BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit
Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh Orbavirus Carthtro podborn virus)
dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes (Aedes Alba pictus dan Aedes
Aegypti). Penyakit ini sebenarnya telah ditemukan di Jakarta pada tahun 1779
oleh Dr. David Bayion dan beliau menamakan penyakit ini Knokkel Koorts karena
pasien-pasiennya mengeluh sakit pada sendi-sendi.
Demam
berdarah dengue sekarang telah menyebar keseluruhan Indonesia daerah yang
pernah di landa dan sudah meminta korban jiwa masih sering muncul lagi adanya
penyakit tersebut. Sebabnya karena tempat yang merupakan sarang nyamuk masih
terdapat. (Ngastiyah, 1997 : 350).
Mengenai
penyakit DBD yang biasanya dimulai dengan demam mendadak dan anak menjadi
lemah, mengeluh ousing atau muntah selanjutnya muncul bintik-bintik merah pada
kulit (yang merupakan salah satu tanda gejala DBD), perdarahan gusi, epistaksis
sampai perdarahan yang hebat berupa muntah darah. Selain perdarahan juga
terjadi syok yang biasanya dijumpai pada saat demam telah menurun antara hari
ke 3 dan ke-7 dengan tanda-tanda anak menjadi makin lemah, ujung jari, telinga
dan hidung terasa dingin dan lembab. Denyut nadi terasa cepat, kecil dan
tekanan darah menurun dengan tekanan sistolik 80 mm hg atau kurang. Jika sudah
terjadi shock dapat menyebabkan kematian.
Puncak
kasus DBD/DHF terjadi pada musim hujan yaitu bulan desember sampai dengan
maret. Tingginya angka kematian yang disebabkan oleh penyakit ini maka
pemerintah mengharapkan apabila menemukan kasus DHF harus segera melaporkan
(dalam waktu < 24 jam) agar dapat ditangani dengan cepat dan tepat oleh
karena itu dengan adanya pembahasan pada asuhan kebidanan ini diharapkan sedikit
banyak mengurangi kasus DHF yang terjadi di Indonesia.
1.2 Tujuan
1.2.1
Tujuan
Umum
Diharapkan
mahasiswa dapat menerapkan petatalaksanaan dan pengobatan maupun perawatan
asuhan kebidanan pada anak dengan DHF dengan pendekatan menejemen kebidanan
helen varney.
1.2.2
Tujuan
Khusus
1. Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian
atau pengumpulan data subjektif dan objektif.
2. Mahasiswa mampu menetapkan diagnosa dan
masalah sesuai dengan data yang diperoleh.
3. Mahasiswa mampu mengantisipasi diagnosa
atau masalah potensial berdasarkan diagnosa atau masalah utama.
4. Mahasiswa mampu menetapkan tindakan segera
untuk memenuhi kebutuhan.
5. Mahasiswa mampu merencanakan asuhan yang
menyeluruh.
6. Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan yang
telah direncanakan sesuai dengan diagnosa dan masalah.
7. Mahasiswa mampu mengevaluasi hasil yang
dicapai dalam melaksanakan asuhan.
1.3 Ruang Lingkup
ruang lingkup terbatas pada asuhan kebidanan
pada An ”B” usia 14 tahun dengan DHF.
1.4 Metode Penulisan
Penulisan
laporan ini menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan asuhan kebidanan.
Adapun data diperoleh dari informasi dengan tehnik :
1. Data Primer : - Data subjektif
-
Data objektif
2. Data Sekunder : - Studi pustaka
- Pemeriksaan penunjang
- Dan lain-lain.
1.5 Pelaksanaan
Praktek
Klinik Kebidanan ini dilaksanakan di RSUD Dr. Soetrasno Rembang di Flamboyan
pada tanggal 6 Juli - 19 Juli 2009.
1.6 Sistematika Penulisan
BAB I : Berisi Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang,
tujuan, ruang lingkup, metode penulisan, tempat dan pelaksanaan dan sistematika
penulisan.
BAB II : Berisi Tinjauan pustaka yang terdiri dari
konsep teori asuhan kebidanan pada anak dengan sindrom nefrotik dan konsep
asuhan kebidanan Hellen Varney.
BAB III : Berisi Tinjauan kasus yang terdiri dari
pengkajian, diagnosa/ masalah potensial, tindakan segera, intervensi,
implementasi dan evaluasi.
BAB IV : Berisi Penutup yang terdiri dari kesimpulan
dan saran.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Dengue Hemorogie Fever (DHF)
2.1.1
Pengertian
Dengue
Hemorogic Fever (DHF) atau demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit demam
akut dengan ciri-ciri demam manifestika perdarahan dan bertendensi
mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan kematian (Arief Mansyoer, 2000 :
419).
Penyakit
dengue adalah infeksi akut yang
disebabkan oleh albovirus (orthropad born virus) dan ditularkan melalui gigitan
nyamuk aedes (aedes albopsitus dan aedes aegypti) (Ngastiyah, 1997 : 341).
2.1.2
Gambaran
Klinis
Penyakit ini
ditandai oleh demam mendadak tanpa sebab yang jelas disertai gejala lain
seperti lemah nafsu makan berkurang, muntah, nyeri anggota badan punggung,
sendi, kepala, perut, gejala tersebut menyerupai influenza biasa. Pada hari ke
2 atau ke 3 demam muncul. Bentuk perdarahan yang beraneka ragam dimulai dari
yang paling ringan berupa perdarahan dibawah kulit (perekia, ekimosis), sampai
perdarahan lambung, melena dan hemoturia pasif. Pada anak besar dan desawa
dikenal sindrome ruam dengue berupa demam tinggi mendadak, nyeri anggota badan
(kepala, bola mata, punggung dan sendi). Dan timbul ruam makulopopular.
Selain
perdarahan juga terjadi shock yang biasanya dijumpai saat demam telah menurun
antara hari ke 3 dan ke 7 dengan tanda-tanda anak menjadi makin lemah,
ujung-ujung jari, telinga dan hidung teraba dingin dan lembab. Denyut nadi
teraba cepat, kecil dan tekanan darah menurun dengan sistolik 80 mmhg/kurang.
Menurut
patokan dari WHO pada tahun 1975 diagnosa DBD (DHF) harus berdasarkan gejala
klinik sebagai berikut:
1. Demam tinggi mendadak dan terus-menerus
selama 2-7 hari tanpa sebab jelas.
2. Manefestasi perdarahan, paling tidak uji
terniquet positif dan adanya salah satu bentuk perdarahan yang lain misalnya
patekia, ekimosis, epistoksis, perdarahan gusi, melena, atau hematemesis.
3. Pembesaran hati (sudah dapat diraba sejak
permulaan sakit).
4. Syok yang ditandai nadi lemah, cepat,
serta kulit yang teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung jari dan
kaki, pasien menjadi gelisah timbul sianosis sekitar mulut.
2.1.3
Pemeriksaan
Diagnostik
Terjadi
trombositopeni (100.000/ml atau kurang) dan hemokorsentrasi yang dapat dilihat
dari meningginya nilai hemotakrit sebanyak 20% atau lebih dibandingkan dengan
nilai nematokrit pada masa konvolensen.
Pada pasien
dengan 2 atau 3 patokan klinik disertai adanya trombositopenia dan
hemokonsentrasi tersebut jika dilakukan pemeriksaan sorologi ternyata diagnosis
tepat. Berdasarkan patokan dari WHO (1916) DBD dibagi menjadi 4 derajat sebagai
berikut:
1. Derajat I : demam disertai gejala tidak
khas, hanya dapat manifestika perdarahan (Uji tourniquest positif).
2. Derajat II : seperti Derajat I disertai
perdarahan spontan diikuti dan perdarahan lainnya.
3. Derajat III : Ditemukan kegagalan
sirkulasi darah dengan adanya nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun
(kurang dari 20 mm Hg) atau hipotensi disertai kulit dingin dan lembab,
gelisah.
4. Derajat IV : Renjatan berat dengan nadi
tak teraba dan tekanan darah yang tidak dapat diukur.
2.1.4
Patofisiologi
Virus hanya
dapat hidup sehingga harus bersaing dengan sel manusia terutama dalam kebutuhan
protein. Persaingan tersebut sangat tergantung pada daya tahan manusia.
Sebagai
reaksi terhadap infeksi terjadi : 1) Aktivitas sistem komplemen sehingga
dikeluarkan zat anafitatoksin yang menyebabkan peningkatan permobilitas kapiler
dan terjadi pembesaran plasma dari ruang intravaskuler ke ruang eksmavaskular,
2) Abrebosi trombosit menurun, apabila kelainan ini berlanjut akan menyebabkan
kelainan fungsi trombosit sebagai akibat mobilisasi sel trombosit muda dari
sumsum tulang, dan 3) Kerusakan sel endotel pembuluh darah akan merangsang atau
mengaktivasi faktor pembukuan.
Ketiga faktor
di atas menyebabkan : 1) Meningkatkan permeabilitas kapiler, 2) Kelainan
hemostosis yang disebabkan oleh vaskulopoti, trombositopenia dan koagulopati.
2.1.5
Penatalaksanaan
1. DBD (DHF) Tanpa Renjatan
Pada
dasarnya bersifat suportif yaitu mengatasi kehilangan cairan plasma sebagai
akibat peningkatan permeabilitas kapiler dan sebagai akibat perdarahan. Pasien
DBD dirawat di ruang perawatan biasa tetapi pada kasus dengan DBD dengan
komplikasi diperlukan perawatan intensif fase kritis pada umumnya terjadi pada
hari sakit ke 3.
Rasa haus
dan keadaan dehidrasi dapat timbul akibat demam tinggi anoreksia dan muntah.
Pasien perlu diberi minum banyak, 50 ml /kg BB dalam 4-5 jam pertama berupa air
teh dengan gula, sirup, susu, sari buah, dan oralit. Setelah keadaan dehidrasi
dapat diatasi, berikan cairan sumatan 80-100 ml/kg BB dalam 24 jam berikutnya.
Hiperpiteksi
diatasi dengan anti piretik dan perlu surface cooling dengan kompres demam
dengan 70% paracetamol direkomendasikan untuk mengatasi demam dengan dosis
10-15 mm/kg BB/kali.
Jika
terjadi kejang diberi luminal atau anti konvulsan lainnya. Luminal diberikan
dengan dosis :
a. Anak umur kurang dari 1 tahun 50
mg 1 M
b. Anak umur > 1 tahun 75 mg
Jika 15 menit kejang belum
berhenti luminal diberikan lagi dengan dosis 3 mg kg/mg/BB.
c. Anak usia > 1 tahun diberi 50 mg.
d. Anak usia < 1 tahun diberi 30 mg dengan
memperhatikan adanya depresi fungsi vital.
Infus diberikan pada pasien
DBD tanpa renjatan apabila:
a. Pasien terus menerus muntah, tidak dapat
diberikan minum sehingga mengancam adanya dehidrasi.
b. Hematokrit cenderung meningkat.
Jenis cairan :
1) Kristaloid
a) Larutan ringer laktat (RL) atau Dekstrosa
5% dalam larutan ringer laktat (DS/RL).
b) Larutan ringer asetat (RA) atau Dekstrosa
5% dalam larutan ringer asetat (D5/RA).
c) Larutan NaCl 0,9% (gram foali, GF) atau
Dekstrosa 5% dalam larutan gram foali (DS/GF).
2) Koloid
a) Dextran
b) Plasma.
Pasien harus dirawat dan
segera diobati bila dijumpai tanda-tanda syok yaitu gelisah, letargi/lemah,
ekstremitas dingin bibir cianosis, oligouria dan nadi lemah, tekanan darah nadi
menyempit (20 mm Hg atau kurang) atau hipotensi dan peningkatan mendadak kadar
hematokrit atau kadar hemotokrit yang meningkat terus menerus walaupun telah
diberikan cairan intravena.
2. DBD (DHF) disertai renjatan.
Dalam
keadaan renjatan berat diberikan cairan ringer laktat secara tepat (diguyai)
selama 30 menit. Apabila syok tidak teratasi dan atau keadaan klinis memburuk,
ganti cairan dengan koloid 10-20 ml/kg/BB/jam dengan jumlah maksimal 30
ml/kg/BB. Setelah perbaikan segera cairan ditukar kembali dengan kristaloid
(tetesan 20 ml/kg/BB/ bila dengan cairan
koloid dan kristaloid, sedangkan kadar hemotokrit tetap, diduga telah terjadi
perdarahan masih berikan 20 ml/kg/BB. Bila renjatan tidak berat berikan cairan
dengan kecepatan 20 ml/kg/BB/jam.
Bila renjatan
sudah diatasi, nadi sudah jelas teraba, amplitudo nadi cukup besar, tekanan
sistolik 80 mm Hg atau lebih, maka kecepatan tetesan dikurangi menjadi 10
ml/kg/BB/jam kecepatan pemberian cairan selanjutnya disesuaikan dengan gejala
klinik dan nilai hemotokrit yang diperiksa periodik evaluasi, klinis, nadi,
tekanan darah, pernafasan, suhu dan pengeluaran urine dilakukan lebih sering.
Perlu
dilakukan monitoring yaitu :
a. Nadi tekanan darah, respirasi dan
temperatur harus dicatat secara 15-30 menit atau lebih sampai syok teratasi.
b. Kadar
hematokrit harus diperiksa tiap 4-6 jam sampai keadaan klinis pasien stabil.
c. Setiap pasien harus mempunyai formulir
pemantauan mengenai jenis cairan, jumlah dan tetesan, untuk mengetahui apakah
cairan yang diberikan sudah mencukupi.
d. Deuresis dipantau. Bila deuresis belum
mencukupi 2 ml/kg/BB/jam, sedangkan cairan yang diberikan sudah sesuai dengan
kebutuhan berikan furosemide 1mg/kg/BB. Bila deuresis tetap belum mencukupi
pada umumnya syok belum teratasi dengan baik, maka pemasangan (entra venous
pressure (CVP) dilakukan untuk pedoman pemberian plasma selanjuntnya melalui
vena jugularis dan biasanya pasien dirawat di ICV.
Pada pasien
gelisah, berikan karbohidrat peroral/perektal dengan dosis 12,5-50 mg/kg/BB
(tidak melebihi 1 gram). Terapi dengan O2 2 liter/menit harus
diberikan kepada semua pasien syok.
2.1.6
Keperawatan
1. Perawatan Pasien DBD Derajat I
Pada pasien
derajat I ini keadaan umunya seperti pada pasien influenza biasanya. Dengan
gelaja demam, lesu, sakit kepala dan lain sebainya, tetapi terdapat juga gejala
perdarahan, atas hasil torniquel positif (cara uji torniquet adalah pasang
mansel tensimeter pada lengan atas dan pompa sampai air raksa mencapai
pertengahan tekanan sistolik dan diastolik, biarkan selama 5 menit. Bila
setelah manset dibuka terdapat lebih dari 20 petekie pada daerah lengan bawah
dengan 2,5 cm dinyatakan positif).
Perawatannya
:
a. Pasien perlu istirahat multak.
b. Observasi TTV setiap 3 jam (terutama
tekanan darah dan nadi).
c. Periksa Ht, Hb dan trombosit secara
periodik (4 jam sekali).
d. Berikan minum 1 ½ -2 liter dalam 24 jam.
Air minum boleh teh manis, sirup atau oralit jika mau cara memberikan minum
sedikit 5 menit 1 sendok makan/setiap ¼ jam 1/3 gelas.
e. Urine tampung dalam 24 jam.
f. Catatlah hasil pemeriksaan Ht, Hb dan
trombosit secara teratur dan adakan penilaian apakah terjadi kenaikan yang
melebihi normal apa tidak.
g. Jika tekanan darah sewaktu-waktu menurun,
ulangi ukur lagi 5 menit kemudian dan jika ternyata memang turun dan merugikan
segera hubungi dokter.
h. Bila pasien tidak mau minum sesuai dengan
yang telah ditentukan tidak dianjurkan memasang soncle karena dapat menimbulkan
perdarahan bila tidak terjadi.
i.
Sesuatu
setelah dirawat 2-3 hari pasien dalam keadaan membaik dan nafsu makan baik
pasien dipulangkan.
2. Perawatan Pasien DBD Derajat II
Umumnya
pasien dengan DBD derajat II ketika datang, dirawat sudah dalam keadaan lemah,
malas, minum (gejala klinik derajat I ditambah adanya perdarahan spontan)
perawatannya.
a. Segera dipasang infus, bila keadaan pasien
sangat lemah infus lebih baik dipasang di dua tempat karena dalam keadaan
renjatan walaupun klem dibuka tetesan cairan tetap tidak lancar, maka di dua
tempat akan membantu memperlancar. Kadang-kadang satu infus ini diperlukan
untuk memberikan plasma/darah yang lain cairan biasa.
b. Pengawas tanda vital, pemeriksaan
hematokrit dan hemoglobin serta trombosit seperti derajat I.
c. Perhatikan gejala-gejala renjatan seperti
nadi mengecil dan cepat, tekanan darah menurun, anuria atau anak mengeluh sakit
perut sekali dan sebagainya.
d. Jika pasien derajat II ini setelah dirawat
selama 2 hari keadaan membaik yang ditandai dengan tekanan darah normal, nadi,
suhu, dan pernafasan juga membaik infus yang satu dibuka, yang lainnya
diperhatikan sampai 24 jam lagi sambil terus observasi. Jika keadaan umumnya
baik. TTV baik serta telah dan Hb sudah normal dan stabil infus dibuka.
Biasanya pasien sudah mau makan dan diperbolehkan pulang dengan pesan untuk
kontrol setelah 1 minggu kemudian.
3. Perawatan DBD Derajat III dan IV
Padien
dengan derajat III adalah pasien gawat maka jika tidak mendapatkan penanganan
yang cepat dan tepat akan menjadi fatal sehingga memerlukan perawatan yang
intensif.
Masalah
utama adalah akibat kebocoran plasma yang pada pasien ini mencapai puncaknya
ditemuinya tubuh pasien sembab, aliran darah sangat lambat karena menjadi
kental sehingga mempengaruhi curah jantung dan menyebabkan gangguan saraf
pusat.
Pertolongan
yang utama adalah mengganti plasma yang keluar dengan memberikan cairan dan
elektrolit (biasanya diberikan ringer laktat) dan cara memberikan diguyur ialah
dengan kecepatan tetesan 20 ml/kh BB/jam karena darah kehilangan plasma, maka
alirannya lambat (darah menjadi kental). Untuk melancarkan aliran klem infus
sibuka tetapi biasanya tetap tidak berjalan lancar cara lain yaitu memasukkan
dengan paksa dengan menggunakan spuit 20-30 cc sebanyak 100-200 ml melalui
selang infus.
Akibat
terjadinya kebocoran plasma pada paru terjadi
penggumpal cairan didalam rongga pleura dan menyebabkan pasien dipsneu,
untuk meringankan pasien dibaringkan semi koler dan diberikan O2,
pengawasan TTV dilakukan tiap 15 menit terutama tensi, nadi, dan nafas.
Untuk
memantau ginjal pasien perlu dipasang kateter urine dan ditampung evolusi tiap
jam (renjatan sering didahului adanya nausea) pemeriksaan Ht, Hb, dan trombosit
tetap dilakukan secara periodik.
Jika
renjatan dapat diatasi nadi jelas teraba dan amplitudo nadi cukup besar,
tekanan darah sistolik 80 mm Hg/lebih kecepatan tetesan dikurangi menjadi 10
ml/kg BB/jam. Penilaian TTV dan infus masih diteruskan sampai 24-48 jam setelah
syok teratasi, pemeriksaan Ht, Hb, dan trombosit masih perlu dilakukan. Bila
hasil telah stabil serta tanda vital telah normal dan stabil, infus dihentikan.
Selama observasi ini pasien diberi makan minum biasa. Bila pasien telah mau
makan (nafsu makannya sudah kembali) merupakan pertanda baik pasien dipulangkan
dengan pesan kontrol kembali 1 minggu lagi.
2.1.7
Kriteria
Pasien Dipulangkan
1. Tidak demam selama 24 jam tanpa anti
piretik.
2. Nafsu makan membaik.
3. Tampak perbaikan secara klinis.
4. Hematokrit stabil.
5. 3 hari setelah syok teratasi.
6. Jumlah trombosit 750.000/ml
7. Tidak dijumpai distres pernafasan
(disebabkan oleh efusi pelura/asidosis).
2.1.8
Masalah
yang perlu diperhatikan pada anak dengan DHF
1. Bahaya kegagalan sirkulasi darah
Dengan
adanya kebocoran plasma dari pembuluh dari kejaringan ekstravaskuler akibatnya
aliran darah keseluruhan tubuh menjadi lambat sedangkan penurunan cara
kordiovaskuler menyebabkan syok hingga terjadi kematian.
2. Resiko terjadi perdarahan
Menurunnya
fungsi trombosit dan menurunnya fungsi koagulasi merupakan faktor terjadinya
perdarahan hebat terutama pada traktus gastrointestirol.
Perdarahan
gastroiltestiral biasanya diikuti oleh adanya sakit perut yang hebat (Febic,
1996), kemudian diikuti nadi lembut, kecil sampai tidak teraba, pusat sampai
tubuh dingin dari ujung jari dan kaki. Jika nadi diukur akan menurun sampai 20
mmHg/kurang, perdarahan dapat terjadi sebelum syok atau tidak disertai syok,
tetapi jika perdarahan tersebut hebat, maka sukar diatasi.
3. Gangguan suhu tubuh
Gangguan
suhu tubuh biasanya terjadi pada permulaan sakit atau hari ke 2 atau ke 7.
Peningkatan suhu tubuh tersebut akibat infeksi virus dengue, maka pengobatannya
dengan memberikan anti pretika dan anti fenvulson, karena tidak jarang akibat
dari suhu tinggi akan mengakibatkan kejang.
4. Gangguan Rasa Nyaman dan Aman
Gangguan
rasa aman dan nyaman dirasakan seperti pasien lainnya adalah karena penyakitnya
dan akibat tindakan selama dirawat. Hanya pasien DHF menderita lebih karena
pemeriksaan darah Ht, trombosit, Hb, secara periodik (tiap 4 jam) dan mudahnya
terjadi hematoma serta sukarnya mencari vena jika sudah stadium II menambah
penderita pasien.
2.2 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Menurut
Hellen Varney
Manajemen
kebidanan adalah metode dan pendekatan pemecahan masalah yang digunakan didalam
asuhan kebidanan kepada individu, keluarga dan masyarakat. Dalam melakukan
proses manajemen, kebidanan ini menggunakan 7 langkah yaitu:
2.2.1
Pengkajian
Data
Adalah suatu
pengumbalan data lengkap untuk mengevaluasi kepada klien yaitu memeriksa dan
memperoleh seluruh data yang diperlukan untuk menilai kondisi klien secara
lengkap.
Data ini
mencakup :
1. Data subjektif
Diperoleh dari anamnesa dan
tanya jawab secara langsung dengan pasien meliputi :
a. Identitas/biodata Klien, meliputi:
1) Nama pasien
Agar dapat mengenal/memanggil sesuatu
nama dan tidak keliru dengan pasien yang lain.
2) Jenis kelamin
Untuk mengetahui jenis
kelaminnya laki-laki atau perempuan.
3) Tempat Tanggal Lahir
Untuk mengetahui dimana tempat
pasien dilahirkan dan tanggal pasien lahir.
4) Umur
Untuk mengetahui berapa usia
pasien.
5) Suku/Bangsa
Untuk mengetahui asal pasien
dan mempermudah komunikasi.
6) Pendidikan Ayah/Ibu
Untuk mengetahui status sosial.
7) Pekerjaan Ayah/Ibu
Untuk mengetahui sosial ekonomi
kelarga pasien.
8) Agama Ayah/Ibu
Untuk mengetahui kepercayaan
keluarga pasien.
9) Alamat
Untuk mengetahui tempat tinggal
pasien, menjaga kemungkinan bisa ada pasien yang namanya sama juga diperlukan
bila ada kunjungan lama serta untuk mengetahui lingkungan rumah pasien.
10) No. Register
Untuk mempermudah mencari data
klien.
b. Riwayat Keperawatan
1) Riwayat keperawatan sekarang
Untuk mengetahui keluhan utama
pasien, beberapa lamanya, akibatnya, timbulnya keluhan, faktor yang
memperberat, upaya apa untuk mengatasi.
2) Riwayat keperawatan sebelumnya
Untuk mengetahui riwayat
keperawatan mulai dari prenatal, natal, dan post natal,apakah klien pernah
dioperasi, apakah pernah alergi, bagaimana tumbuh kembangnya, imunisasi, status
gizinya, psikososialnya dan interaksinya.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Untuk mengetahui komposisi
keluarganya, lingkungan rumah dan komunitas kultur dan kepercayaannya. Fungsi
dan hubungan keluarga perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan dan persepsi
keluarga tentang penyakit.
c. Pola Fungsional Kesehatan
Untuk mengetahui bagaimana
pola nutrisi pasien eliminasi, istirahat/tidur, aktivitas dan personal hygiene.
2. Data objektif
a. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
Untuk mengetahui bagaimana
keadaan umumnya baik/tidak.
2) Kesadaran
Untuk
mengetahui kesadarannya apakah composmentis, apatis, delerium, somroien, sopon,
koma.
3) Tanda-tanda vital
Untuk mengetahui keadaan
umumnya.
4) BB/ TB
Untuk mengetahui tumbuh kembang
pasien.
5) Kepala/Wajah
Untuk
mengetahui bagaimana keadaan kulit kepala, apakah ada kelainan dan wajah untuk
mengetahui apakah pucat/tidak, cianosis/tidak.
6) Mata
Untuk mengetahui anemis/tidak,
bagaimana reflek pupilnya.
7) Telinga
Untuk mengetahui serumennya
banyak/sedikit.
8) Hidung
Untuk
mengetahui apakah ada septum nasal/tidak, ada polip/tidak, bagaimana
pernafasannya.
9) Mulut
Untuk
mengetahui apakah ada bibir sumbing, mulutnya dianosis/tidak.
10) Tenggorokan
Untuk mengetahui apakah ada
radang tenggorokan/tidak.
11) Leher
Untuk
mengetahui apakah ada perbesaran vena jugularis, kelenjar tiroid
12) Dada
Untuk
mengetahui apakah ada kelainan dada apakah pigeon, flanel, barel.
13) Paru-paru
Untuk
mengetahui apakah ada kelainan pada paru-parunya pernafasannya.
14) Jantung
Apakah ada kelainan pada detak
jantungnya, nadinya.
15) Abdomen
Untuk
mengetahui apakah meteorisimus/tidak, osites/tidak, kat, kesia/tidak.
16) Ginjal
Untuk mengetahui apakah ada
keluhan bawaan pada ginjal/tidak
17) Genetalia
Untuk mengetahui apakah ada
kelainan pada genetalianya.
18) Anus/Rektum
Untuk mengetahui apakah ada
atresia anus/atresia rektum.
19) Ekstremitas
Untuk mengetahui apakah ada
adema atau tidak.
20) Punggung
Untuk
mengetahui apakah ada kelainan pada punggungnya, misalnya spina bifida.
b. Pemeriksaan penunjang
Untuk mengadakan diagnosa
yaitu bisa melali pemeriksaan laboratorium, foto rongent, dan lain-lain.
c. Program
Terapi
Untuk pemberian terapi pasien
setiap hari yaitu dengan kolaborasi dengan dokter.
2.2.2
Interprestasi
Data
Diagnosa didapatkan dari
indentifikasi data yang dipadukan antara data subjektif dan data objektif.
2.2.3
Identifikasi
Diagnosa dan Masalah Potensial
Mengidentifikasi diagnosa dan
masalah potensial (komplikasi lebih lanjut yang mungkin terjadi sesuai dengan
diagnosa dan masalah yang sudah diidentifikasi.
2.2.4
Identifikasi
Kebutuhan akan tindakan segera atau kolaborasi.
Mengidentifikasi perlunya
tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk dikonsultasikan atau ditangani
bersama dengan tim kesehatan lain sesuai kondisi klien.
2.2.5
Intervensi
Merupakan rencana asuhan yang
menyeluruh dengan pasional.
2.2.6
Implementasi
Pelaksanaan dari pada
perencanaan yang telah diuraikan pada intervensi.
2.2.7
Evaluasi
Adalah tindakan pengukuran
antara keberhasilan dan rencana tindakan yang bertujuan untuk mengetahui sejauh
mana keberhasilan tindakan kebidanan yang dilakukan sesuai kriteria yang
ditetapkan. Berdasarkan evaluasi selanjutnya asuhan kebidanan dituliskan dalam
bentuk catatan perkembangan yang mencakup SOAP.
Data Subjektif (S) : Data
yang didapatkan dan pernyataan klien secara langsung.
Data objektif (O) : Data
yang diperoleh dari hasil observasi dalam pemeriksaan.
Assesment (A) : Pernyataan
gangguan yang terjadi atas data S dab data O.
Planning (P) : Perencanaan
yang ditentukan sesuai dengan masalah yang terjadi.
BAB III
TINJAUAN
KASUS
3.1 Pengkajian
Anamnesa Tanggal : 6 juli 2009 Pukul : 15.00 Oleh : Fitria a.m
3.1.1
Data
Subyektif
1. Identitas
Nama : An ”B”
Jenis kelamin : Laki-laki
Tempat/ Tanggal/ Lahir : Rembang. 14 Mei 1995
Umur : 14 tahun
Nama
Ayah/Ibu : Tn ”S”/Ny ”A”
Pendidikan
Ayah/ Ibu : SMA/SMA
Suku/
Bangsa : Jawa/ Indonesia
Pekerjaan
Ayah/ Ibu : Wiraswasta/PNS (TU SMP)
Alamat : Kragan 2/3 Rembang
No.
Register : 62315
Tanggal
MRS : 5 Juli 2009
Diagnosa
Medis : DHF
Sumber Informasi : Orang tua
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang (present
illness)
1) Keluhan utama
Ibu pasien mengatakan tanggal
30 Juni 2009 anaknya panas selama 6 hari dan mual muntah.
2) Lama keluhan
Ibu pasien mengatakan anak
sebelum dibawa ke rumah sakit sudah panas 6 hari selama di rumah dan panasnya
naik, turun.
3) Akibat timbul keluhan
Ibu mengatakan anaknya
lemah,lesu,dan kurang bersemangat.
4) Faktor yang memperberat
Ibu pasien mengatakan tidak
ada faktor yang memperberat anaknya menjadi sakit
5) Upaya mengatasi
Ibu pasien mengatakan sebelum
dibawa ke rumah sakit anak dibawa ke dokter dari dokter disarankan ke rumah
sakit.
b.
Riwayat kesehatan sebelumnya
1)
Prenatal
Ibu pasien mengatakan selama masih dalam kandungan tidak
mempunyai suatu keluhan sampai dirawat di rumah sakit.
2) Natal
Ibu pasien mengatakan saat
melahirkan dilahirkan secara normal.
3) Post natal
Ibu pasien mengatakan setelah
melahirkan anaknya sehat-sehat saja dan dilakukan perawatan bayi srhari-hari.
4) Operasi yang pernah
Ibu pasien mengatakan anaknya
tidak pernah sakit sampai dioperasi.
5) Alergi
Ibu pasien mengatakan anaknya
tidak pernah alergi setelah makan-makanan misalnya telur, daging ataupun makan
makanan yang lain.
6) Imunisasi
Ibu pasien mengatakan anaknya
sudah mendapatkan imunisasi dasar lengkap.
7) Tumbuh kembang
Ibu pasien mengatakan bahwa tumbuh
kembang anaknya tidak ada masalah atau tidak ada suatu gangguan.
8) Status gizi
Ibu pasien mengatakan bahwa
status gizi anak tidak ada gangguan karena anaknya tidak susah makan dan
makanannya teratur 3-4 kali sehari.
9) Psikososial
Ibu pasien mengatakan sebelum
sakit naknya tampak selalu ceria.
10) Interaksi
Ibu pasien mengatakan bahwa
anaknya selalu bermain dengan teman seusianya dan main-main di rumah tetangga.
c. Riwayat kesehatan keluarga
1) Komposisi keluarga
Ibu pasien mengatakan bahwa
dalam satu rumah ditempati oleh 3 orang, yaitu ayah, ibu dan anak.
2) Lingkungan rumah dan komunitas
Ibu pasien mengatakan
lingkungan dirumahnya kurang bersih karena berdekatan dengan jembatan dan di
bawah jembatan banyak sampah-sampah, mandi menggunakan air PAM, minum juga
menggunakan air PAM tetapi disebut terlebih dahulu namannya ada WCnya.
3) Kultur dan kepercayaan
Ibu pasien mengatakan
mengiktui adat jawa dan anak pertamanya.
4) Fungsi hubungan keluarga
Ibu pasien mengatakan bahwa
pasien adalah anak kandungnya dan anak ketiganya.
5) Perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan
Ibu pasien mengatakan bahwa
anaknya setelah bermain-main, lari-larian atau kebanyakan bergerak langsung
badannya panas.
6) Persepsi keluarga tentang penyakit
Ibu mengatakan anggota
keluarga tidak ingin ada keluarga yang sakit.
7) Persepsi Keluarga tentang penyakit
Ibu mengatakan bahwa anaknya
hanya mengetahui anaknya panas 2 hari dari hidung keluar darah jika bersin.
3. Pola Kehidupan Fungsional
a. Pola nutrisi
1) Ibu pasien mengatakan sebelum masuk rumah
sakit anaknya makan sehari 3-4 kali sehari, dengan porsi sedang, menunya tempe,
ayam, telur ceplok dan sayur.
2) Ibu pasien mengatakan selama masuk rumah
sakit anaknya makan 3 kali sehari, menunya nasi tim, tempe, tahu, sayur dan
ayam.
b. Pola eliminasi
1) Ibu pasien mengatakan bahwa sebelum masuk
rumah sakit BABnya normal 1 kali sehari BAK normal.
2) Ibu pasien mengatakan bahwa selama di
rumah sakit BAB hanya 1 kali dan BAKnya 5-6 kali sehari.
c. Pola istirahat/ tidur
1) Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya
sebelum masuk rumah sakit siang tidak pernah tidur dan malam tidur mulai jam
19.00 – 05.00 WIB.
2) Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya selama
masuk rumah sakit tidurnya siang 3 jam dan malam setiap 3 jam selalu terbangun
dan tidur lagi.
d. Pola aktifitas
1) Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya
sebelum masuk rumah sakit pola aktivitasnya main-main di rumah, dirumah
tetangga, kadang loncat-loncat dan main dengan teman-temannya.
2) Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya selama
di rumah sakit suka rewel.
e. Personal hygiene
1) Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya
sebelum masuk rumah sakit mandi 2 kali sehari, ganti baju 2 kali sehari
2) Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya selama
di rumah sakit anaknya hanya disibini 2 kali sehari dan ganti baju 1 kali
sehari.
3.1.2
Data
objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Lemah
b. Kesadaran : Composmetis
c. Tanda-Tanda Vital : ..., ..., S : 39oC
N : 72 ´/mnt
R : 40 ´/mnt
d. BB/ TB : 40 kg/150 cm
e. Kepala : rambutnya hitam, bersih tidak ada ketombe,
tidak ada benjolan.
f. Wajah : Tidak tampak pucat
g. Mata :
- Simetris
- tidak
tampak anemis
- tidak
ada konjungtiva
- tidak
tampak ikterus
- tampak
cowong.
h. Telinga :
- simetris
- terdapat
serumen sedikit.
i.
Hidung : - pernafasannya normal.
- tidak
ada cuping hidung
- tidak
ada septum nosal.
j.
Mulut : - tidak ada cianosis.
- tidak
ada labia skisis, labia polatoskisis
- labio
genetapolatoskisis
- gigi
tidak ada lubang
k. Tenggorokan : tidak ada peradangan
l.
Dada : normal silindris
m. Paru-paru : bentuknya simetris, tidak ada kesulitan
nafas, tidak ada bunyi ronki, wishing dan stredor.
n. Jantung : denyutan ictus cardis, tidak tampak, tidak
pembersaran jantung.
o. Abdomen : bentuk silindris, bising usus, normal 10-12
´/mnt ada nyeri kenanan pada tengah abdomen, tidak meteurismus.
p. Genetalia/anus : tidak ada
keputihan, tidak ada hemoroid, ada lubang uretranya.
q. Ekstremitas : - tidak ada
adema
- akral
hangat
r.
Punggung : - tidak ada kelainan
- tidak
ada spinabifida
2. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Tanggal 5 Juli
2009
HEMATOLOGI
Hematologi
|
Hasil
|
Normal
|
-
Hemoglobin
-
Leukosit
-
Trombosit
-
Hemotokrit
|
14,3
6.700
76.000
46,0
|
P 12-16/L 14-18 g/100 ml
5000 -10.000 /mm3
150 – 400 ribu/ mm3
37 – 48%
|
Pemeriksaan
Tanggal 6 Juli 2009
Hematologi
|
Hasil
|
Normal
|
-
Hemoglobin
-
Trombosit
-
Hemotokrit
|
13,5
74.000
42,9
|
P 12-16/L 14-18 g/100 ml
150 – 400 ribu/ mm3
37 – 48%
|
Pemeriksaan
Tanggal 25 Juli 2009
Hematologi
|
Hasil
|
Normal
|
-
Hemoglobin
-
Trombosit
-
Hemotokrit
|
11,6
83.000
36,5
|
P 12-16/L 14-18 g/100 ml
150 – 400 ribu/ mm3
37 – 48%
|
3. Program Terapi
a. Infus RL 16 Hg/menit
b. Injeksi cefotoxime 3 ´ 500 mg
c. Injeksi procefa 2 ´ 300 mg
d. Injeksi corditex 2 ´ 2,5 mg
e. Injeksi antrain 300 mg K/P
3.2 Diagnosa/Masalah
Diagnosa : Anak sakit umur 8 tahun dengan DHF
DS : Ibu mengatakan tanggal 23 Juni 2009 anaknya
panas selama 3 hari dan dari hidung
DO : TTV
: S : 35,7oC R : 40 ´/mnt N : 72 ´/mnt
KU : lemah BB
: 35 kg
Kesadaran
: composmentis
Hasil lab:hemoglobin :13,9 ml
Leukosit :2700 mm
Trombosis :22.000 mm
Hematokrit :42,9%
3.3 Identifikasi Diagnosa dan Masalah
Potensial
Tidak ada
3.4 Identifikasi Kebutuhan akan Tindakan
Segera/Kolaborasi
Tidak
ada
3.5 Intervensi/Perencanaan (Tanggal 6 juli
2009, Jam : 18.00 WIB)
Tujuan dalam waktu 1 ´ 24 jam sudah tidak panas dan tidak mual dan muntah.
Kriteria : - panas/demam
menurun
- TTV
dalam rentan normal
- keadaan umum pasien baik.
No.
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
2.
3.
.
4.
.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
|
Jalin komunikasi terapeutik dengan pasien dan keluarga.
Jelaskan kepada keluarga pasien tentang keadaannya.
Beritahu setiap tindakan yang akan petugas lakukan pada pasien dan
keluarga pasien.
Pantau dan observasi tanda-tanda vital pasien.
.
Anjurkan pasien untuk minum yang banyak.
Anjurkan pasien untuk makan-makanan yang sudah disajikan dari rumah
sakit.
Anjurkan pasien untuk memakai pakaian tipis.
Anjurkan keluarga pasien untuk menjaga kebersihan tubuh pasien misalnya
disibini dengan air hangat 2 ´/hari dan diganti bajunya.
Berikan cairan infus RL 20 tpm
Kolaborasi dengan dokter SpA
-
Injeksi
cefotaxim 3 ´ 500 mg
-
Injeksi
cortidex 2 ´ 2,5 mg
-
Injeksi
procefa 2 ´ 300 mg
-
Infus
RL 16 Hs/menit
|
-
Untuk
menumbuhkan rasa percaya dan kepercayaan keluarga pasien akan memudahkan
proses pengobatan.
-
Agar
keluarga pasien memahami dan mengerti dengan keadaan yan
-
Agar
tidak menimbulkan kecemasan pada keluarga pasien dan pasien lebih kooperatif.
-
Untuk
mengetahui keadaan umum pasien.
-
Untuk
mengetahui keadaan umum pasien.
-
Untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.
-
Pakaian
tipis lebih mudah menyerap keringat.
-
Mencegah
infeksi.
-
Untuk
rehidrasi
-
Untuk
pemberian terapi
|
3.6 Implementasi
Tanggal 6Juli 2009 Jam : 18.15 WIB
No
|
Hari/Tgl
|
Jam
|
Implementasi/ Pelaksanaan
|
Paraf
|
1
|
Senin, 6 juli 2009
|
18.15
|
-
Menjalin
komunikasi terapeutik dengan pasien dan keluarga pasien setiap menyapa pasien
dan keluarga serta menanyakan keluhan-keluhan yang dirasakan pasien.
-
Menjelaskan
kepada keluarga pasien tentang keadaan pasien dan sakit yang diderita,
menjelaskan kalau pasien terkena DBD yaitu penyakit yang disebabkan oleh
birus dan ditularkan melalui gigitan nyamuk, yaitu nyamuk aedes aegypti.
-
pemeriksaan
fisik pada pasien.
-
Memberikan cairan infus RL 20
tpm.
-
Melakukan
kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi.
·
Injeksi
procefo 2 ´ 300 mg
·
Injeksi
cortidex 2 ´ 2,5 mh
·
Injeksi
artrain 300 mg k/P
-
Memantau
dan mengobservasi TTV pasien
S : 35,7oC
N : 72 ´/mnt R : 40 ´/mnt
-
Menganjurkan keluarga pasien
untuk menjaga kebersihan tubuh pasien misalnya dengan disibini 2 kali sehari
dan diganti bajunya.
-
Menganjurkan
pasien untuk minum yang banyak.
-
Menganjurkan
pasien untuk makan-makanan yang sudah disajikan dari rumah sakit.
-
Menganjurkan
pasien untuk memakai pakaian yang tipis.
|
|
3.7 Evaluasi
Tanggal :6 Juli 2009 Jam : 21.00
WIB
S : Ibu mengatakan bahwa anaknya sudah tidak mual
dan muntal dan keadaannya sudah tidak panas.
O :- KU :
baik
- Kesadaran : komposmentis
- S :
36oC
- N :
72 ´/mnt
- R : 24 ´/mnt
A : Anak sakit usia 3 tahun dengan DHF
P : - Pemberian terapi obat
Procefa 2
´ 300 mg
Cortidex 2
´ 2,5 mg
Antrain 300
mg K/P
-
Pantau dan observasi TTV
-
Memberikan kepada orang tua supaya menjaga kesehatan anaknya.
Pola makanannya, sitirahatnya dan aktifitasnya.
Catatan Perkembangan
Tanggal : 25 Juni 2009 Jam
: 21.00
S : Ibu mengatakan bahwa anaknya sudah bisa
beraktifitas seperti biasanya.
O :- KU :
baik
- Kesadaran : komposmentis
- S :
36oC
- N :
72 ´/mnt
- R : ´/mnt
A : Anak sakit usia 3 tahun dengan DHF
P : -anjurkan tetap menjaga nutrisinya
-
Pantau dan observasi TTV
-
Memberikan kepada orang tua supaya menjaga kesehatan anaknya.
Pola makanannya, sitirahatnya dan aktifitasnya.
- Pasien boleh pulang
- Kunjungan ulang 3 hari lagi
tepatnya tanggal 10 juli 2009
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Demam berdarah Dengue (DHF) adalah
penyakit dema akut dengan ciri-ciri demam manifestika perdrahan dan bertendensi
mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan kematian dan ditularkan melalui
vektor nyamuk aedes aegypti.
Gejala timbul dari penyakit ini
menurut WHO 1997 adalah :
1. Demam tinggi dengan mendadak dan terus
menerus selama 2-7 hari.
2. Manifestika perdarahan termasuk
setidak-tidaknya uji bendung positif dan bentuk lain (petekia, purpura,
ekimosis, epistaksis) hematemesis atau metena.
3. Pembesaran hati.
4. Syok yang ditandai oleh nadi lemah, cepat
disertai tekanan nadi menurun (menjadi 20 atau kurang), tekanan darah menurun
disertai dulit yang teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung.