BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Gizi pada ibu
menyusui sangat erat kaitannya dengan produksi air susu, yang sangat dibutuhkan
untuk tumbuh kembang bayi. Kebutuhan nutrisi selama laktasi didasarkan pada
kandungan nutrisi air susu dan jumlah nutrisi penghasil susu. Ibu menyusui
disarankan memperoleh tambahan zat makanan 800 Kkal, kebutuhan kalori ini lebih
tinggi bila dibanding saat kehamilan. Kandungan kalori ASI rata-rata yang
dihasilkan ibu dengan nutrisi baik adalah 70 kal/100 ml, dan kira-kira 85 kal
diperlukan oleh ibu untuk tiap 100 ml yang dihasilkan. Rata-rata ibu
menggunakan kira-kira 640 kal/hari untuk 6 bulan pertama dan 510 kal/hari
selama 6 bulan kedua untuk menghasilkan susu normal.
Keluarga
merupakan sistem social karena terdiri dari kumpulan dua orang atau lebih yang
mempunyai peran social yang berbeda dengan ciri saling berhubungan dan
ketergantungan antar individu (suprayitno, 2004).
Keluarga juga
merupakan bagian dari manusia yang setiap hari selalu berhubungan dengan kita.
Keadaan ini perlu kita sadari sepenuhnya bahwa setiap individu merupakan bagian
nya dan di keluarga juga dapat di ekspresikan tanpa hambatan yang berarti. Pada
tahun 1960 keluarga di Indonesia sekitar 30 juta, tahun 90-an menjadi 35-40juta
dan pada awal abad ke-21 di perkirakan akan berlipat jumlahnya menjadi 60-65
juta (BKKBN, 1996).
Berdasarkan
kemapuan keluarga untuk pemenuhan kebutuhan dasar kebutuhan psikososial,
kebutuhan memenuhi ekonomi dan aktualisasi keluarga di masyarakat serta
memperhtikan perkembangan di Indonesia menuju Negara industri, maka Indonesia
menginginkan terwujudnya keluarga sejahtera (Suprayitno, 2004).
Peningkatan
status kesehatan keluarga merupakan tujuan yang ingin dicapai dalam memberikan
asuhan kebidanan kesehatan keluarga, agar keluarga trsebut dapat meningkatkan
produktifitas dan diharapkan kesehatan akan meningkat (Nasrul effendi, 1998).
1.2
Tujuan
1.2.1
Tujuan umum
Diharapkan
mahasiswa mampu memberikan asuhan dalam menyelesaikan masalh keluarga dengan
menggunakan proses asuhan kebidanan.
1.2.2
Tujuan khusus
Diharapkan
mahasiswa mapu untuk:
1.
Mengkaji data yang ada
di keluarga
2.
Menganalisa
data atau mengintrepasikan data dasar
3.
Merumuskan
masalah yang terjadi
4.
Menyusun
proritas masalah
5.
Menyusun
suatu proses manajemen kebidanan
6.
Membuat
suatu catatan perkembangan
1.3
Batasan masalah
Mengingat
keterbatasan waktu, kemampuan, dan kesempatan maka asuhan kebidanan ini
dibatasi pada keluarga Tn.“T”
Di Desa ................. Kecamatan ...............Kabupaten ............
.
1.4
Metode penulisan
Metode yang saya
gunakan dalam penulisan asuhan kebidanan keluarga pada Tn“T” Dengan Rendahnya kesadaran keluarga tentang pentingnya kebutuhan
nutrisi ibu menyusui pada dan Rendahnya Kesadaran Kepemilikan Jamban Sehat Dalam Keluarga,
yaitu :
a.
Metode
pendekatan pada Ibu (anamnese).
b.
Metode
kepustakaan, kami menggunakan literatur dari buku-buku sumber ilmu kebidanan
dan rekam medik bayi.
1.5
Sistematika penulisan
BAB I :
Pendahuluan yang berisi latar belakang, tujuan, batasan masalah, metode
penulisan, dan sistematika penulisan
BAB II :
Tinjauan pustaka yang berisi konsep
keluarga, konsep menyusui, konsep
jamban sehat dan asuhan kebidanan
BABIII :
Tinjaun kasus yang terdiri dari pengumpulan data dan analisa data
BABIV :
Penutup yang berisi penutup dan saran
Daftar Pustaka
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar
Keluarga
2.1.1
Defenisi
Keluarga
merupakan bagian dari manusia yang setiap hari selalu berhubungan dengan kita.
Keadaan ini perlu kita sadari sepenuhnya bahwa setiap individu merupakan
bagiannya dan di keluarga juga semua dapat diekspresikan tanpa hambatan yang
berarti.
Pengertian
keluarga akan berbeda. Hal ini beragantung pada orientasi yang digunakan dan
yang mendefinisikannya. Friedman (1998) mendefinisikan bahwa keluarga adalah
kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan
emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari
keluarga. Pakar konseling keluarga Jogyakarta, Sayekti (1994) menulis bahwa
keluarga adalah suatu ikatan atau persekutuan hidup atas dasar perkawinan antar
orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atas dasar perkawinan.
Kedua pengertian
tersebut mempunyai persamaan bahwa dalam keluarga terdapat iakatan perkawinann
dan hubungan darah yang tinggal bersama dalam satu atap (serumah) dengan peran
masing-masing serta keterikatan emosional.
Negara Indonesia
adalah salah satu Negara yang menjujung tinggi adat ketimuran yang menekankan
bahwa keluarga harus dibentuk atas dasar perkawinan, seperti yang tertulis
dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 21 Tahun 1994bbahwa keluarga dibentuk
berdasarkan atas dasar perkawinan yang sah.
2.1.2
Tipe Keluarga
Pembagian
keluarga bergantung pada konteks keilmuan dan orang yang mengelompokkan. Secara
tradisional keluarga keluarga dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
1.
Keluarga inti (nuclear
family) adalah keluarega yang hanya terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang
diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.
2.
Keluarga besar
(extended family) adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang msih
mempunyai hubungan darah (kakek-nenek, paman-bibi)
Namun
dengan berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa individualism,
pengelompokkan tipe keluarga selain kedua tersebut diatas, berkembang menjadi :
1.
Keluarga bentukan
kembali (dyadic family) adalah keluarga baru yang terbentuk dari pasangan yang
telah cerai atau kehilangan pasangannya.
2.
Orang tua tunggal
(single parent family) adalah keluarga yang terdiri dari salah satu orang tua
dengan anak-anak akibat perceraian atau ditinggal pasangannya.
3.
Ibu dengan anak tanpa perkawinan
(the unmarried tenaage family).
4.
Orang dewasa
(laki-laki/perempuan) yang tinggal sendiri tanpa pernah menikah (the single
adult living alone).
5.
Keluarga dengan anak
tanpa menikah sebelumnya (the non-marital heterosexsual cohabiting family).
6.
Keluarga yang dibentuk
oleha pasangan yang berjenis kelamin sama (gay and lesbian family).
2.1.3
Struktur Keluarga
Struktur
keluarga dapat menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan fungsi keluarga di
masyarakat sekitarnya. Parad dan Chaplan (1965) yang diadopsi oleh Friedman,
mengatakan ada empat elemen struktur keluarga yaitu :
1.
Struktur peran
keluarga, menggambarkan peran masing-masing anggota keluarga dalam keluarga
sendiri dan perannya di lingkungan masyarakat atau peran formal dan informal.
2.
Nilai atau norma
keluarga, menggambarkan nilai-nilai dan norma yang dipelajari dan diyakini oleh
keluaraga, khususnya yang berhubungan dengan kesehatan.
3.
Pola komunikasi
keluarga, menggambarkan bagaimana cara pola komunikasi ayah-ibu (orang tua),
orang tua dengan anak, dan anggota keluarga lainnya (pada keluarga besar)
dengan keluarga inti.
4.
Struktur kekuatan
keluarga, menggambrkan kemampuan anggota keluarga untuk mempengaruhi dan
mengendalikan orang lain untuk mengubah perilaku keluarga yang mendukung
kesehatan.
Struktur
keluarga ini nanti nantinya perlu dikaji oleh perawat yang memberikan asuhan.
Berdasarkan kekenpat elemen dalam struktur keluarga, diasumsikan bahwa (Leslie
& Korman, 1989: Parson & Bales, 1995) :
1.
Keluarga merupakan
system social yang mempunyai fungsi sendiri.
2.
Keluarga merupakan
system social yang mampu menyelesaikan masalah individu dan lingkungannya.
3.
Keluarga merupakan
suatu kelompok kecil yang dapat mempengaruhi kelompok lain.
4.
Perilaku individu yang
tampak merupakan gambaran dari nilai dan norma yang berlaku dalam keluarga.
Berdasarkan
kemampuan keluarga untuk pemenuhan kebutuhan dasar, kebutuhan psikososial,
kemampuan memenuhi ekonominya, dan aktualisasi keluarga di masyarakat, serta
memperhatikan perkembangan Negara Indonesia menuju Negara industry,
Indonesia menginginkanterujudnya keluarga sejahtera. Di Indonesia keluarga
dikelompokkan menjadi lima tahap, yaitu :
1.
Keluarga Prasejahtera,
adalah keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal, yaitu
kebutuhan pengajaran agama, pangan, sandang, papan, dan kesehatan, atau
keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu atau lebih indicator Keluarga
Sejahtera Tahap I.
2.
Keluarga Sejahtera
Tahap I (KS I) adalah keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar secara
minimal, tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan social psikologinya,
yaitu kebutuhan pendidikan, Keluarga Berencana (KB), interaksi dalam keluarga,
interaksi dengan lingkungan tempat tinggal, dan transportasi.
3.
Keluarga Sejahtera
Tahap II (KS II) adalah keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar
secara minimal serta telah memenuhi seluruh kebutuhan social psikologinya,
tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan untuk menabung dan memperoleh informasi.
4.
Keluarga Sehjahtera
Tahap III (KS III) adalah keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan
dasar, kebutuhan social psikologis, dan kebutuhan pengembangan, tetapi belum
dapat memberikan sumbangan (kontribusi) yang maksimal terhadap masyarakat
secara teratur (dalam waktu tertentu) dalam bentuk material dan keuangan untuk
social kemasyarakatan, juga berperan serta aktif dengan menjadi pengurus
lembaga kemasyarakatan.
5.
Keluarga Sejahtera
Tahap III Plus (KS III Plus) adalah keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh
kebutuhannya, baik yang bersifat dasar, social psikologis, maupun pengembangan,
serta serta telah mampu memberikan sumbangan yang nyata dan berkelanjutan bagi
masyarakat.
2.1.4
Fungsi Keluarga
Secara
umum fungsi keluarga menurut Friedman, adalah sebagai berikut :
1.
Fungsi afektif (the
affective function) adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala
sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain.
Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan psikososial keluraga.
2.
Fungsi sosialisasi daan
tempat bersosialisasi (socialization and social placement function) adalah
fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan social sebelum
meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
3.
Fungsi reproduksi (the
reproductive function) adalah fungsi untuk mempertahankan generasi menjaga
kelangsungan keluarga.
4.
Fungsi ekonomi (the
economic function), yaitu keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga
secara ekonomi dan tempoat untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
5.
Fungsi
perawatan/pemeliharaan kesehatan (the health care function), yaitu fungsi untuk
mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki
produktifitas yang tinggi. Fugsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga di
bidang kesehatan.
Namun,
dengan berubahnya pola hidup agraris menjadi industrialisasi, fungsi keluarga
dikembangkan menjadi :
1.
Fungsi ekonomi, yaitu
keluarga diharapkan menjadi keluarga yang produktif yang mampu menghasilkan
nilai tambah ekonomi dengan memanfaatkan sumber daya keluarga.
2.
Fungsi mendapatkan
status social, yaitu keluarga yang dapat dilihat dan dikategorikan strata
sosialnya oleh keluarga lain yang berada disekitarnya.
3.
Fungsi pendidikan, yaitu keluarga yang
mempunyai peran dan tanggung jawab yang besar terhadap pendidikan anak-anaknya
untuk menghadapi kehidupan dewasanya.
4.
Fungsi sosialisasi bagi
anakny, yaitu orang tua atau keluarga diharapkan mampu menciptakan kehidupan
social yang mirip dengan luar rumah.
5.
Fungsi pemenuhan
kesehtan, yaitu keluarga diharapkan dapat memenuhi kebutuhan kesehatan yang
primer dalam rangka melindungi dan pencegahan terahdap penyakit yang mungkin
dialami oleh keluarga.
6.
Fungsi religious, yaitu
keluarga merupakan tempat belajar tentang agama, dan mengamalkan ajaran keagamaan.
7.
Fungsi rekreasi, yaitu
keluarga merupakan tempat untuk melakukan kegiatan yang dapat mengurangi
ketegangan akibat berada di luar rumah.
8.
Fungsi reproduksi,
bukan hanya mengembangkan keturunan, tetepi juga merupakan tempat mengembangkan
fungsi reproduksi secara universal (menyeluruh), diantaranya seks yang sehat,
dan berkualitas, pendidikan seks bagi anak, dan yang lain.
9.
Fungsi afeksi, yaitu
keluarga merupakan tempat yang utama untuk pemenuhan kebutuhan psikososial
sebelum anggota keluarga berada di luar rumah.
Di
Indonesia membagi fugsi keluarga menjadi 8, dengan bentuk operasional, yaitu :
1.
Fungsi keagamaan
2.
Fungsi budaya
3.
Fungsi cinta kasih
4.
Fungsi perlindungan
5.
Fungsi reproduksi
6.
Fungsi sosialisasi
7.
Fungsi ekonomi
8.
Fungsi pelestarian
lingkungan
2.1.5
Tugas Keluarga Dibidang Kesehatan
Sesuai
dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas di bidang
kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan, meliputi :
1.
Mengenal masalah
kesehatan keluarga. Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh
diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dank arena
kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis. Orang
tua perlu mengenla keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami oleh
anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara
tidak langsung menjadi perhatian orang tua atau keluarga. Apabila menyadari
adanya perubahan keluarga perlu dicatat kapan terajdinya, perubahan apa yang
terjadi, dan seberapa besar perubahannya.
2.
Memutuskan tindakan
kesehatanyang tepa bagi keluarga. Tugas ini merupakan tugas keluarga yang utama
untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluraga, dengan
pertimbangan siapa diantara keluarga yang memiliki kemampuan memutuskan untuk menentukan
tindakan keluarga. Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan
tepat agar masalah keluarga dapt dikurangi atau bahkan teratasi. Jika keluarga
memilki keterbatasan, dapat meminta bantuan kepada orang di lingkungan tinggal
keluarga agar memndapatkan bantuan.
3.
Merawat keluarga yang
mangalami gangguan kesehatan. Seringkali keluarga telah mendapatkan tindakan
yang tepat dan benar, tetapi keluarga memilki keterbatasan yang telah diketahui
oleh keluarga sendiri. Jika demikian anggota keluarga yang mengalami gangguan
kesehatan perlu mendapatkan tindakan lanjutan atau perawatan sehingga masalah
yang lebih parah tidak terjadi. Perawatan dapat dilakuakan di institusi
pelayanan kesehatan atau di rumah. Apabila keluarga telah memiliki kemampuan melakukan
tindakan untuk pertolongan pertama.
4.
Memodifikasi lingkungan
keluarga untuk menajmin kesehatan keluarga.
5.
Memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan di sekitsrnys bsgi keluarga.
2.1.6
Keluarga Sebagai Sistem
Bukan
hanya perusahaan saja yang menghasilkan suatu produk yang disebutsebagai suatu
system.Keluarga juga merupakan suatu system yang perlu dipelajari.
Pengertian
system yang paling umum adalah kumpulan dari beberapa bagian fungsional yang
saling berhubungan dan tergantung satu dengan yang lain dalam waktu tertentu
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Alasan
keluarga disebut sebagai system adalah sebagai berikut :
1.
Keluarga memiliki
subsistem : anggota, fungsi, peran, aturan, budaya, dan lainnya yang dipelajari
dan dipertahankan dalam kehidupan keluarga.
2.
Terdapat saling
berhubungan dan saling ketegantungan antar subsistem.
3.
Merupakan unit bagian
terkecil dari masyarakat yang dapat mempengaruhi supra sistemnya.
Keluarga
merupakan sisitem social karena terdiri dari kumpulan dua orang atau lebih yang
mempunyai peran social yang berbeda dengan cirri saling berhubungan dan
tergantung antarindividu.Seperti pada umumnya suatu system, keluarga juga
mempunyai komponen-komponen system.
1.
Keluarga sebagai suatu
system mempunyai karakteristik dasar yang dapat dikelompokkan sebagai berikut :
2.
Keluarga sebagai system
terbuka. Suatu system yang mempunyai kesempatan dan mau menerima atau
memperhatikan lingkungan (masyarakat) sekitarnya.
3.
Keluarga sebagai system
tertutup. Sustu system yang krang memiliki kesempatan, kurang mau menerimia
atau member perhatian kepada lingkungan (masyarakat) sekitarnya.
2.2 Konsep Dasar
Menyusui
2.2.1
Defeinisi Menyusui
Menyusui adalah proses pemberian Air Susu Ibu (ASI)
kepada bayi, dimana bayi memiliki refleks menghisap untuk mendapatkan dan menelan
ASI. Menyusui merupakan proses alamiah yang keberhasilannya tidak diperlukan
alat-alat khusus dan biaya yang mahal namun membutuhkan kesabaran, waktu, dan
pengetahuan tentang menyusui serta dukungan dari lingkungan keluarga terutama
suami (Roesli,2000).
Lawrence (1994) dalam Roesli (2001), menyatakan bahwa
menyusui adalah pemberian sangat berharga yang dapat diberikan seorang ibu pada
bayinya. Dalam keadaan miskin, sakit atau kurang gizi, menyusui merupakan
pemberian yang dapat menyelamatkan kehidupan bayi. Hal tersebut sejalan dengan
Suryaatmaja dalam Soetjiningsih (1997), yang mengatakan menyusui adalah
realisasi dari tugas yang wajar dan mulia seorang ibu.
2.2.2
Kebutuhan Nutrisi Pada Ibu Menyusui
1.
Kalori
Salah satu
faktor yang paling penting dalam diet wanita menyusui adalah kalori. Pemasukkan
kalori yang tidak cukup bisa mengurangi volume air susu.Bagaimanapun juga
kualitas sisa susu secara umum tidak terganggu. Ibu menyusui harus menambah
pemasukan kalorinya mencapai 200 kkal melabihi kebutuhan kehamilan (itulah 500
kkal bertambah dari kebutuhan kehamilan). Hasil ini jika ditotal menjadi
sekitar 2500 sampai 2700 kkal/hari untuk kebanyakan wanita.
Berdasarkan pada
pilihan diet, ibu menyusui bisa menggunakan panduan piramid makanan umum atau
piramid makanan vegetarian untuk memperkirakan masukan selama diet. Dia perlu
bekerja keras untuk memasukkan variasi makanan-makanan dari beberapa kelompok
makanan. Pemasukkan kalorinya harus cukup memenuhi energi untuk menopang masa
menyusui masa menyusut setalah berat badan harus tidak lebih dari 16 minggu
untuk ibu menyusui
2.
Protein
Pemasukan
protein cukup penting selesai menyusui, karena protein adalah komponen yang
penting dari susu ibu. Pemasukkan 65 gr/hr selama 6 bulan menyusui dan 62 gr/hr
direkomendasikan selama 6 bulan kedua. Seperti dimasa kehamilan, itu sangat
penting bahwa cukup mengkonsumsi protein non kalori untuk mencegah protein
sebagai sumber energi.
3.
Kalsium
Kalsium
juga nutrisi penting dalam produksi susu, dan diharapkan meningkatkan keperluan
diluar kehamilan. Keperluan selama menyusui sama dengan kebutuhan selama
kehamilan : 1200 mg/hr. Pemasukkan kalsium yang cukup dari sumber makanan
mengharuskan penggunaan kalsium yang melengkapi.
4.
Zat besi
Zat
besi dibutuhkan masa menyusui tindakan pada hakekatnya berbeda dari wanita yang
tidak hamil, karena zat besi bukan sesuatu yang penting dalam komponen susu ibu
bagaimanapun juga sebagaimana disebutkan sebelumnya pemberian suplemen yang
terus menerus untuk mengisi kehilangan simpanan maternal yang dikarenakan kehamilan.
5.
Cairan-cairan
Cairan yang
sangat penting selama menyusui karena ketidakcukupan pemasukan cairan bisa
mengurangi volume susu. Direkomendasikan pemasukan air sekitar 8-10 gelas tiap
hari bisa kita temui dengan mengkonsumsi air, jus, susu dan sup.
Tabel perbandingan angka kecukupan energi dan zat
gizi wanita dewasa dan tambahannya untuk ibu hamil dan menyusui.
No.
|
Zat Gizi
|
Wanita Dewasa
|
Ibu Hamil
|
Ibu Menyusui
|
|
0 – 6 bln
|
7 – 12 bln
|
||||
1.
|
Energi (kkal)
|
2200
|
285
|
700
|
500
|
2.
|
Protein (g)
|
48
|
12
|
16
|
12
|
3.
|
Vitamin A (RE)
|
500
|
200
|
350
|
300
|
4.
|
Vitamin D (mg)
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5.
|
Vitamin E (mg)
|
8
|
2
|
4
|
2
|
6.
|
Vitamin K (mg)
|
6,5
|
6,5
|
6,5
|
6,5
|
7.
|
Tiamin (mg)
|
1,0
|
0,2
|
0,3
|
0,3
|
8.
|
Riboflavin (mg)
|
1,2
|
0,2
|
0,4
|
0,3
|
9.
|
Niasin (mg)
|
9
|
0,1
|
3
|
3
|
10.
|
Vitamin B12 (mg)
|
1,0
|
0,3
|
0,3
|
0,3
|
11.
|
Asam folat (mg)
|
150
|
150
|
50
|
40
|
12.
|
Piidosin (mg)
|
1,6
|
0, 6
|
0,5
|
0,5
|
13.
|
Vitamin C (mg)
|
60
|
10
|
25
|
10
|
14.
|
Kalsism (mg)
|
500
|
400
|
400
|
400
|
15.
|
Fosfor (mg)
|
450
|
200
|
300
|
200
|
16.
|
Besi (mg)
|
26
|
20
|
2
|
2
|
17.
|
Seng (mg)
|
15
|
5
|
10
|
10
|
18.
|
Yodium (mg)
|
150
|
25
|
50
|
50
|
19.
|
Selenium (mg)
|
55
|
15
|
25
|
20
|
2.2.3
Manfaat Gizi Ibu Menyusui
1.
Pemulihanenergisetelahpersalinan
2.
KesehatanIbumenyusui
3.
Menghasilkan ASI yang mencukupikebutuhanbayi
4.
Mempertahankan sirkulasi yang adekuat bagi ibu selama proses pemulihan
5.
Meningkatkan pertahanan tubuh selama proses pemulihan
6.
Menyeimbangkan kebutuhan energi dalam aktivitas ibu dengan peningkatan
metabolisme (pembakaran) dalam tubuh
7.
Untuk menjaga agar ibu tetap sehat dan produksi ASI cukup
2.2.4
Dampak Gizi Buruk pada Ibu Menyusui
Kurangnya gizi pada ibu menyusui menyebabkan masalah kesehatan pada ibu dan
bayi. Gangguan pada bayi termasuk anak-anak jatuh, bayi mudah sakit, mudah
terinfeksi. Kurangnya zat esensial menyebabkan gangguan pada mata atau tulang.
2.3 Konsep Dasar
Pembuangan Kotoran Manusia
2.3.1 Definisi
Yang
dimaksud dengan kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai
lagi oleh tubuh dan yang harus dikeluarkan dari dalm tubuh. Zat-zat yang harus
dikeluarkan dari dalam tubuh ini bebentuk tinja (faeces), air seni (urine), dan
Co2 sebagai hasil dari proses pernafasan. Pembuangan kotoran manusia yang
dimaksudkan hanya tempat pembuangan tinja dan urin, yang pada umumnya disebut
latrine (jamban/kakus).
Dilihat
dari segi kesehatan masyarakat, masalah pembuangan kotoran manusia merupakan
masalah yang poko untuk sedini mungkin diatasi. Karena kotoran manusia, yakni
faeces, adalah sumber penyebaran penyakit yang multikopmleks. Penyebaran
penyakit yang bersumber pada faeces dapat melalui berbagai macam jalan atau
cara.
Beberapa
penyakit yang dapat disebarkan oleh tinja manusia antara lain : tipe, disentri,
kolera, bemacam-macam cacing (gelang, krem, tambang, pita). Skistosomiasis dsb.
2.3.2
Pengelolaan
Pembuangan Kotoran Manusia
Untuk
mencegah sekurang-kurangnya mengurangi kontaminasi tinja terhadap lingkungan,
maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik, maksudnya
pembuangan kotoran harus di tempat tertentu/jamban yang sehat. Suatu jamban
disebut sehat untuk daerah pedesaan apabila memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
1.
Tidak mengotori permukaan
tanah disekeliling jamban tersebut.
2.
Tidak mengotori air
permukaan di sekitarnya.
3.
Tidak mengotori air
prmukaan sekitarnya.
4.
Tidak dapat terjangkau
oleh serangga, terutama lalat dan kcoa, dan binatang lainnya.
5.
Tidak menilmbulkan bau.
6.
Mudah digunakan dan
dipelihara (maintenance)
7.
Sederahan designnya.
8.
Murah.
9.
Dapat diterima oleh
pemakainya.
Agar persyaratan
ini dapat terpenuhi, maka perlu diperhatikan antara lain hal-hal sebagai
berikut :
1.
Sebaiknya jamban
tersebut tertutup, artinya bangunan jamban trlindung dari panas dan hujan,
serangga dan binatang-binatang lain, terlindung dari pandangan orang lain
(privacy) dan sebagainya.
2.
Bangunan jamban
sebaiknya memiliki lantai yang kuat, tempat berpijak yang kuat dan sebagainya.
3.
Bangunan jamban sedapat
mungkin ditempatkan pada lokasi yang tidak mengganggu pandangan, tidak
menimbulkan baud an sebagainya.
4.
Sedapat mungkin
disediakan alat pembersih seperti air atau kertas pembersih.
2.3.3
Tekhnologi
Pembuangan Kotoran Manusia
Tekhnologi
pembuangan manusia untuk daerah pedesaan sudah barang tentu berbeda dengan
tekhnologi jamban di daerah perkotaan. Oleh karean itu, tekhnologi jamban di
daerah pedesaan disamping harus memenuhi persyaratan jamban sehat, juga harus
didasarkan pada sosio budaya dan ekonomi masyarakat pedesaan. Tipe-tipe jamban
yang sesuai dengan tekhnologi pedesaan antara lain, sebagai berikut ;
1.
Jamban cemplung, kakus
(pit latrine)
Jamban
cemplung ini sering kita jumpai di daerah pedesaan di jawa. Tetapi sering
dijumpai jamban cemplung yang kurang sempurna, misalnya tanpa rumah jamban dan
tanpa tutup. Sehingga serangga mudah masuk, dan bau tidak dapat dihindari. Di
samping itu, karena tidaka ada rumah jamban, jika musim hujan tiba maka jamban
itu akan penuh dengan air.
Hal
lain yang perlu diperhatikan di sini adalah bahwa kakus cemplung itu tidak
boleh terlalu dalam. Sebab jika terlalu dalam akan mengotori air tanah di
dalamnya. Dalamnya pit latrine berksar antara 1,5 - 3 m saja. Sesuai dengan
daerah pedesaan, maka rumah kakus tersebut dapat dibuat dari bamboo, dinding
bamboo dan atap daun kelapa, ataupun daun padi. Jarak dari sumber air minum
sekurang-kurangnya 15 m.
2.
Jamban cemplung
berventilasi (ventilasi improved pit latrine)
Jamban
ini hamper sama dengan jamban cemplung, bedanya lebih lengkap yakni menggunakan
ventilasi pipa. Untuk daerah pedesaan pipa ventilasi ini dapat dibuat dengan
bamboo.
3.
Jamban empang (fishpone
latrine)
Jamban
ini diatas empang ikan. Di dalam system jamban empang ini terjadi daur ulang
(recycling), yakni tinja dapat langsung dimakan ikan, ikan di makan orang, dan
selanjutnya orang mengeluarkan tinja yang dimakan, demikian yang seterusnya.
Jamban
empang ini memilki fungsi yaitu disamping mencegah tercemarnya lingkungan oleh
tinja juga dapat menambah protein bagi manusia (menghasilkan ikan)
4.
Jamban pupuk (the
compost privy)
5.
Pada prinsipnya jamban
ini seperti kakus cemplung, hanya lebih dangkal galiannya. Disamping itu jamban
ini juga untuk membuang kotoran binatang dan sampah, daun-daunan. Prosedurnya
dalah sebagai berikut :
-
Mula-mula membuat jamban
cemplung.
-
Dilapisan bawah sendiri
ditaruh sampah daun-daunan.
-
Diatasnya ditaruh
kotoran dan kotoran binatang (kalau ada) tiap-tiap hari.
-
Setelah ± 20 inci,
ditutup lagi dengan daun-daunan sampah, selanjutnya ditaruh kotoran lagi.
-
Demikian selanjutnya
sampai penuh.
-
Setelah penuh ditimbun
tanah, dan membuat jamban baru.
-
Lebih kurang 6 bulan
kemudian dipergunakan pupuk tanaman.
6.
Septic tank
Latrine
jenis ini merupakan cara yang paling memenuhi persyaratan, oleh sebab itu cara
pembuangan tinja yang seperti ini yang dianjurkan.septic tank terdiri dari
tanki, sedimentasi yang kedap air. Di mana tinja dan air buangan masuk dan
mengalami dekomposisi. Dalam tanki ini tinja akan berada selama beberapa hari.
Dan selama waktu tersebut tinja akan mengalami 2 proses, yakni proses kimiawi
dan proses biologi.
2.4
Konsep Dasar Asuhan Kebidanan
Manajemen
kebidanan adalah metode kerja profesi dengan menggunakan langkah-langkah
pemecahan sehingga merupakan alur dan pengorganisasian, pemikiran dan langkah
dalam suatu urutan yang logis yang menguntungkan baik pasien ataupun bidan,
langkah-langkah menejemen kebidanan sebagai berikut:
2.4.1 Pengumpulan Data
Suatu tahap ketika seorang bidan mengumpulkan informasi
secara terus menerus tentang keluarga yang dibinanya, kegiatan yang dilakukan
adalah:
a.
Membina hubungan
yang baik.
b.
Pengkajian awal
terfokus sesuai data yang diperoleh dari unit pelayanan kesehatan.
c.
Pengkajian lanjutan
adalah tahap pengkajian untuk memperoleh data yang diperoleh lebih lengkap
sesuai masalah kesehatan keluarga yang berorientasi pada pengkajian awal,
disini bidan perlu mengungkap keadaan keluarga hingga penyebab dari masalah
kesehatan yang paling mendasar.
Data
yang diperoleh dari pengkajian :
I.
Data Subyektif
1.
Data Umum
a.
Data demografi dan
sosiokultural
b.
Data lingkungan
c.
Stuktur dan fungsi
keluarga
2.
Data Khusus
a.
Imunisasi
b.
Bila ada anggota
keluarga yang sakit berobat ke
c.
Jenis penyakit yang
sering diderita oleh keluarga
d.
Pemeriksaan kehamilan
ke
e.
Pertolongan persalianan
oleh
f.
Kebiasaan menyapih umur
g.
Pemberian makanan tambahan
sejak usia
h.
Tanggapan terhadap KB
i.
Pola hidup / ADL
j.
Adat kebiasaan /
selamatan
k.
Penggunaan waktu
senggang
l.
Situasi sosial budaya
dan ekonomi
II.
Data Obyektif
1.
Rumah
a.
Luas rumah
b.
Jenis rumah : Tersendiri/PAV/petak/susun
c.
Letak : Dekat/jauh dengan sarang vector
d.
Dinding : Tembok/papan/gedek
e.
Lantai : Tegel/plester/tanah
basah/kering/keramik
f.
Cahaya : Terang/gelap
g.
Ventilasi : Cukup/kurang
h.
Jendela : Ada/tidak
i.
Jumlah ruangan
2.
Air Minum
a.
Asal :
PDAM/SG/sumber/sungai
b.
Nilai air : Bersih/kotor/berbau/warna
3.
Pembuangan Sampah
Dibakar/ditanam/kompos/diambil
petugas
1.
Jamban dan Kamar Mandi
a.
Jenis jamban : Cemplung/leher angsa
b.
Jarak dengan sumber air
c.
Kebersihan : Bersih/kotor/berbau
d.
Kamar mandi : Ada/tidak ada/bersih/kotor
2.
Pekarangan dan Selokan
a.
Pengaturan :
Teratur/berserakan
b.
Kebersihan : Bersih/kotor
c.
Air limbah :
Teratur/berserakan/dimanfaatkan
d.
Peralatan pekarangan
3.
Kandang Ternak
a.
Bangunan :
Permanen/darurat
b.
Letak : Tersendiri/seatap
c.
Kebersihan :
Bersih/kotor
4.
Denah Rumah dan
Keterangan
2.4.2
Interpretasi
Data Dasar
Kegiatan
ini tidak berbeda dengan analisis dan sitesi pada asuhan keperawatan klinik,
bidan mengelompokkan data hasil pengkajian dalam data subyektif dan obyektif
setiap kelompok didiagnosa keperawatan.
No.
|
Diagnosa
|
Data Dasar
|
|
|
|
2.4.3 Perumusan Masalah
Perumusan
masalah dapat diarahkan kepada sasaran individu dan atau keluarga komponn
diagnosis meliputi masalah (problem), penyebab (etiologi), dan atau Tanda
(sign)
2.4.4 Susunan Prioritas
Masalah
Prioritas
didasarkan pada diagnosa keperawatan yang mempunyai skor terendah.Namun bidan
perlu memperhatikan juga persepsi keluarga terhadap masalah keperawatan mana
yang perlu diatasi segera.
1.
Skoring
2.
Urutan prioritas
masalah
No
|
Kriteria
|
Perhitungan
|
Skor
|
Pembenaran
|
1.
|
Sifat
Masalah
|
|
|
|
2.
|
Kemungkinan
masalah untuk di ubah
|
|
|
|
3.
|
Potensi
masalah untuk dicegah
|
|
|
|
4.
|
Menonjolnya
masalah
|
|
|
|
Total
Skor
|
|
|
|
2.4.5 Proses Manajemen
Kebidanan
Terdiri
dari 4 langkah, yaitu :
1.
Diagnosa :
Berasal dari data dasar interpretasi data dan data tersebut
menjadi masalah atau
diagnosa yang di identifikasi secara spesifik
2.
Intervensi : Mencakup tujuan umum
dan khusus yang didasarkan
dengan standart yang
mengacu pada penyebab selanjutnya, merumuskan tindakan keperawatan yang
berorientasi pada kriteria dan standart
3.
Implementasi : Pada
kegiatan ini bidan perlu melakukan kontak
sebelumnya untuk
pelaksanaan yang meliputi kapan dilaksanakan, berapa lama waktu yang
dibutuhkan, materi/topik yang didiskusikan, siapa yang melaksanakan, anggota
keluarga yang perlu mendapat informasi, peralatan yang perlu disiapkan
keluarga. Selanjutnya implementasi sesuai dengan rencana
4.
Evaluasi :
Merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil
implementasi dengan
kriteria dan standart yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya. Bila
hasil evaluasi tidak berhasil sebagian perlu disusun rencana keperawatan yang
baru. Evaluasi disusun menggunakan SOAP
2.4.6 Catatan Perkembangan
Berisi
diagnosa baru dan catatan perkembangan disusun menggunakan SOAP yang
operasional dengan pengertian sebagai berikut:
S
(Subyektif) : Adalah ungkapan perasaan dan keluhan yang
dirasakan
oleh keluarga
O
(Obyektif) : Adalah keadaan
obyektif dapat diidentifikasi dengan
menggunakan
pengamatan
A
(Assesment) : Adalah analisis bidan dibandingkan dengan criteria dan
standart
yang mengacu pada tujuan rencana
P
(Planning) : Adalah perencanaan selanjutnya setelah
dilakukan analisis
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1
Pengkajian
Anamnesa tanggal
: 24 Februari 2013 Jam : 14.15
WIB
3.1.1
Data Subyektif
1.
Data Umum
Kecamatan : Merakurak Penghasilan : ± Rp. 1.100.000,.
Kelurahan : Terate Keadaan : Sehat
RT :
03 No.Induk :
RW :
02 Umur : 29 tahun
KK :
Laki-laki Pendidikan : SLTA
Nama :
Tn. Triono Agama :
Islam
Pekerjaan : Tani
Alamat : Dsn. Terate RT 03 RW 02 Ds Sendanghaji Kec. Merakurak
Susunan Anggota Keluarga
Nama
|
Jenis Kelamin
|
Umur
|
Hub. Dg KK
|
Pekerjaan
|
Keadaan Kesehatan
|
No.KIA/KB
|
Triono
|
L
|
29 th
|
KK
|
Tani
|
Sehat
|
|
Sumiati
|
P
|
21 th
|
Istri
|
Swasta
|
Sehat
|
|
Wilda
|
P
|
8 bln
|
Anak
|
-
|
Sehat
|
|
|
2.
Data Khusus
|
1)
Imunisasi
Nama
|
Status Imunisasi
|
ket
|
|||||||||||
BCG
|
Polio
|
DPT
|
HB
|
Campak
|
|||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
||||
Wilda
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
|
|
2)
Apabila ada anggota
keluarga yang sakit, keluarga berobat kepada tenaga kesehatan terdekat
khususnya di puskesmas dan bidan.
3)
Jenis penyakit yang
sering diderita keluarga
Tn.Triono mengatakan tidak
mempunyai penyakit keturunan. Penyakit yang sering diderita adalah penyakit
batuk, panas dan pilek.
4)
Pemeriksaan
Kehamilan
Sampai usia kehamilan 9
bulan, Ibu memeriksakan kehamilannya ke bidan sebanyak 9 kali.
5)
Pertolongan Persalinan
Pertolongan persalinan
pertama ibu ditolong oleh bidan.
6)
Kebiasaan Menyapih Umur
Dalam keluarga ada
batasan menyapih sampai umur 3
tahun.
7)
Pemberian Makanan
Tambahan Sejak Usia
Ibu mengatakan
memberikan ASI dan memberikan MP-ASI sejak
bayinya usia 4 bulan.
8)
Tanggapan Terhadap KB
Tanggapan ibu tentang
KB direspon dengan baik oleh ibu dan keluarganya.
9)
Pola Hidup
Makan
|
Ibu :
Ibu
mengatakan makan 1-2x dengan
menu nasi sedikit dan
lauk tahu tempe terkadang dengan ikan, tidak suka sayur
serta minum 8-9
gelas sehari
Ayah
: Makan 2 – 3 x sehari
dengan menu sedang (nasi, lauk, sayur, dan air putih)
Anak
: ASI on demand, bubur 3 x sehari dan terkadang diberi biskuit
|
Aktifitas
|
Ibu
: Melakukan aktifitas
sehari-hari seperti memasak, menyapu, mengepel, membatik dll.
Ayah
: Bekerja sebagai tani
|
Rekreasi
|
Menonton
TV
|
10)
Adat
Kebiasaan / Selamatan
Mitoni saat usia
kehamilan 7 bulanan dan pada saat tali pusar anak lepas.
11)
Penggunaan Waktu Senggang
Penggunaan waktu senggang
dilakukan membatik
dan berkumpul dengan anak dan keluarga yang lainnya.
12)
Situasi Sosial Budaya
Dan Ekonomi
Penghasilan keluarga ± Rp.
1.100.000, penghasilan yang ada
hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari.
3.1.2
Data Obyektif
1)
Rumah
Luas : ± 24 m2 (L = 4 m ; P = 6 m)
Jenis rumah : Dekat dengan penduduk
Dinding : Tembok
Lantai : Plester
Cahaya : Gelap
Jalan angina : Kurang
Jendela : Tidak Ada
Jumlah ruangan : Terdapat 1 kamar, 1 ruang tamu, 1 dapur.
2)
Air Minum
Asal : Air isi ulang
Nilai air : Bersih
3)
Pembuangan Sampah
Dibuang ditempat sampah
dan dibakar
4)
Jamban dan Kamar Mandi
Jenis jamban : Di
Sungai
Kebersihan : -
Kamar mandi : Numpang
Mertua
5)
Pekarangan dan Selokan
Pengaturan : Teratur
Kebersihan : Bersih
Air limbah : Teratur
Peralatan pekerangan :
Ada
6)
Kandang Ternak
Tidak
ada
7)
Denah rumah dan Keterangan
III
|
II
|
I
|
Keterangan :
I : Ruang Tamu
II : Dapur
III : Kamar 1
3.2
Interpretasi Data Dasar
No
|
Diagnosa
|
Data Dasar
|
1.
|
Rendahnya
kesadaran ibu tentang
pentingnya kebutuhan nutrisi pada ibu menyusui
|
1. Pendidikan ibu SD
2.
Nafsu makan
rendah
3.
Ibu
mengatakan makan 1-2x dengan
menu nasi sedikit dan
lauk tahu tempe terkadang dengan ikan, tidak suka sayur
serta minum 8-9
gelas sehari
|
2.
|
Rendahnya Kesadaran Kepemilikan Jamban Sehat Dalam Keluarga
|
1.
Pendidikan terakhir SD
2.
Penghasilan kepala
keluarga ± Rp.1.350.000,00
3.
Kepala keluarga
mengatakan tidak memiliki jamban.
4.
Kepala keluarga
mengatakan biasa membuang hajat di sawah.
|
3.3
Perumusan Masalah
3.3.1
Diagnosa I
Rendahnya
kesadaran ibu tentang pentingnya kebutuhan nutrisi
pada ibu menyusui.
3.3.2
Diagnosa II
Rendahnya Kesadaran Kepemilikan Jamban Sehat Dalam
Keluarga.
3.4
Susunan Prioritas Masalah
1)
Skoring
No
|
Keterangan
|
Skor
|
Bobot
|
1
|
Sifat masalah
Skala : Tidak / kurang sehat
Ancaman kesehatan
Keadaan sejahtera
|
3
2
1
|
1
|
2
|
Kemungkinan masalah
dapat diubah
Skala : Mudah
Sebagian
Tidak
|
2
1
0
|
2
|
3
|
Potensial masalah
untuk dicegah
Skala : Tinggi
Cukup
Rendah
|
3
2
1
|
1
|
4
|
Menonjolnya masalah
Skala : Masalah berat harus segera ditangani
Ada masalah tetapi tidak perlu
ditangani
Masalah tidak dirasakan
|
2
1
0
|
1
|
3.1.1
Diagnosa I: Rendahnya kesadaran ibu
tentang pentingnya kebutuhan nutrisi pada ibu menyusui
No
|
Kriteria
|
Perhitungan
|
Skor
|
Pembenaran
|
1
|
Sifat
Masalah
Skala
:
Tidak
/ kurang sehat
|
3/3x1
|
1
|
Bila
keadaan ini tidak segera diatasi akan berpotensi menjadi penyebab penyakit
kepada ibu dan bayi.
|
2
|
Kemungkianan
masalah dapat diubah
Skala
: Sebagian
|
1/2x2
|
1
|
Keadaan
ini sebagian diubah bila ibu mau
merubah kebiasaan pola makan
dan makanan yang bervariasi pada
keluarga
|
3
|
Potensial
masalah untuk dicegah
Skala
: Cukup
|
2/3x1
|
2/3
|
Masalah
ini dapat dicegah bila ada kemauan dari ibu dan keluarga untuk mau merubah pola makan dan makanan yang bervariasi
|
4
|
Menonjol
masalah
Skala : Masalah berat harus segera ditangani
|
2/2x1
|
0
|
keluarga
merasa keadaan tersebut telah berlangsung lama dan biasa saja, karena sudah
menjadi kebiasaan.
|
|
Total
skala
|
|
2 2/3
|
|
3.1.2
Diagnosa II : Rendahnya
Kesadaran Kepemilikan Jamban Sehat Dalam Keluarga
No
|
Kriteria
|
Perhitungan
|
Skor
|
Pembenaran
|
1
|
Sifat
Masalah
Skala
:
Tidak/kurang sehat
|
3/3x1
|
1
|
Bila
keadaan ini tidak segera diatasi akan berpotensi menjadi penyebab penyebaran
penyakit kepada keluarga dan masyarakat sekitar.
|
2
|
Kemungkinan
masalah dapat diubah
Skala
: Tidak dapat
|
0/2x2
|
0
|
Keadaan
ini sulit diubah karena biaya pembuatan jamban yang mahal, dan keluarga tidak
bisa BAB jika BAB di jamban.
|
3
|
Potensial
masalah untuk dicegah
Skala
: Cukup
|
2/3x1
|
2/3
|
Masalah
ini dapat dicegah bila ada kemauan dari keluarga untuk membuat jamban.
|
4
|
Menonjol
masalah
Skala
: Masalah tidak dirasakan
|
0/2x1
|
0
|
keluarga
merasa keadaan tersebut telah berlangsung lama dan biasa saja, karena sudah
menjadi kebiasaan.
|
|
Total
skala
|
|
2
1/3
|
|
1) Ukuran Prioritas Masalah
Berdasarkan analisa prioritas masalah menggunakan
rumus diatas, maka dapat disimpulkan urutan prioritas masalah sebagai berikut :
1. Rendahnya kesadaran ibu tentang pentingnya kebutuhan nutrisi pada ibu menyusui
2. Rendahnya Kesadaran Kepemilikan Jamban Sehat Dalam
Keluarga
3.5
Proses Manajemen Kebidanan
Tanggal : 24 Februari 2014
1)
Diagnosa I : Rendahnya kesadaran ibu
tentang pentingnya kebutuhan nutrisi pada ibu menyusui.
2) Diagnosa
II : Rendahnya Kesadaran Kepemilikan Jamban Sehat Dalam Keluarga
Tujuan
/ kriteria hasil
Setelah
dilakukan asuhan kebidanan selama + 1 jam diharapkan :
a. Jangka pendek :
ibu mengerti dan memahami tentang kebutuhan
nutrisi pada masa menyusui,
dan pentingnya jamban yang sehat.
b. Jangka
panjang : ibu meningkat pola makan dan makanan yang
bervariasi agar dapat memenuhi
kebutuhan nutrisi selama masa menyusui,
dan juga keluarga memiliki jamban sehat (baik
cemplung/kakus sederhana, maupun septic tank).
3)
Intervensi
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Lakukan
pendekatan dengan keluarga
|
Keluarga
dapat kooperatif dan dapat melaksanakan motivasi dari petugas
|
2.
|
Berikan konseling tentang :
a.
Kebutuhan nutrisi pada masa menyusui
b.
Manfaat nutrisi pada masa menyusui
c.
Dampak nutrisi pada ibu menyusui bila tidak terpenuhi
|
Memudahkan
kerjasama dalam memberikan asuhan kebidanan tentang kebutuhan nutrisi pada
Ibu menyusui.
|
3.
|
Kerjasama
dengan kader untuk memberikan penyuluhan tentang kebutuhan nutrisi pada ibu menyusui
|
Untuk
mempermudah pemantauan
|
4.
|
Berikan
konseling tentang:
a.
Pentingnya memilki
jamban sehat.
b.
Masalah-masalah yang
dapat timbul akibat dari tidak baiknya system pengelolaan pembuangan kotoran
manusia.
c.
Syarat jamban sehat
d.
Macam jamban
|
Agar
keluarga tahu pentingnya jamban keluarga berkenaan dengan kesehatan keluarga
|
4)
Implementasi
Tanggal / Jam
|
Kegiatan
|
TTD
|
19
Februari 2013 / 11.20 WIB
|
1.
Melakukan pendekatan
dengan keluarga agar keluarga dapat kooperatif dalam melaksanakan asuhan
kebidanan
|
|
2.
Memberikan penyuluhan
tentang :
a.
Kebutuhan nutrisi pada masa menyusui
b. Manfaat
nutrisi pada masa menyusui
c.
Dampak nutrisi pada
ibu menyusui bila tidak terpenuhi
|
|
|
|
3.
Melakukan kerja sama
dengan kader pada saat
posyandu.
|
|
|
4. Berikan
konseling tentang:
a.
Pentingnya memilki
jamban sehat.
b.
Masalah-masalah yang
dapat timbul akibat dari tidak baiknya system pengelolaan pembuangan kotoran
manusia.
c.
Syarat jamban sehat
d.
Macam jamban
|
|
5)
Evaluasi
Tanggal
24 Februari 2013 Jam : 12.20 WIB
S : Ibu
mengatakan sudah mengerti tentang penjelasan dari petugas
O : Ibu
dapat menjawab pertanyaan yang diberikan.
Keluarga aktif dalam menerima konseling dari petugas.
Ibu bisa mengulangi 50 % dari
penjelasan petugas.
A : Rendahnya
kesadaran ibu
tentang pentingnya kebutuhan nutrisi pada ibu menyusui
Rendahnya kesadaran
keluarga tentang berat badan bawah
garis merah
P : Kerjasama
dengan kader untuk melakukan penyuluhan
3.6
Catatan Perkembangan
BAB
IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Keluarga
merupakan pusat pelayanan secara total karena jika salah satu anggota keluarga
mengalami gangguan maka akan menganggu seluruh sistem yang ada pada keluarga
tersebut, salah satu fungsi kebidanan komunitas adalah melakukan pelayanan
yaitu dengan memberikan asuhan kebidanan pada keluarga yang dilaksanakan di Desa ............. Kecamatan ............ Kabupaten ............... pada
tanggal 24 Februari 2013.
4.2 Saran
4.2.1 Mahasiswa
Mahasiswa
memperoleh pengalaman dalam memecahkan masalah kesehatan yang ada dalam
keluarga terutama masalah kesehatan yang ada dalam masyarakat setempat.
4.2.2 Keluarga
Memperoleh
bantuan tenaga dan pikiran dalam mengatasi masalah kesehatan yang terjadi di
tempat praktek kerja lapangan.
4.2.3 Institusi
Dapat
menambah kapasitas buku di perpustakaan STIKES NU Tuban
No comments:
Post a Comment