan laboratorium, foto rongent, dan lain-lain.
c.        Program Terapi
Untuk pemberian terapi pasien setiap hari yaitu dengan kolaborasi dengan dokter.
2.2.2        Interprestasi Data
Diagnosa didapatkan dari indentifikasi data yang dipadukan antara data subjektif dan data objektif.

2.2.3        Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial (komplikasi lebih lanjut yang mungkin terjadi sesuai dengan diagnosa dan masalah yang sudah diidentifikasi.
2.2.4        Identifikasi Kebutuhan akan tindakan segera atau kolaborasi.
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan tim kesehatan lain sesuai kondisi klien.
2.2.5        Intervensi
Merupakan rencana asuhan yang menyeluruh dengan pasional.
2.2.6        Implementasi
Pelaksanaan dari pada perencanaan yang telah diuraikan pada intervensi.
2.2.7        Evaluasi
Adalah tindakan pengukuran antara keberhasilan dan rencana tindakan yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan tindakan kebidanan yang dilakukan sesuai kriteria yang ditetapkan. Berdasarkan evaluasi selanjutnya asuhan kebidanan dituliskan dalam bentuk catatan perkembangan yang mencakup SOAP.
Data Subjektif (S) :  Data yang didapatkan dan pernyataan klien secara langsung.
Data objektif   (O) :  Data yang diperoleh dari hasil observasi dalam pemeriksaan.
Assesment       (A) :  Pernyataan gangguan yang terjadi atas data S dab data O.
Planning          (P) :  Perencanaan yang ditentukan sesuai dengan masalah yang terjadi.           



BAB III
TINJAUAN KASUS


3.1  Pengkajian
Anamnesa Tanggal : 6 juli 2009    Pukul : 15.00               Oleh : Fitria a.m
3.1.1        Data Subyektif
1.      Identitas
Nama                                 :   An ”B”
Jenis kelamin                     :   Laki-laki
Tempat/ Tanggal/ Lahir     :   Rembang. 14 Mei 1995
Umur                                 :   14 tahun
Nama Ayah/Ibu                :   Tn ”S”/Ny ”A”
Pendidikan Ayah/ Ibu       :   SMA/SMA
Suku/ Bangsa                    :   Jawa/ Indonesia
Pekerjaan Ayah/ Ibu         :   Wiraswasta/PNS (TU SMP)
Alamat                              :   Kragan 2/3 Rembang
No. Register                      :   62315
Tanggal MRS                    :   5 Juli 2009
Diagnosa Medis                :   DHF
Sumber Informasi             :   Orang tua
2.      Riwayat kesehatan
a.       Riwayat kesehatan sekarang (present illness)
1)      Keluhan utama
Ibu pasien mengatakan tanggal 30 Juni 2009 anaknya panas selama 6 hari dan mual muntah.
2)      Lama keluhan
Ibu pasien mengatakan anak sebelum dibawa ke rumah sakit sudah panas 6 hari selama di rumah dan panasnya naik, turun.
3)      Akibat timbul keluhan
Ibu mengatakan anaknya lemah,lesu,dan kurang bersemangat.
4)      Faktor yang memperberat
Ibu pasien mengatakan tidak ada faktor yang memperberat anaknya menjadi sakit
5)      Upaya mengatasi
Ibu pasien mengatakan sebelum dibawa ke rumah sakit anak dibawa ke dokter dari dokter disarankan ke rumah sakit.
b.      Riwayat kesehatan sebelumnya
1)      Prenatal
Ibu pasien mengatakan selama masih dalam kandungan tidak mempunyai suatu keluhan sampai dirawat di rumah sakit.
2)      Natal
Ibu pasien mengatakan saat melahirkan dilahirkan secara normal.
3)      Post natal
Ibu pasien mengatakan setelah melahirkan anaknya sehat-sehat saja dan dilakukan perawatan bayi srhari-hari.
4)      Operasi yang pernah
Ibu pasien mengatakan anaknya tidak pernah sakit sampai dioperasi.
5)      Alergi
Ibu pasien mengatakan anaknya tidak pernah alergi setelah makan-makanan misalnya telur, daging ataupun makan makanan yang lain.
6)      Imunisasi
Ibu pasien mengatakan anaknya sudah mendapatkan imunisasi  dasar lengkap.
7)      Tumbuh kembang
Ibu pasien mengatakan bahwa tumbuh kembang anaknya tidak ada masalah atau tidak ada suatu gangguan.
8)      Status gizi
Ibu pasien mengatakan bahwa status gizi anak tidak ada gangguan karena anaknya tidak susah makan dan makanannya teratur 3-4 kali sehari.
9)      Psikososial
Ibu pasien mengatakan sebelum sakit naknya tampak selalu ceria.
10)  Interaksi
Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya selalu bermain dengan teman seusianya dan main-main di rumah tetangga.
c.       Riwayat kesehatan keluarga
1)      Komposisi keluarga
Ibu pasien mengatakan bahwa dalam satu rumah ditempati oleh 3 orang, yaitu ayah, ibu dan anak.
2)      Lingkungan rumah dan komunitas
Ibu pasien mengatakan lingkungan dirumahnya kurang bersih karena berdekatan dengan jembatan dan di bawah jembatan banyak sampah-sampah, mandi menggunakan air PAM, minum juga menggunakan air PAM tetapi disebut terlebih dahulu namannya ada WCnya.
3)      Kultur dan kepercayaan
Ibu pasien mengatakan mengiktui adat jawa dan anak pertamanya.
4)      Fungsi hubungan keluarga
Ibu pasien mengatakan bahwa pasien adalah anak kandungnya dan anak ketiganya.
5)      Perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan
Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya setelah bermain-main, lari-larian atau kebanyakan bergerak langsung badannya panas.
6)      Persepsi keluarga tentang penyakit
Ibu mengatakan anggota keluarga tidak ingin ada keluarga yang sakit.
7)      Persepsi Keluarga tentang penyakit
Ibu mengatakan bahwa anaknya hanya mengetahui anaknya panas 2 hari dari hidung keluar darah jika bersin.
3.      Pola Kehidupan Fungsional
a.       Pola nutrisi
1)      Ibu pasien mengatakan sebelum masuk rumah sakit anaknya makan sehari 3-4 kali sehari, dengan porsi sedang, menunya tempe, ayam, telur ceplok dan sayur.
2)      Ibu pasien mengatakan selama masuk rumah sakit anaknya makan 3 kali sehari, menunya nasi tim, tempe, tahu, sayur dan ayam.
b.      Pola eliminasi
1)      Ibu pasien mengatakan bahwa sebelum masuk rumah sakit BABnya normal 1 kali sehari BAK normal.
2)      Ibu pasien mengatakan bahwa selama di rumah sakit BAB hanya 1 kali dan BAKnya 5-6 kali sehari.

c.       Pola istirahat/ tidur
1)      Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya sebelum masuk rumah sakit siang tidak pernah tidur dan malam tidur mulai jam 19.00 – 05.00 WIB.
2)      Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya selama masuk rumah sakit tidurnya siang 3 jam dan malam setiap 3 jam selalu terbangun dan tidur lagi.
d.      Pola aktifitas
1)      Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya sebelum masuk rumah sakit pola aktivitasnya main-main di rumah, dirumah tetangga, kadang loncat-loncat dan main dengan teman-temannya.
2)      Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya selama di rumah sakit suka rewel.
e.       Personal hygiene
1)      Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya sebelum masuk rumah sakit mandi 2 kali sehari, ganti baju 2 kali sehari
2)      Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya selama di rumah sakit anaknya hanya disibini 2 kali sehari dan ganti baju 1 kali sehari.
3.1.2        Data objektif
1.      Pemeriksaan Umum
a.       Keadaan umum       :     Lemah
b.      Kesadaran               :     Composmetis
c.       Tanda-Tanda Vital  :     ..., ..., S : 39oC     N : 72 ´/mnt  R : 40  ´/mnt
d.      BB/ TB                    :     40 kg/150 cm
e.       Kepala                     :     rambutnya hitam, bersih tidak ada ketombe, tidak ada benjolan.
f.       Wajah                      :     Tidak tampak pucat
g.      Mata                        : -   Simetris
                                        -   tidak tampak anemis
                                        -   tidak ada konjungtiva
                                        -   tidak tampak ikterus
                                        -   tampak cowong.
h.      Telinga                    : -   simetris
 -    terdapat serumen sedikit.
i.        Hidung                    : -   pernafasannya normal.
                                        -   tidak ada cuping hidung
                                       -    tidak ada septum nosal.
j.        Mulut                      : -   tidak ada cianosis.
                                        -   tidak ada labia skisis, labia polatoskisis
                                        -   labio genetapolatoskisis
                                        -   gigi tidak ada lubang
k.      Tenggorokan           :     tidak ada peradangan
l.        Dada                       :     normal silindris
m.    Paru-paru                 :     bentuknya simetris, tidak ada kesulitan nafas, tidak ada bunyi ronki, wishing dan stredor.
n.      Jantung                    :     denyutan ictus cardis, tidak tampak, tidak pembersaran jantung.
o.      Abdomen                :     bentuk silindris, bising usus, normal 10-12 ´/mnt ada nyeri kenanan pada tengah abdomen, tidak meteurismus.
p.      Genetalia/anus         :     tidak ada keputihan, tidak ada hemoroid, ada lubang uretranya.
q.      Ekstremitas             : -   tidak ada adema
                                        -   akral hangat
r.        Punggung                : -   tidak ada kelainan
                                        -   tidak ada spinabifida
2.      Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Tanggal 5 Juli 2009
                        HEMATOLOGI
Hematologi
Hasil
Normal
-          Hemoglobin
-          Leukosit
-          Trombosit
-          Hemotokrit
14,3
6.700
76.000
46,0
P 12-16/L 14-18 g/100 ml
5000 -10.000 /mm3
150 – 400 ribu/ mm3
37 – 48%
                        Pemeriksaan Tanggal 6 Juli 2009
Hematologi
Hasil
Normal
-          Hemoglobin
-          Trombosit
-          Hemotokrit
13,5
74.000
42,9
P 12-16/L 14-18 g/100 ml
150 – 400 ribu/ mm3
37 – 48%
                        Pemeriksaan Tanggal 25 Juli 2009
Hematologi
Hasil
Normal
-          Hemoglobin
-          Trombosit
-          Hemotokrit
11,6
83.000
36,5
P 12-16/L 14-18 g/100 ml
150 – 400 ribu/ mm3
37 – 48%
3.      Program Terapi
a.       Infus RL 16 Hg/menit
b.      Injeksi cefotoxime            3 ´ 500 mg
c.       Injeksi procefa                  2 ´ 300 mg
d.      Injeksi corditex                 2 ´ 2,5 mg
e.       Injeksi antrain                   300 mg K/P

3.2  Diagnosa/Masalah
Diagnosa      :  Anak sakit umur 8 tahun dengan DHF
DS                :  Ibu mengatakan tanggal 23 Juni 2009 anaknya panas selama 3 hari dan dari hidung
DO               :  TTV : S : 35,7oC   R : 40 ´/mnt     N : 72 ´/mnt
                        KU : lemah            BB : 35 kg
                        Kesadaran : composmentis
Hasil lab:hemoglobin           :13,9   ml
                 Leukosit               :2700  mm
                 Trombosis            :22.000 mm 
                  Hematokrit          :42,9%        
3.3  Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Tidak ada

3.4  Identifikasi Kebutuhan akan Tindakan Segera/Kolaborasi
Tidak ada

3.5   Intervensi/Perencanaan (Tanggal 6 juli 2009, Jam : 18.00 WIB)
Tujuan dalam waktu 1 ´ 24 jam sudah tidak panas dan tidak mual dan muntah.
Kriteria      : -   panas/demam menurun
                    -   TTV dalam rentan normal
                    -   keadaan umum pasien baik.
No.
Intervensi
Rasional
1.



2.

3.
.

4.
.

5.

6.

7.


8.

9.

10.

11.

Jalin komunikasi terapeutik dengan pasien dan keluarga.


Jelaskan kepada keluarga pasien tentang keadaannya.
Beritahu setiap tindakan yang akan petugas lakukan pada pasien dan keluarga pasien.
Pantau dan observasi tanda-tanda vital pasien.
.
Anjurkan pasien untuk minum yang banyak.
Anjurkan pasien untuk makan-makanan yang sudah disajikan dari rumah sakit.
Anjurkan pasien untuk memakai pakaian tipis.
Anjurkan keluarga pasien untuk menjaga kebersihan tubuh pasien misalnya disibini dengan air hangat 2 ´/hari dan diganti bajunya.
Berikan cairan infus RL 20 tpm
Kolaborasi dengan dokter SpA
-          Injeksi cefotaxim 3 ´ 500 mg
-          Injeksi cortidex 2 ´ 2,5 mg
-          Injeksi procefa 2 ´ 300 mg
-          Infus RL 16 Hs/menit
-          Untuk menumbuhkan rasa percaya dan kepercayaan keluarga pasien akan memudahkan proses pengobatan.
-          Agar keluarga pasien memahami dan mengerti dengan keadaan yan
-          Agar tidak menimbulkan kecemasan pada keluarga pasien dan pasien lebih kooperatif.
-          Untuk mengetahui keadaan umum pasien.

-          Untuk mengetahui keadaan umum pasien.
-          Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.

-          Pakaian tipis lebih mudah menyerap keringat.
-          Mencegah infeksi.



-          Untuk rehidrasi
-          Untuk pemberian terapi

3.6  Implementasi
Tanggal 6Juli 2009            Jam : 18.15 WIB
No
Hari/Tgl
Jam
Implementasi/ Pelaksanaan
Paraf
1
Senin, 6 juli 2009
18.15































-          Menjalin komunikasi terapeutik dengan pasien dan keluarga pasien setiap menyapa pasien dan keluarga serta menanyakan keluhan-keluhan yang dirasakan pasien.
-          Menjelaskan kepada keluarga pasien tentang keadaan pasien dan sakit yang diderita, menjelaskan kalau pasien terkena DBD yaitu penyakit yang disebabkan oleh birus dan ditularkan melalui gigitan nyamuk, yaitu nyamuk aedes aegypti.

-          pemeriksaan fisik pada pasien.
-          Memberikan cairan infus RL 20 tpm.
-          Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi.
·         Injeksi procefo 2 ´ 300 mg
·         Injeksi cortidex 2 ´ 2,5 mh
·         Injeksi artrain 300 mg k/P
-          Memantau dan mengobservasi TTV pasien
S : 35,7oC         N : 72 ´/mnt         R : 40 ´/mnt
-          Menganjurkan keluarga pasien untuk menjaga kebersihan tubuh pasien misalnya dengan disibini 2 kali sehari dan diganti bajunya.
-          Menganjurkan pasien untuk minum yang banyak.
-          Menganjurkan pasien untuk makan-makanan yang sudah disajikan dari rumah sakit.
-          Menganjurkan pasien untuk memakai pakaian yang tipis.


3.7  Evaluasi
Tanggal :6 Juli 2009                                  Jam : 21.00 WIB
S      :   Ibu mengatakan bahwa anaknya sudah tidak mual dan muntal dan keadaannya sudah tidak panas.
O     :-  KU               : baik                       
               -  Kesadaran    : komposmentis
              -   S                   : 36oC
              -   N                  : 72 ´/mnt
              -   R                  :  24 ´/mnt
A     :   Anak sakit usia 3 tahun dengan DHF
P      :   - Pemberian terapi obat
              Procefa       2 ´ 300 mg
              Cortidex     2 ´ 2,5 mg
              Antrain       300 mg K/P
            - Pantau dan observasi TTV
            - Memberikan kepada orang tua supaya menjaga kesehatan anaknya.
               Pola makanannya, sitirahatnya dan aktifitasnya.

Catatan Perkembangan
Tanggal : 25 Juni 2009                              Jam : 21.00                 
S      :   Ibu mengatakan bahwa anaknya sudah bisa beraktifitas seperti biasanya.
O     :-  KU               : baik                       
               -  Kesadaran    : komposmentis
              -   S                   : 36oC
              -   N                  : 72 ´/mnt
              -   R                  :      ´/mnt
A     :   Anak sakit usia 3 tahun dengan DHF
P      :   -anjurkan tetap menjaga nutrisinya
                  - Pantau dan observasi TTV
            - Memberikan kepada orang tua supaya menjaga kesehatan anaknya.
               Pola makanannya, sitirahatnya dan aktifitasnya.
            - Pasien boleh pulang
            - Kunjungan ulang 3 hari lagi  tepatnya tanggal 10 juli 2009

                 


BAB IV
PENUTUP


Kesimpulan
Demam berdarah Dengue (DHF) adalah penyakit dema akut dengan ciri-ciri demam manifestika perdrahan dan bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan kematian dan ditularkan melalui vektor nyamuk aedes aegypti.
Gejala timbul dari penyakit ini menurut WHO 1997 adalah :
1.      Demam tinggi dengan mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari.
2.      Manifestika perdarahan termasuk setidak-tidaknya uji bendung positif dan bentuk lain (petekia, purpura, ekimosis, epistaksis) hematemesis atau metena.
3.      Pembesaran hati.
4.      Syok yang ditandai oleh nadi lemah, cepat disertai tekanan nadi menurun (menjadi 20 atau kurang), tekanan darah menurun disertai dulit yang teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung.

Askeb ANC Covid

  BAB III TINJAUAN KASUS 3.1     Pengkajian Hari / tanggal    : Senin, 20 Mei 2021                                           Jam   : 1...