BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Diare adalah difekasi dengan jumlah tinja yang lebih
banyak dan biasanya dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cair dapat pula
disertai frekuensi defekasi yang meningkat (Kapita Selekta Jilid I : 2001 :
500).
Penyakit diare hingga kini masih merupakan masalah
utama yang menjadi penyebab kesakitan dan kematian pada anak-anak terutama
balita di Indonesia (Depkes RI, 1996). Hasil survey kesehatan rumah tangga
menunjukkan bahwa diare merupakan penyebab kematian nomor satu pada kelompok
balita. Hal ini sangat dipengaruhi oleh seberapa besar tingkat pengetahuan dan
kesadaran masyarakat utamanya bagi ibu yang memiliki balita tentang pentingnya
kebersihan pada balita.
Di Puskesmas Plumpang angka kejadian diare pada bayi
cukup tinggi, dilihat dari grafik 10 penyakit terbesar, diare masuk urutan ke-3
yang menjadi penyebab terbanyak yaitu faktor makanan dan lingkungan yang kurang
bersih. Untuk itu diharapkan bagi para ibu dan keluarga harus lebih
memperhatikan kebersihan maupun makanan yang akan dikonsumsi bayi agar tidak
terjadi diare.
1.2. Tujuan
1.2.1.
Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa dapat menerapkan asuhan kebidanan
pada bayi dengan diare sesuai dengan pendekatan manajemen kebidanan.
1.2.2.
Tujuan Khusus
a.
Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian / pengumpulan
data subyektif dan obyektif pada bayi “A” dengan diare.
b.
Mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnosa dan masalah
pada bayi “A” dengan diare.
c.
Mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnosa dan masalah
potensial pada bayi “A” dengan diare.
d.
Mahasiswa mampu melaksanakan tindakan segera pada bayi
“A” dengan diare.
e.
Mahasiswa mampu membuat perencanaan pada bayi “A”
dengan diare.
f.
Mahasiswa mampu melakukan rencana yang telah disusun
pada bayi “A” dengan diare.
g.
Mahasiswa mampu mengevaluasi pelaksanaan dan rencana
yang telah diberikan pada bayi “A” dengan diare.
1.3. Ruang Lingkup
Dengan mengingat keterbatasan waktu yang disediakan
dan juga keterbatasan pengetahuan dan penyusunan. Maka laporan ini dibatasi
hanya pada asuhan kebidanan pada bayi “A” umur 8 bulan dengan diare.
1.4. Metode Penulisan
1.4.1.
Praktek Lapangan
Metode yang digunakan berdasar studi kasus yang
ditemukan pada praktek di lapangan.
1.4.2.
Tehnik Pengumpulan Data
Observasi :
Pengamatan dan mencatat tindakan yang dilakukan pada pasian.
Pemeriksaan :
Melakukan pemeriksaan fisik langsung dengan pasien.
Sumber data :
Data primer S :
tanya jawab dengan keluarga.
O
: observasi TTV dan pemeriksaan fisik.
Data sekunder :
dan status pasien.
1.5. Pelaksanaan
Praktek lapangan dilaksanakan pada tanggal 06 Juli –
19 Juli 2009 di Puskesmas Plumpang Tuban.
1.6. Sistematika Penulisan
BAB 1 : Meliputi pendahuluan
yang berisi latar belakang, tujuan, ruang lingkup, metode penulisan,
pelaksanaan, sistematika penulisan.
BAB 2 : Meliputi landasan teori
yang berisi konsep dasar diare dan konsep dasar asuhan kebidanan menurut Hellen
Varney.
BAB 3 : Meliputi tinjauan kasus
yang berisi pengkajian, interpretasi data, diagnosa potensial, kebutuhan
segera, intervensi, implementasi dan evaluasi.
BAB 4 : Meliputi penutup terdiri
dari kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1. Konsep Dasar Diare
2.1.1.
Pengertian
Diare ialah keadaan frekuensi buang air besar lebih
dari 4 kali pada bayi dan 3 kali pada anak (Fitri-net.cpm.blogspot.com/2009).
Diare akut adalah diare yang awalnya mendadak dan
berlangsung singkat dalam beberapa jam sampai 7 atau 14 hari (Kapita Selekta
Jilid I : 500).
Diare adalah buang air besar dengan jumlah tinja yang
lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 ml per jam tinja) dengan tinja
berbentuk cairan atau setengah cair (setengah padat) dapat pula disertai
frekuensi defakasi yang meningkat. Menurut WHO (1980), diare adalah buang air
besar encer atau cair lebih dari 3 kali sehari.
2.1.2.
Etiologi
Infeksi merupakan penyebab utama diare akut, baik oleh
bakteri, parasit, maupun virus. Penyebab lain yang menyebabkan diare akut
adalah toksin dan obat, nutrisi enteral diikuti puasa yang berlangsung lama,
kemoterapi, impaksifekal atau berbagai kondisi lain.
2.1.3.
Patogenesis
Diare akibat infeksi terutama ditularkan secara fekal
oral. Hal ini disebabkan masukan minuman atau minuman yang terkontaminasi tinja
ditambah dengan ekskresi yang buruk, makanan yang tidak matang, bahkan yang
disajikan tanpa dimasak. Penularannya adalah transmisi orang ke orang melalui
aerosolisasi (Norwalk, Rotavirus) tangan yang yeng terkontaminasi, atau melalui
aktivitas seksual. Faktor penentu terjadinya diare akut adalah faktor penyebab
(agent) dan faktor pejamu (host). Faktor pejamu adalah kemampuan pertahanan
tubuh terhadap mikroorganisme yaitu faktor daya tahan tubuh atau lingkungan
himen saluran cerna. Seperti keasaman lambung, motilitas lambung, imunitas,
juga mencakup lingkungan mikroflora usus. Faktor penyebab yang mempengaruhi
patogenesis antara lain daya penetrasi yang merusak sel mukosa, kemampuan
memproduksi toksin yang mempengaruhi sekresi cairan di usus. Serta daya lekat
kuman-kuman tersebut membentuk koloni-koloni yang dapat menginduksi diare.
Patogenesis diare yang disebabkan infeksi bakteri
terbagi dua, yaitu:
1.
Bakteri noniuasif (entero toksigenik).
Toksin yang diproduksi bakteri akan terikat pada mukosa usus halus, namun
tidak merusak mukosa. Toksin meningkatkan kadar siklik amp di dalam sel, menyebabkan
sekresi aktif anion klorida kedalam lumen usus yang diikuti air, ion
karbohidrat, kation, natrium dan kalium. Bakteri yang termasuk golongan ini
adalah v.chloreae, enterotoksigenik, e.coli, c.perfringers, s.aureus dan
vibrio-nonaglutinabel.
2.
Bakteri enteroinvasif
Diare menyebabkan kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi dan
bersifat sekretorik eksudiatif, cairan diare dapat bercampur lendir dan darah.
Bakteri yang termasuk dalam golongan ini adalah enteroinvasive e.coli,
s.paratyphi b, s.typhimurium, s.enteriditis, s.choleraesuis, snigela, yersinia
dan c.perfrigens tipe c.
2.1.4.
Gejala Klinis Diare
Mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu
tubuh meningkat, nafsu makan berkurang, atau tidak ada kemudian timbul diare,
tinja cair dan mungkin disertai lendir dan atau darah. Warna tinja makin lama
berubah menjadi kehijau-hijauan karena seringnya defekasi dan tinja makin lama
makin asam sebagai akibat makin banyaknya asam laktat, yang berasal dari
laktosa yang tidak dapat diabsorbsi usus selama diare.
Gejala muntah dapat terjadi sebelum dan sesudah diare
dan dapat disebabkan oleh lambung yang turut meradang atau akibat gangguan
keseimbangan basa dan elektrolit. Bila penderita telah kehilangan banyak cairan
dan elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai tampak. BB turun, turgor kulit
berkurang, mata dan ubun – ubun besar menjadi cekung, selaput lendir bibir dan
mulut serta kulit tampak kering.
Menurut lama waktu, diare di bagi menjadi
1.
Diare Ringan
-
Diare akut berlangsung sekitar 3 – 5 hari.
-
Frekuensi BAB berkurang dengan bentuk dan konsistensi
cair, berlendir / berdarah.
-
Dapat juga disertai muntah, anoreksia, panas, kembung.
-
Keadaan pada diare akut : ubun – ubun besar agak
cekung, mata agak cekung, bibir agak kering.
2.
Diare sedang
-
Lama diare sedang melewati masa diare sekitar 5 – 7
hari
-
Disertai muntah, kembung, frekuensi BAB bertambah
dengan bentuk dan konsistensi cair, berlendir dan berdarah
-
Keadaan pada diare sedang : ubun – ubun besar cekung,
mata cekung, bibir kering, turgor menurun, gelisah, pernafasan cepat, nadi
cepat.
3.
Diare Berat
-
Berlangsung lebih dari 2 minggu, disertai infeksi dan
gangguan gizi.
-
Frekuensi BAB bertambh dengan bentuk dan konsistensi
pernafasan cepat dan dalam.
-
Ubun – ubun cekung sekali, mata cekung sekali, turgor
kulit menurun, bibir kering.
2.1.5.
Pencegahan Diare
Kuman yang menyebabkan diare disebarkan melalui jalan
fecal-oral, misalnya melalui air yang tercemar, makanan dan tangan yang tidak
bersih oleh karenanya cara-cara untuk mencegah diare ditujukan untuk memutus
jalan ini.
Menurut Depkes RI 1996 cara-cara rekening yang
diketahui efektif adalah:
1.
Memberikan hanya ASI saja kepada bayi selama 4 - 6
bulan pertama kehidupan.
2.
Menjaga dan memelihara kebersihan botol susu.
3.
Mencuci tangan setelah buang air besar dan sebelum
menyuapkan makanan atau minuman.
4.
Membuang tinja yang aman, termasuk tinja bayi dalam
jamban.
Cara-cara yang dapat memperbaiki pertahanan dan
mengurangi resiko diare antara lain dengan imunisasi campak, meneruskan
pemberian ASI paling tidak selama dua tahun dan memperbaiki status gizi dengan
lebih sering memberi anak-anak makanan pendamping ASI yang lebih bergizi.
2.1.6.
Penatalaksanaan
Tiga cara dasar terapi dirumah adalah (Arif Mansjoer,
2000).
1.
Berikan anak lebih banyak cairan dari pada biasanya
untuk mencegah dehidrasi.
a.
Gunakan cairan rumah tangga yang dianjurkan seperti
cairan oralit, makanan cair (sup, air tajin, yoghurt) atau air matang.
b.
Berikan larutan tersebut sebanyak anak mau dan teruskan
pemberian hingga diare berhenti.
2.
Beri anak makan untuk mencegah kurang gizi.
a.
Teruskan ASI atau susu yang biasa diberikan.
b.
Untuk anak < 6 bulan dan belum mendapat makanan,
dapat diberikan susu yang dicairkan dengan air yang sebanding selama 2 hari.
c.
Bila anak > 6 bulan / lebuh mendapat makanan
padat:
1)
Berikan bubur atau campuran tepung lainnya.
2)
Berikan sari buah segar atau pisang halus untuk
menambah kalsium.
3)
Dorong anak untuk makan, berikan makanan sedikitnya 6x
/ sehari.
4)
Berikan makanan yang sama setelah diare berhenti dan
berikan makanan tambahan setiap hari selama 2 minggu.
3.
Bawa anak ke petugas bila tidak membaik dalam 3 hari
atau bila timbul:
-
Buang air besar sering kali.
-
Muntah berulang-ulang.
-
Sangat haus sekali.
-
Makan / minum sedikit.
-
Tinja berdarah.
Cara membuat oralit:
1.
Sediakan satu gelas air yang telah dimasak atau air teh
(200cc).
2.
Masukkan satu bungkus oralit 200cc.
Cara memberi oralit:
1.
Berikan dengan sendok / gelas.
2.
Berikan sedikit-demi sedikit sampai habis / hingga
tidak kelihatan haus.
3.
Bila muntah dihentikan sekitar 10 menit kemudian
lanjutkan dengan sabar sesendok setiap 2 / 3 menit.
4.
Walaupun diare berlanjut, oralit tetap diteruskan.
5.
Bila gelas pertama habis buatkan gelas berikutnya.
6.
Larutan oralit jangan disimpan lebih dari 24 jam.
2.2. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan menurut
Hellen Varney
Dalam melaksanakan proses managemen kebidanan ini
menggunakan 7 langkah menurut Hellen Varney, yaitu:
1.
Pengkajian.
Adalah pengumpulan data lengkap untuk mengevaluasi pasien yaitu memeriksa
untuk memperoleh data yang diberikan untuk menilai keadaan secara lengkap,
pengumpulan data ini meliputi:
A.
Data subyektif.
1)
Identitas / biodata.
-
Nama; meliputi nama ibu dan suami agar dapat pengenal
dan membedakan dengan bayi lain.
-
Umur; untuk mengetahui sudah berapa lama bayi lahir
sehingga bisa lebih mudah menentukan kebutuhan bayi dengan baik.
-
Jenis kelamin bayi; agar dapat mengenal dan tidak
keliru dengan klien lain, jika kemungkinan banyak kesamaan biodata dengan klien
lain.
-
Berat dan panjang badan; untuk mengetahui adat kebiasaan
dan mempermudah dalam memberikan asuhan.
-
Agama; dengan mengetahui agama klien akan lebih mudah
memecahkan masalahnya.
-
Pendidikan; untuk mempermudah melakukan komunikasi dan
memberikan motivasi sesuai tingkat pengetahuan.
-
Pekerjaan; untuk mengetahui sejauh mana pekerjaan
dengan masalah kesehatan dan pembiayaan serta menunjukkan ekonomi dan dapat
mempengaruhi kesehatan.
-
Alamat; untuk mempermudah hubungan bila mendesak dan
untuk mengetahui keadaan lingkungan tempat tinggal dan mempermudah kunjungan.
2)
Keluhan utama.
Untuk mengetahui keluhan klien apakah kunjungan datang untuk memeriksakan
keadaan atau yang lainnya.
3)
Riwayat prenatal (kehamilan)
Meliputi riwayat penyakit kehamilan sekarang dan kebiasaan waktu hamil.
4)
Riwayat intranatal.
Meliputi riwayat penyakit kehamilan yaitu jenis persalinan ditolong siapa
dan kapan persalinan terjadi.
5)
Riwayat keluarga.
Adakah keturunan kembar dan keluarga, adakah yang menderita penyakit
menurun, menular dan menahun.
B.
Data Obyektif
1.
Pemeriksaan Umum
Keadaan umum dan tanda-tanda vital, meliputi keadaan umum bayi, suhu,
pernafasan, nadi dan berat badan sekarang.
2.
Pemeriksaan khusus
Pemeriksaan ini dilakukan dengan teknik inspeksi, palpasi dan auskultasi
dari kepala hingga kaki untuk mengetahui normal atau terdapat kelainan.
II. Diagnosa
Langkah ini diambil berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
pada pasien.
Diagnosa : Bayi A usia 8 bulan dengan diare.
Ds : Diperoleh dari keterangan keluarga.
Do : Diperoleh dari hasil pemeriksaan.
III. Diagnosa, masalah potensial
Langkah ini diambil berdasarkan diagnosa atau masalah yang telah
ditemukan berdasarkan data yang ada kemungkinan menimbulkan keadaan yang lebih
parah.
IV. Kebutuhan
segera
Mencakup tentang tindakan segera untuk menangani diagnosa / masalah.
V. Intervensi
Berisi asuhan-asuhan yang akan diberikan kepada klien berdasarkan
diagnosa / masalah.
VI. Implementasi
Berisi tentang asuhan yang telah diberikan kepada klien berdasarkan
intervensi yang telah disusun sebelumnya.
VII.Evaluasi
Langkah ini merupakan cara untuk mengevaluasi asuhan yang telah diberikan
apakah telah memenuhi kebutuhan asuhan yang dibutuhkan dan diperlukan
pengulangan atau perbaikan jika asuhan belum efektif.
BAB 3
TINJAUAN KASUS
I.
Pengkajian
Diagnosa tanggal : 09 Juli 2009 Jam : 20.15 WIB Oleh :Lizayati
A.
Data Subyektif
1.
Identitas klien
Nama : An “A”
Jenis kelamin : Laki-laki
Tempat, tanggal lahir : Plumpang,
14 – 11 – 2008
Umur : 8 bulan
Anak ke : 1 (satu)
Nama ibu : Ny “Y” -
Nama ayah : Tn “S”
Umur : 22 th -
Umur : 25 th
Pendidkan : SMA -
Pendidikan : SMA
Agama : Islam -
Agama : Islam
Pekerjaan : Penjaga toko -
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Plumpang -
Alamat : Plumpang
No. register : -
Diagnosa medis : Diare
2.
Riwayat keperawatan
a.
Riwayat keperawatan sekarang
-
Keluhan utama
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien panas 2 hari, BAB cair + 4
kali pada pagi hari disertai muntah 2 kali.
-
Lama keluhan
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien mulai tadi pagi BAB cair +
4 kali disertai muntah 2 kali.
-
Akibat timbulnya keluhan
Keluarga pasien mengatakan bahwa ia tidak mengetahui penyebab cucunya
diare karena kesehariannya pasien minum susu Laktona dan bubur Sun.
-
Faktor yang memperkuat
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien BAB + 4 kali pada pagi
hari disertai keadaan yang gelisah dan rewel.
-
Upaya untuk mengatasi
Keluarga pasien mengatakan sudah membawa pasien ke Bidan, terus Bidan
menganjurkan agar pasien dibawa ke Puskesmas Plumpang untuk pengobatan lebih
lanjut.
b.
Riwayat keperawatan sebelumnya
-
Prenatal
Keluarga pasien mengatakan selama hamil ibu pasien selalu memeriksakan
kehamilannya di bidan desa. Pada saat hamil ibu pasien tidak pernah menderita
penyakit apapun. Ibu pasien juga tidak mempunyai kebiasaan minum jamu, maupun
merokok selama hamil.
-
Natal
Keluarga pasien mengatakan bayi lahir dengan usia 8 bulan, lahir spontan
B dengan BB 3400 gram PB 51 cm, tidak ada kelainan maupun komplikasi saat
persalinan, ibu bersalin di polindes ditolong oleh bidan.
-
Post natal
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien tidak pernah menderita diare.
-
Riwayat operasi
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak pernah menjalani operasi apapun.
-
Alergi
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mempunyai mempunyai alergi
terhadap makanan maupun obat-obatan.
-
Tumbuh kembang
Keluarga pasien mengatakan pada masa pertumbuhan dan perkembangan pasien
tidak mempunyai alergi terhadap makanan maupun obat-obatan.
-
Imunisasi
Keluarga mengatakan pasien mendapat imunisasi sebagai berikut:
No.
|
Vaksin
|
Usia
|
1
|
BCG
|
1 bulan
|
2
|
Hepatitis
|
Saat lahir, 2 bulan, 3 bulan, 4
bulan
|
3
|
DPT
|
2 bulan, 3 bulan, 4 bulan
|
4
|
Polio
|
1 bulan, 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan
|
5
|
Campak
|
Belum dapat ( 1 minggu lagi )
|
-
Status gizi
Keluarga pasien mengatakan selalu mengikuti Posyandu dan hasil
penimbangan BB selalu bertambah sesuai jalur dalam KMS, BB sekarang 10 kg.
-
Psikologi dan interaksi
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien saat dirumah selalu bermain
dengan mainan-mainan dan neneknya atau teman-temannya.
c.
Riwayat kesehatan keluarga
-
Komposisi keluarga
Keluarga pasien mengatakan keluarganya terdiri dari nenek, kakek dan
pasien, orang tua pasien berada di Jakarta.
-
Lingkungan rumah dan komunitas
Keluarga pasien mengatakan tempat / rumahnya terdiri dari 4 kamar, ruang
tamu, dapur, ada 4 cendela dan pintu, kamar mandi dan wc berada di belakang.
-
Kultur dan kepercayaan
Keluarga pasien mengatakan tidak mempunyai kebiasaan yang aneh-aneh, jika
pasien demam keluarga langsung ke bidan, tidak ada pantang pada makanan yang
dikantungi.
-
Fungsi dan hubungan keluarga
Keluarga pasien mengatakan hubungan antara pasien keluarga sangat baik.
-
Perilaku yang dapat mengurangi kesehatan
Keluarga pasien mengatakan tidak ada kebiasaan / perilaku yang
mempengaruhi kesehatan.
-
Persepsi keluarga tentang penyakit
Keluarga pasien mengatakan bahwa ia sudah mengetahui sedikit banyak
tentang penyakit misalnya jika anak diaer segera memeriksakan ke bidan.
3.
Pola fungsi kesehatan
a.
Pola nutrisi
Di rumah : keluarga pasien mangatakan bahwa pasien minum susu Lactona + 4 botol/hari dan bubur Sun.
Di Puskesmas : keluarga pasien mangatakan bahwa selama di Puskesmas
pasien tetap minum susu botol Lactona.
b.
Pola eliminasi
Di rumah : keluarga pasien mengatakan BAB + 4 x sehari, BAK +
5 x sehari.
Di Puskesmas : keluarga pasien mengatakan BAB cair + 1 x sehari.
c.
Pola istirahat / tidur
Di rumah : keluarga pasien mengatakan bahwa pasien sudah terbiasa tidur
siang selam 1 jam, tidur malam mulai jam 19.00 sampai jam 05.00 WIB.
Di Puskesmas : kelaurga pasien mengatakan bahwa pasien sulit untuk tidur.
d.
Pola aktifitas
Dirumah : Keluarga pasien mengatakan pasien bebas berkatifitas jika
berada dalam rumah.
Di Puskesmas : Keluarga pasien mengatakan pasien cuma berbaring di tempat
tidur, kadang-kadang digendong.
B.
Data Obyektif
1.
Pemeriksaan umum
Keadaan umum : lemah
Suhu : 37,6OC
Pernafasan : 24 x/mnt
HR : 100 x/mnt
BB : 10 kg
2.
Pemeriksaan fisik
a.
Inspeksi
Kepala : Rambut
tipis, bersih.
Muka : Warna sedikit
pucat.
Mata : Simetris,
sklera putih.
Telinga : Tidak
ada penumpukan serumen, dan daun telinga sudah kaku.
Mulut : Bibir
kering dan pucat, tidak ada labioskisis.
Leher : Tidak
ada pembesaran vena jugularis, kelenjar tiroid, kelenjar limfe.
Dada : Simetris,
datar, tidak ada tarikan intrakosta.
Abdomen : Tidak
kembung, turgor kulit menurun.
Punggung : Simetris,
tidak ada psina bifida, tidak skeliosis, lordosis maupun kifosir.
Ekstremitas : Lengkap,
tidak ada sindaktili, polidaktili, peruanus dan perualgus.
Genetalia : Tidak
ada kelainan.
Anus : Tidak ada
afresia ani dan afresia rekati dan tidak ada ruam popok.
b.
Palpasi
Leher : Tidak
ada pembesaran vena jugularis, kelenjar tiroid, kelenjar limfe.
Abdomen : Tidak
kembung dan tidak ada pembesaran hepar.
c.
Auskultasi
Dada : Tidak ada wizing, ronki ataupun stiedor.
II. Interpretasi Data
Diagnosa : Bayi
“A” usia 8 bulan dengan diare.
DO : Keluarga pasien
mengatakan bahwa pasien BAB cair + 4 x pada pagi hari disertai
muntah-muntah 2 x.
DO : K/u :
lemah
S
: 37,0OC
HR
: 100 x/mnt
RR : 24 x/mnt
Turgor
kulit : menurun
Bibir
kering dan pucat
III. Identifikasi Masalah Potensial
-
IV. Identifikasi Tindakan Segera
-
V. Intervensi
Tanggal :
09 Juli 2009 Jam : 20.30 WIB
Diagnosa : Bayi “A” usia 8 bulan dengan diare
Tujuan : setelah
dilakukan asuhan kebidanan 1 x 24 jam diharapkan keadaan bayi membaik dengan
BAB tidak cair dan frekuensi BAB tidak lebih dari 4x.
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Yakin komunikasi
krapentik dengan keluarga pasien
|
Agar keluarga pasien / pasien
lebih kooperatif kita untuk mengetahui keadaan pasien agar keluarga
mengetahui kondisi pasien memberikan terapi yang tepat memenuhi kebutuhan
pasien.
|
2.
|
Lakukan
pemeriksaan fisik
|
|
3.
|
Jelaskan hasil
pemeriksaan
|
|
4.
|
Kolaborasi
dengan dokter
|
|
5.
|
Laksanakan
advis dokter
|
|
6.
|
Berikan HE
tentang:
-
Nutrisi
-
Aktivitas personal higiene
|
VI. Implementasi
No.
|
Tanggal/Jam
|
Pelaksanaan
|
TTD
|
1.
|
09
Juli 2009
22.40
|
-
Menjalin komunikasi terapentik dengan keluarga pasien
dengan cara memberitahu tentang semua tindakan yang dilakukan.
-
Melakukan pemeriksaan fisik.
-
Menjelaskan hasil pemeriksaan pada keluarga.
-
Melakukan kolaborasi dengan dokter akan pemberian
terapi:
Cefotaxime 3 x
1/5 à
1 mg diaplos 5 cc à 1 cc
Antrain 3
x 1/5 à
0,2 ml
|
|
|
22.00
|
-
Melaksanakan advis dokter
Cefotaxime 3 x
1/5 à
1 cc
Antrain 3
x 1/5 à
0,2 ml
-
Memberikan HE tentang
§
Nutrisi: menganjurkan keluarga tetap untuk
memberikan susu pada bayi tapi diencerkan , jika masih BAB cair stop
pemberian susu.
§
Aktifitas: menganjutkan keluarga supaya
menjaga pola istirahatnya.
§
Personal higiene: menganjutkan keluarga
mengganti popok / celana dalam tiap kali basah / jika terkena BAK dan
BAB-nya.
|
|
|
04.00
|
-
Mengganti cairan infus RL 20 tetes micro / menit.
|
|
|
05.00
|
-
Melakukan TTV: nadi: 100 x/mnt, S = 364 OC
k/u : lemah
|
|
2.
|
10
Juli 2009
22.00
|
-
Melaksanakan advis dokter:
Cefotaxime 3 x
1/5 à
1 cc
Antrain 3
x 1/5 à
0,2 ml
|
|
|
05.00
|
-
Melakukan TTV: nadi: 100 x/mnt, S = 36 OC
k/u : baik
|
|
VII. Evaluasi
Tanggal: 10 Juli 2009 Jam
: 06.00 WIB
S : Keluarga pasien mengatakan pasien sudah tidak BAB cair lagi.
O : k/u : lemah
Nadi
: 100 x/mnt
Suhu
: 364 OC
RR :
24 x/mnt
A : Bayi “A” usia 8 bulan dengan diare.
P : - Lanjutkan terapi dan pemberian cairan (infus).
- Berikan HE
tentang; nutrisi, istirahat, personal hygiene.
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal: 11 Juli 2009 Jam
: 06.00 WIB
S : Keluarga
pasien mengatakan pasien sudah tidak BAB cair lagi dan keadaannya sudah membaik.
O : k/u : baik
Nadi
: 100 x/mnt
Suhu
: 36 OC
RR :
24 x/mnt
A : Bayi “A” usia 8 bulan dengan diare.
P : - Rencana pulang.
- Lepas infus.
- Lanjutkan
pengobatan di rumah.
BAB 4
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Diare merupakan keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada
bayi dan 3 kali pada anak. Ethiologi karena bakteri, parasit ataupun asupan
virus.
Gejala awal, bayi tampak cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu
makan berkurang kemudian timbul diare.
Penatalaksanaan dapat dilakukan dengan memberikan lebih banyak cairan
dari pada biasanya untuk mencegah dehidrasi, memberi anak makan untuk mencegah
kurang gizi.
Bawa anak ke tenaga kesehatan bila tidak membaik dalam 3 hari atau bila
BAB bertambah sering, muntah berulang dan demam.
No comments:
Post a Comment