Tuesday 24 November 2020

askeb post sc

 

ASUHAN KEBIDANAN

PADA NY “M” P2002 HARI KE-1 POST SEKSIO CAESAREAE

DI RUANG IRNA RSNU TUBAN

TANGGAL 28 JANUARI – 9 FEBRUARI 2013

 

 

 

logo stikes new 08 warna
 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Disusun oleh :

 

 

 

 

 

NUR HIDAYATI

NIM. 11.09.1.149.0616

 

 

 

 

 

 

 

 

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NAHDATUL ULAMA TUBAN

PRODI   D-III KEBIDANAN

Jl.P.DIPONEGORO No.17  TUBAN Telp (0356) 321287

 

 
TAHUN AJARAN 2013/2014

LEMBAR PENGESAHAN

 

Asuhan Kebidanan pada Ny “L” P2002 Hari ke-1 Post vacum ekstraksi di Ruang RSAB Muhammadiyah Tuban, disetujui dan disahkan oleh pembimbing praktek dan pembimbing akademik pada tanggal            Maret 2014.

 

 

 

 

 

Mengetahui

Kepala Ruangan

Mina RSAB Muhammadiyah Tuban

 

 

 

ANIS, Amd.Keb

 

Pembimbing Praktek

 

 

 

 

 

ISKANDARIYATI, SST

 
 

 

 

 

 


                                

 

 

 

 

Pembimbing Akademik

 

 

 

 

DWI KURNIA PS., S.Keb

 
 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


KATA PENGANTAR

           

Segala puji bagi Allah SWT yang menghiasi nurani hamba-hambanya dengan cahaya hidayah, dan mendidik  jiwa mereka dengan keindahan. Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat-Nya, karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, Asuhan kebidanan pada Ny ”L” P2002 hari ke-1 Post vacum ekstraksi dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Tidak lupa pula shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Muhammad SAW. Semoga sejahtera tetap terlimpahkan untuk keluarga baginda, Para sahabat dan pengikutnya hingga akhir zaman.

            Dalam pembuatan laporan ini, penulis berusaha dan berupaya semaksimal mungkin untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan, logika dan prinsip-prinsip ilmiah yang telah penulis peroleh selama dalam masa pendidikan di bangku perkuliahan, serta tidak lepas pula dari bimbingan, arahan serta dukungan materi maupun spiritual dari berbagai pihak. Semoga bimbingan dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis dijadikan amal yang sholeh oleh Tuhan Yang Maha Esa. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1.   dr. Didik Suharsoyo, M.M.MARS selaku Direktur  RSNU TUBAN, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan praktek di RSNU TUBAN.

2.   H. Miftahul Munir, SKM ., M. Kes, selaku Ketua STIKES Nahdlatul Ulama Tuban yang telah memberikan berbagai fasilitas untuk penyusunan tugas penulis.

3.   Wiwik Muanah, Amd.Keb, Selaku kepala ruangan IRNA RSNU TUBAN yang telah memberikan kesempatan dan bimbingan kepada penulis selama melaksanakan praktek.

4.   Luluk Trisnowati, Amd.Keb, Selaku Pembimbing Praktek Klinik yang telah memberikan bimbingan selama melaksanakan praktek.

5.   Eva Silviana R. SKM, selaku Ketua Program Studi D-III Kebidanan STIKES Nahdlatul Ulama Tuban.

6.     Eva Silviana R. SKM, Lilia Faridatul F, Amd.Keb, Nikita Welandha, Amd.Keb, Selaku pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan dan dukungan selama praktek.

7.   Seluruh staff dan karyawan di Ruang IRNA RSNU TUBAN atas bantuan dan bimbingannya.

8.   Orang Tua kami yang telah banyak memberikan dukungan moral, spiritual.

9.   Teman-teman yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas Laporan Penyuluhan.

10.  Dan berbagai pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan tugas Laporan Penyuluhan .

Tiada gading yang tak retak, maka dalam pembuatan laporan ini, penulis menyadari adanya kekurangan baik dari segi penulisan maupun isi pembahasan, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembimbing dan pembaca sangat penulis harapkan, demi kesempurnaan pembuatan laporan selanjutnya. Harapan penulis semoga lebih banyak lagi minat pembaca laporan yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi  penulis pada khususnya dan Mahasiswa STIKES NU TUBAN.

 

Tuban, 05 Februari 2013

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1    Latar Belakang

Pada masyarakat masa nifas dipandang sebagai masa yang tidak rawan terhadap keadaan ibu setelah melahirkan, padahal angka kematian ibu terbesar terjadi saat masa nifas, yaitu 19.500 – 20.000 setiap tahunnya atau setiap 26 -27 menit sekali penyebabnya adalah perdarahan 30,5 %, infeksi 22,5%, anastesia 12,0%, di masa lampau perawatan purperium sangat konservatif dimana purperium diharuskan tidur terlentang selama 40 hari, kini perawatan purperium lebih aktif dengan menganjurkan untuk mobilisasi dini. Dalam periode sekarang ini asuhan masa nifas sangat diperlukan karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayi. Diperkirakan 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama (Prawirohardjo, 2005).

Masa nifas atau purperium adalah suatu masa yang dimulai setelah persalinan selesai dan berakhir setelah 42 hari atau 6 minggu, akan tetapi seluruh alat genetalia baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan (sarwono, 2002 )

Dalam masa nifas ibu mengalami perubahan perubahan pada alat genetalianya yang biasanya disebut dengan involusi  yang artinya perubahan alat alat genetalia interna dan eksterna  menjadi pulih seperti sebelum hamil, 

Oleh karena itu dalam masa nifas diperlukan pengawasan secara ketat dan perawatan yang baik untuk mengurangi terjadinya komplikasi pada ibu dan hal ini dapat menurunkan AKI ,untuk itu penulis tertarik membahas tentang asuhan kebidanan yang diberikan pada ibu post partum,  Dalam hal ini asuhan persalinan normal sangat penting karena mempunyai tujuan menjaga kelangsungan hidup dan memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui upaya yang terintegrasi dari lengkap tetapi dengan intervensi yang seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada per tingkat yang diinginkan (optimal) (APN. 2007 : 3).

 

1.2    Tujuan

1.2.1   Tujuan Umum

Tujuan pembuatan laporan ini di harapkan mahasiswa melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu post partum dengan persalinan vacuum ekstraksi.

1.2.2   Tujuan Khusus

Setelah melakukan praktek kebidanan ini diharapkan :

1.      Mampu melakukan pengkajian yaitu mengumpulkan data subyektif dan obyektif pada Ny “L” P20002 post partum hari ke-1 dengan persalinan vakum ekstraksi.

2.      Mampu mengidentifikasi masalah pada Ny “L” P20002 post partum hari ke-1 dengan persalinan vakum ekstraksi.

3.      Mampu mengidentifikasi masalah potensial pada Ny “L” P20002 post partum hari ke-1 dengan persalinan vakum ekstraksi.

4.      Mampu memberikan tindakan segera Ny “L” P20002 post partum hari ke-1 dengan persalinan vakum ekstraksi.

5.      Mampu merencanakan tindakan sesuai dengan prioritas masalah pada Ny “L” P20002 post partum hari ke-1 dengan persalinan vakum ekstraksi.

6.      Mampu melakukan tindakan berdasarkan rencana pada Ny “L” P20002 post partum hari ke-1 dengan persalinan vakum ekstraksi.

7.      Mampu mengevaluasi dari tindakan yang telah dilakukan pada Ny “L” P20002 post partum hari ke-1 dengan persalinan vakum ekstraksi.

 

1.3    Ruang Lingkup

Dalam laporan asuhan kebidanan ini kami membatasi pada Ny “L” P20002 post partum hari ke-1 dengan persalinan vakum ekstraksi di Ruang Mina RSAB Muhammadiyah Tuban.

 

1.4    Metode Penulisan

1.4.1        Rencana Penelitian

Metode yang dipelajari dalam meyusun laporan ini adalah metode deskripsi berapa studi kasus, yaitu membadingkan studi dengan kasus yang nyata di lapangan.

1.4.2        Tempat pengambilan Data

Laporan ini diambil di ruang Mina RSAB Muhammadiyah Tuban.

1.4.3        Teknik Pengambilan Data

a.    Wawancara

Anamnese langsung dengan klien serta keluarganya.

b.    Observasi

Mengamati langsung kondisi klien, meliputi tanda-tanda vital.

c.    Pemeriksaan Fisik

Melakukan pemeriksaan menyeluruh, yaitu mulai dari inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi serta pemeriksaan menunjang lainnya.

d.   Studi Kepustakaan

Data diperoleh dari status pasien dan buka yang berhubungan dengan post partum dengan persalinan vacum ekstraksi.

 

1.5    Pelaksanaan

Praktek lapangan ini dilaksanakan di ruang Mina RSAB Muhammadiyah Tuban mulai tanggal 17 Maret29 Maret 2014

 

1.6    Sistematika Penulisan

BAB 1             : Berisikan latar belakang, tujuan, ruang lingkup, metode

penulisan, pelaksanaan dan sistematika penulisan

BAB 2             : Berisikan konsep dasar sesuai dengan kasus atau asuhan

kebidanan yang diambil Konsep dasar asuhan kebidanan menurut hellen varney

BAB 3             : Berisikan tentang pengkajian, diagnosa atau masalah potensial,

tindakan segera atau kolaborasi, intervensi atau perencanaan, implementasi atau pelaksanaan dan Evaluasi

BAB 4             : Berisikan kesimpulan dan saran

Daftar Pustaka.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 

2.1     Konsep Dasar Nifas

2.1.1   Pengertian

Masa nifas (postpartum/ puerperium) berasal dari bahasa latin yaitu dari kata “Puer” yang artinya bayi dan “Parous” yang berarti melahirkan. Masa nifas dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, biasanya berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan. Periode pasca persalinan meliputi masa kritis bagi ibu, bayi dan keluarganya secara fisiologis, emosional dan sosial.

Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Abdul Bari. S, dkk, 2002).

Masa nifas (puerperium) adalah di mulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6-8 minggu. Masa dilakukan untik menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir dan untuk mencegah, mendeteksi, dan menangani masalah-masalah yang terjadi.(Prawirohardjo, 2008).

Masa nifas adalah dimulai setelah melahirkan plasenta dan berakhir ketika alat-alat reproduksi kembali seperti keadaan semula sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu (Prawirohardjo, 2006)

Masa nifas adalah masa pulihnya kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lama masa nifas ini sekitar 6-8 minggu. (Mochtar, Rustam : 2005)

Masa nifas (puerperium) adalah waktu yang diperlukan untuk dipulihkan alat kandungan pada keadaan yang normal, yang berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari (Manuaba, 2007)

Nifas atau puerperium adalah periode waktu atau masa dimana organ-organ reproduksi kembali kepada keadaan tidak hamil. Masa ini membutuhkan waktu sekitar enam minggu (Farrer, 2007).

 

2.1.2   Periode Nifas

a.    Pueperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama islam, dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari

b.    Pueperium Intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu

c.    Remote pueperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih kembali dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan.

2.1.3   Tujuan Asuhan Masa Nifas

1.    Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologik.

2.    Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mangobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.

3.    Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat.

4.    Memberikan pelayanan keluarga berencana. (Prawirohardjo, 2007).

 

2.1.4   Perubahan-perubahan yang Terjadi Masa Nifas

Selama hamil, terjadi perubahan pada sistem tubuh wanita, diantaranya terjadi perubahan pada sistem reproduksi, sistem pencernaan, sistem perkemihan, sistem musculoskeletal, sistem endokrin, sistem kardiovaskuler, sistem hematologi, dan perubahan pada tanda-tanda vital.

Pada masa postpartum perubahan-perubahan tersebut akan kembali menjadi seperti saat sebelum hamil.Adapun perubahannya adalah sebagai berikut :

1.    Sistem Reproduksi

a.    Uterus

Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil. Involusi Uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan bobot hanya 60 gram. Proses involusio uterus adalah sebagai berikut:

-  Autolysis

Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot uterine. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah mengendur hingga panjangnya 10 kali panjang sebelum hamil dan lebarnya 5 kali lebar sebelum hamil yang terjadi selama kehamilan.

-  Terdapat polymorph phagolitik dan macrophages di dalam system vascular dan system limphatik.

-   Efek oksitosin

Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterin sehingga akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi situs atau tempat implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan.

 

 

Waktu

Bobot Uterus

Diameter Uterus

Palpasi Serviks

Pada akhir persalinan

900 gram

12,5 cm

Lembut/lunak

Akhir minggu ke-1

450 gram

7,5 cm

2 cm

Akhir minggu ke-2

200 gram

5,0 cm

1 cm

Akhir minggu ke-6

60 gram

2,5 cm

Menyempit

 

Waktu

TFU

Setelah bayi lahir

Setinggi pusat

Setelah uri lahir

1 jari bawah pusat

1-2 hari

2 jari bawah pusat

3-4 hari

3 jari bawah pusat

5-6 hari

Pertengahan simpisis pusat

7 hari

3 di atas simpisis

8 hari

2 di atas simpisis

9 hari

1 di atas simpisis

10 hri

Tidak teraba lagi

 

Dengan adanya involusi uterus, maka lapisan luar dari desidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi necrotic (layu/mati). Desidua yang mati akan keluar bersama dengan sisa cairan. Campuran antara darah dan desidua tersebut dinamakan lochea, yang biasanya berwarna merah muda atau putih pucat.

Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada vagina normal. lochea mempunyai bau yang amis (anyir) meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. lochea mengalami perubahan karena proses involusi. Pengeluaran lochea dapat dibagi berdasarkan waktu dan warnanya, seperti pada tabel berikut ini:

Lochea

Waktu

Warna

Ciri-ciri

Rubra

1-3 hari

Merah kehitaman

Terdiri dari sel desidua, verniks caseosa, rambut lanugo, sisa mekoneum dan sisa darah

Sanginolenta

3-7 hari

Putih bercampur merah

Sisa darah bercampur lender

Serosa

7-14 hari

Kekuningan/ kecoklatan

Lebih sedikit darah dan lebih banyak serum, juga terdiri dari leukosit dan robekan laserasi plasenta

Alba

>14 hari

Putih

Mengandung leukosit, selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang mati

 

b.    Perubahan Ligamen

Setelah bayi lahir, ligamen dan diafragma pelvis fasia yang meregang waktu  kehamilan dan saat melahirkan, kembali seperti sedia kala. Perubahan  ligamen yang dapat terjadi pasca melahirkan antara lain : ligamentum rotundum menjadi kendor yang mengakibatkan letak uterus menjadi  retrofleksi; ligamen, fasia, jaringan penunjang alat genetalia menjadi agak kendor.

c.    Perubahan pada Serviks

Segera setelah melahirkan, serviks menjadi lembek, kendor, terkulai dan berbentuk seperti corong. Hal ini di sebabkan korpus uteri berkontraksi sedangkan serviks tidak berkontraksi, sehingga perbatasan antara korpus dan serviks uteri berbentuk cincin. Warna serviks merah kehitam-hitaman karena   penuh pembuluh darah. Segera setelah bayidilahirkan, tangan pemeriksa masih dapat dimasukan 2–3 jari dan setelah 1 minggu hanya 1 jari saja yang dapat masuk.

Oleh karena hiperpalpasi dan retraksi serviks, robekan serviks dapat sembuh, Namun demikian, selesai involusi, ostium eksternum tidak sama waktu  sebelum hamil. Pada  umumnya ostium eksternum lebih besar tetap ada retak-retak dan robekan-robekan pada pinggirnya, terutama pada pinggir sampingnya.

d.   Perubahan Pada Vulva, Vagina dan Perineum

Selama proses persalinan vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan, setelah beberapa hari persalinan kedua organ ini kembali dalam keadaan kendor. Rugae timbul kembali pada minggu ke tiga. Himen tampak sebagai tonjolan kecil dan dalam proses pembentukan berubah menjadi  karankulae mitiformis yang khas bagi wanita multipara. Ukuran vagina akan selalu lebih besar dibandingkan keadaan saat sebelum persalinan pertama.
Perubahan pada perineum pasca melahirkan terjadi pada saat perineum  mengalami robekan. Robekan jalan lahir dapat terjadi secara spontan ataupun dilakukan episiotomi dengan indikasi tertentu.

Meskipun demikian, latihan otot perineum dapat mengembalikan tonus tersebut dan dapat mengencangkan vagina hingga tingkat tertentu. Hal ini dapat dilakukan pada akhir puerperium dengan latihan harian.

e.    Payudara

Perubahan pada payudara dapat meliputi :

-  Penurunan kadar progesteron secara tepat dengan peningkatan hormon prolaktin setelah persalinan.

-  Kolostrum sudah ada saat persalinan produksi Asi terjadi pada hari ke-2 atau hari ke-3 setelah persalinan.

-  Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda mulainya proses laktasi

Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air susu ibu (ASI), yang merupakan makanan pokok terbaik bagi bayi yang bersifat alamiah. Bagi setiap ibu yang melahirkan akan tesedia makanan bagi bayinya, dan bagi si anak akan merasa puas dalam pelukan ibunya, merasa aman, tenteram, hangat akan kasih sayang ibunya. Hal ini merupakan faktor yang penting bagi perkembangan anak selanjutnya.

Produksi ASI masih sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, ibu yang selalu dalam keadaan tertekan, sedih, kurang percaya diri dan berbagai ketegangan emosional akan menurunkan volume ASI bahkan tidak terjadi produksi ASI. Ibu yang sedang menyusui juga jangan terlalu banyak dibebani urusan pekerjaan rumah tangga, urusan kantor dan lainnya karena hal ini juga dapat mempengaruhi produksi ASI. Untuk memproduksi ASI yang baik harus dalam keadaan tenang. Ada 2 refleks yang sangat dipengaruhi oleh keadaan jiwa ibu, yaitu :

1)   Refleks Prolaktin

Pada waktu bayi menghisap payudara ibu, ibu menerima rangsangan neurohormonal pada putting dan areola, rangsangan ini melalui nervus vagus diteruskan ke hypophysa lalu ke lobus anterior, lobus anterior akan mengeluarkan hormon prolaktin yang masuk melalui peredaran darah sampai pada kelenjar-kelenjar pembuat ASI dan merangsang untuk memproduksi ASI.

2)   Refleks Let Down

Refleks ini mengakibatkan memancarnya ASI keluar, isapan bayi akan merangsang putting susu dan areola yang dikirim lobus posterior melalui nervus vagus, dari glandula pituitary posterior dikeluarkan hormon oxytosin ke dalam peredaran darah yang menyebabkan adanya kontraksi otot-otot myoepitel dari saluran air susu, karena adanya kontraksi ini maka ASI akan terperas ke arah ampula.

2.    Sistem Perkemihan

Dinding kandung kencing memperlihatkan oedem dan hyperemia. Kadang-kadang oedema trigonum, menimbulkan abstraksi dari uretra sehingga terjadi retensio urine. Kandung kencing dalam puerperium kurang sensitif dan kapasitasnya bertambah, sehingga kandung kencing penuh atau sesudah kencing masih tertinggal urine residual (normal + 15 cc). Sisa urine dan trauma pada kandung kencing waktu persalinan memudahkan terjadinya infeksi.

Dilatasi ureter dan pyolum normal dalam waktu 2 minggu. Urine biasanya berlebihan (poliurie) antara hari kedua dan kelima, hal ini disebabkan karena kelebihan cairan sebagai akibat retensi air dalam kehamilan dan sekarang dikeluarkan. Kadang-kadang hematuri akibat proses katalitik involusi. Acetonurie terutama setelah partus yang sulit dan lama yang disebabkan pemecahan karbohidrat yang banyak, karena kegiatan otot-otot rahim dan karena kelaparan. Proteinurine akibat dari autolisis sel-sel otot.

3.    Sistem Gastrointestinal

Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah persalinan. Hal ini disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan pada waktu persalinan (dehidrasi), kurang makan, haemoroid, laserasi jalan lahir. Supaya buang air besar kembali teratur dapat diberikan diet/makanan yang mengandung serat dan pemberian cairan yang cukup. Bila usaha ini tidak berhasil dalam waktu 2 atau 3 hari dapat ditolong dengan pemberian huknah atau glyserin spuit atau diberikan obat yang lain.

 

2.1.5   Program dan Kebijakan Teknisi

Kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir dan untuk mencegah, mendeteksi, menangani masalah-masalah yang terjadi selama masa nifas :

Kunjungan-kunjungan tersebut meliputi:

1.    Kunjungan I : 6-8 jam setelah persalinan dengan tujuan.

a.    Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri

b.    Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan

c.    Memberi konseling pada ibu / salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri

d.   Pemberian ASI awal

e.    Melakukanhubungan antara ibu dengan BBL

f.     Menjaga bayi tetap sehat dengan cara menjaga hipotermia

2.    Kunjungan II : 6 hari setelah persalinan  dengan tujuan:

a.    Memastikan involusi uteri berjalan normal : Uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilians, tidak ada perdarahan abnormal.

b.    Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi,atau perdarahan abnormal.

c.    Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat.

d.   Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperlihatkan tanda-tanda penyakit.

e.    Memberi ibu konseling mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.

3.    Kunjungan III :  2 minggu setelah persalinan dengan tujuan sama seperti kunjungan kedua, 6 hari setelah persalinan.

4.    Kunjungan IV :  6 minggu setelah persalinandengan tujuan:

a.    Menanyakan pada ibu tentang penyakit-penyakit pada ibu / bayinya.

b.    Memberi konseling KB secara alami.

      i.          (Parwirohardjo, 2002)

 

2.1.6   Tindakan yang Baik Untuk Asuhan Masa Nifas

1.    Personal hygiene /Kebersihan Diri

a.    Mengajarkan kepada ibu untuk selalu menjaga kebersihan tubuh, membersihkan daerah vagina, mulai dari depan ke belakang.

b.    Mengganti pembalut setidaknya 2x sehari.

c.    Mencuci tangan dengan sabun, setelah membersihkan daerah kelaminnya.

d.   Jika ibu mempunyai luka jahitan / laserasi, sarankan untuk ibu menghindari menyentuh daerah sekitar luka dan membersihkan daerah sekitar luka.

2.    Istirahat

a.    Anjurkan agar cukup istirahat.

b.    Sarankan ibu untuk kembali beraktifitas secara perlahan-lahan / tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur.

3.    Gizi

a.    Ibu menyusui harus makan dengan diet seimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup.

b.    Pil zat besi harus diminum menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca bersalin

c.    Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin A  kepada bayinya melalui ASI.

4.    Perawatan Payudara

a.    Menjaga kebersihan payudara terutama putting susu.

b.    Menggunakan BH yang menyokong payudara.

c.    Bila putting lecet oleskan colostrums atau ASI pada sekitar putting setiam sebelum dan sesudah menyusui.

d.   Apabila lecet berat dapat diistirahatkan 24 jam ASI asi dikeluarkan dan diminum dengan sendok.

e.    Apabila bengkak ibu dapat mengompresnya dengan air hangat 2 menit, air dingin 1 menit dan air hangat lagi 2 menit.

 

2.2     Konsep Dasar Vacum

2.2.1   Definisi

Vakum esktraksi adalah suatu persalinan buatan di mana janin dilahirkan dengan ekstraksi tenaga negatif (vakum) pada kepalanya (Prawirohardjo, 2000 : 10). Ektraksi Vacum adalah persalinan janin dimana janin dilahirkan dengan ekstraksi tekanan negative pada kepalanya dengan menggunakan ekstraktor vakum ( ventouse ) dari malstrom.

Sedangkan Mochtar (1998 : 120) berpendapat bahwa vakum ekstraksi merupakan suatu alat yang dipakai untuk memegang kepala janin yang masih berada dalam jalan lahir. Menurut Saifuddin (2000 : 495) vakum ekstraksi merupakan tindakan obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat kala pengeluaran dengan tenaga mengedan ibu dan ekstraksi pada bayi.

 

2.2.2        Tujuan Persalinan Vakum Ekstraksi

1.        Untuk mempercepat kala pengeluaran pada letak kepala. (Saifudin, 2001).

2.        Bertujuan untuk mempercepat kala pengeluaran dengan tenaga mengedan ibu dan ekstraksi pada bayi. (Saifuddin,2002)

 

2.2.3        Indikasi melakukan Vakum Ekstraksi

1.    Indikasi Ibu:

a.    Ibu dengan penyakit paru dan jantung

b.    Kelelahan ibu

c.    Toksemia gravidarum

d.   Ruptura Uteri iminens

2.    Indikasi Janin

a.    Gawat janin

3.    Indikasi berdasarkan waktu

a.    Kala II lama dengan presentasi belakang kepala / verteks

b.    Partus tak maju

 

2.2.4        Kontra Indikasi dalam melakukan Vakum

1.    Faktor Ibu

a.    Pada ibu yang tidak bisa mengedan sama sekali

b.    Panggul sempit atau DKP

c.    Ruptur uteri iminens

2.    Faktor Janin

a.    Preterm

b.    Janin letak lintang, presentasi muka, presentasi bokong

 

2.2.5        Syarat-Syarat boleh dilakukan Vakum

1.    Pembukaan lengkap atau hampir lengkap

2.    Presentasi belakang kepala

3.    Penurunan kepala HIII+

4.    Ketuban (-)

5.    Tidak ada DKP atau panggul sempit

6.    Harus ada tenaga mengedan dari ibu

7.    Anak hidup dan tidak ada gawat janin

 

2.2.6        Komplikasi Vakum Ekstraksi

1.    Pada Ibu     : Perdarahan, trauma jalan lahir dan infeksi

2.    Pada Janin  : Perdarahan dalam otak, caput suksedenum, ekskoriasi kulit kepala cepal hematoma, nekrosis kulit kepala, perdarahan intra cranial, fraktur klavikula

 

2.2.7 Yang Harus Diperhatikan Dalam Tindakan Ektraksi Vacum

1.    Cup tidak boleh dipasang pada ubun-ubun besar

2.    Penurunan tekanan harus berangsur-angsur

3.    Cup dengan tekanan negative tidak boleh terpasang lebih dari ½ jam

4.    Penarikan waktu ekstraksi hanya dilakukan pada waktu ada his dan ibu mengejan

5.    Apabila kepala masih agak tinggi ( H III ) sebaiknya dipasang cup terbesar (diameter 7 cm)

6.    Cup tidak boleh dipasang pada muka bayi

7.    Vacum ekstraksi tidak boleh dilakukan pada bayi premature

 

2.2.8        Perawatan Nifas dengan Vakum Ekstraksi

1.    Perawatan Luka

Pada robekan perinium lakukan penjahitan dengan baik lapis demi lapis, perhatikan jangan sampai terjadi ruang kosong terbuka ke arah vagina yang biasanya dapat dimasuki bekuan-bekuan darah yang akan menyebabkan tidak baiknya penyembuhan luka.

2.    Involusi Uterus

Pengembalian uterus harus tetap dipantau untuk mengetahui konsistensi dan kontraksi uterus yang dapat mempengaruhi perdarahan perawatannya dengan memasage uterus dan bila perlu diberi terapi.

3.    Perawatan Rutin atau Intensif

Setelah di lakukan persalinan dengan vakum ekstraksi hal –hal yang harus di perhatikan adalah:

a.    TTV lengkap meliputi: TD, Nadi, RR, Suhu

b.    Intake – output (jumlah cairan yang keluar dan masuk )

c.    Luka bekas persalinan

d.   Perdarahan / lochea

4.    Nyeri

Sejak penderita sadar dalam 24 jam pertama, rasa nyeri masih di rasakan di daerah jalan lahir, untuk mengurangi rasa nyeri tersebut dapat di berikan Terapi anti sakit /  penenang.

Mis : pethidin 100 - 150 mg IM, morfin 10 -15 mg IV

Setelah hari 1 -2 rasa nyeri akan hilang sendiri, dengan pemerian terapi keadaan umum penderita akan menjadi lebik baik.

5.    Mobilisasi

Tahap demi tahap  sangat berguna untuk membantu pasien kembali pulih seperti semula, maka dari itu di perlukan mobilisasi. Mulai dari 6 – 10 jam post partum pasien di anjurkan miring kanan kiri terlebih dahulu, setelah itu tidur dengan ganjalan bantal lebih tinggi dan duduk bila tidak ada keluhan maka penderita di anjurkan berdiri dahulu sebelum berjalan, bila tidak pusing maka bisa berjalan secara pelan –pelan.

Tujuan dari mobilisasi adalah mencegah terjadinya trombosis dan emboli. Sebaliknya bila mobilisasi di lakukan secara dini maka akan mempengaruhi penyembuhan luka. Jadi mobilisasi harus di lakukan secara teratur sesuai tahap yang di anjurkan.

6.    Pemberian Obat-obatan

Pemberian terap berfungsi agar penderita KU cepat pulih dan luka pada jalan lahir cepat sembuh. Cara pemilihan Antibiotik, kemoterapi, dan anti inflamasi pada tiap institute dan dokter berbeda. Sebagai pedoman umum:

a.    Sebelum di lakukan uji biakan (culture test), uji kepekaan (sensitifity test), pilih antibiotic pembunuh kuman gram negative sebagai obat suntikan, lalu berikan antibiotic pembunuh gram positif peroral atau sebaliknya.

b.    Setelah uji biakan – uji kepekaan di terima, berikan obat dengan berpedoman pada uji hasil Lab dengan cara seperti di atas

c.    Dosis obat harus tepat dan adekuat.

d.   Obat – obat pencegah perut kembung,  Plasil, perimperan, prostigmin di berikan peroral untuk mencegah kembung yang dapat mengganggu pencernaan. Dapat juga di berikan supositoria : bisakodil 36 jam pasca bedah

7.    Konsultasi

Pada kasus tertentu/ terjadi komplikasi selain bekerja sama dengan unit anastesi, kadang – kadang di perlukan konsultasi dengan disiplin lain.

 

2.2.9        Penatalaksanaan

Penatalaksanaan post partum spontan dengan vakum ekstraksi menurut Mochtar (1998) adalah:

1.    Pada robekan perinium lakukan penjahitan dengan baik lapis demi lapis, perhatikan jangan sampai terjadi ruang kosong terbuka ke arah vagina yang biasanya dapat dimasuki bekuan-bekuan darah yang akan menyebabkan tidak baiknya penyembuhan luka.

2.    Segera mobilisasi dan realimentasi.

3.    Konseling keluarga berencana.

4.    Berikan antibiotika cukup.

5.    Pada luka perinium lama lakukan perineoplastik dengan membuka luka dan menjahitnya kembali sebaik-baiknya.

 

2.3     Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Menurut Hellen Varney

2.3.1     Pengkajian

A.      Data subyektif

1.    Identitas

- Nama              :Nama penderita dan suaminya, ditanyakan untuk mengenal dan memanggil pasien  dan tidak keliru dengan pasien lain.

- Umur               :Untuk mengetahui apakah pasien resiko tinggi/ tidak    menyesuaikan  terapi yang diberikan.

- Bangsa/Suku   : Mengenal adat kebiasaan dan kandungan yang dilakukan.

- Pendidikan      :Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu/ taraf kemampuan berfikir ibu, sehingga petugas kesehatan bisa menyampaikan/ memberikan penyuluhan atau KIE pada pasien lebih mudah.

- Pekerjaan        :Yang ditanyakan pekerjaan suami dan ibu sendiri, untuk mengetahui bagaimana taraf hidup dan sosial ekonomi klien, agar nasehat yang diberikan sesuai.

- Agama            :Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap kebiasaan kesehatanm klien. Dengan diketahuinya agama klien, akan memudahkan petugas kesehatan melakukan pendekatan di dalam melakukan asuhan kebidanan.

- Alamat            :Untuk mengetahui klien tinggal dimana. Menjaga kemungkinan bila ada klien yang namanya sama. Ditanyakan alamat, agar dapat dipastikan ibu yang mana yang hendak ditolong. Alamat juga diperlukan bila mengadakan kunjungan kepada klien.

2.   Alasan Kunjungan

Untuk mengetahui keluhan sekarang dan untuk menegakkan diagnosa, Keluhan yang dirasakan pada pasien nifas SC biasanya yaitu pasien merasakan nyeri pada luka bekas jahitan SC

3.   Status perkawinan

Berisi tentang umur pertama kali kawin dan lama perkawinan, untuk memudahkan kita dalam mendeteksi apakah ibu tergolong ibu dalam resiko tinggi atau tidak

4.   Riwayat Mestruasi

Menarche          : Terjadinya haid yang pertama kali untuk mengetahui sistem reproduksinya

Siklus / lama      : Ditanyakan siklus haid karena pada pemakaian KB dapat terjadi pemanjangan atau pemendekan siklus haid

Flour albus        : Ditanyakan apakah terdapat flour albus sebelum/ selama haid, ditanyakan juga bau dan warnanya. Hal ini untuk mengetahui apakah ibu terkena penyakit seksual.

5.   Riwayat Kehamilan Pasien dan Nifas yang lalu

-       Ditanyakan kehamilan untuk mengetahui fungsi sistem reproduksinya dan untuk mengetahui jumlah anaknya.

-       Ditanyakan persalinan untuk mengetahui adanya penyulit yang dialami ibu pada waktu bersalin.

-       Ditanyakan nifas untuk mengetahui adanya komplikasi yang terjadi pada masa nifas.

6.      Riwayat Penyakit

-       Meliputi penyakit yang pernah dialami dan pengobatan yang pernah dilakukan. Hal ini penting diketahui untuk melihat kemungkinan adanya penyakit yang menyertai dan yang dapat mempengaruhi program KB.

-       Yang dikaji adalah penyakit yang pernah diderita ibu, yaitu :

a.    Penyakit kronis seperti hipertensi, jantung, dan DM

b.    Penyakit akut seperti kanker payudara

c.    Penyakit menular seperti : PMS, HIV/AIDS, TBC

d.   Riwayat perdarahan

7.      Perilaku Kesehatan

Untuk mengetahui bagaimana pola kesehatan ibu sehari-hari, seperti apakah ibu perokok, dan minum-minuman keras atau tidak.

8.      Pola Kehidupan Sehari-hari

-    Pola Nutrisi

Untuk mengetahui nutrisi yang dikonsumsi ibu, nutrisi yang diberikan pada pasien post SC harus secara bertahap yaitu dari makanan yang halus terlebih dahulu

-    Pola Eliminasi

Untuk mengetahui bagaimana pola eliminasi ibu sehari-hari, Pasien post SC dalam 1 – 2 hari biasanya masih terpasang kateter

-    Pola Istirahat

Untuk mengetahui kebutuhan istirahat ibu, biasanya pasien mengalami gangguan istirahat atau tidur karena menahan rasa nyeri jahitan SC

-    Pola Aktifitas

Untuk mengetahui kegiatan atau aktifitas yang dilakukan oleh ibu sehari-hari

9.         Data psikososial

Untuk mengetahui respon psikologi terhadap kelahiran bayinya, rencana menyusui, mengasuh, KB serta kebiasaan masyarakat yang dapat mempengaruhi psikologi klien.

B.  Data Obyektif

1.    Pemeriksaan Umum

Keadaan Umum            : Normalnya baik

Kesadaran                      : Normalnya composmentis

Tekanan darah               : Normalnya 110/80 – 120/90 mmHg

Nadi                               : Normalnya 60-100 x/mnt

Suhu                              : Normalnya 36,5 – 37,5oC

Pernafasan                     : Normalnya 16 – 24 x/mnt

BB                                 : Penurunan  5 sampai 6 kg pada waktu melahirkan

dan penurunan 3 sampai 5 kg selama minggu pertama masa nifas

2.    Pemeriksaan fisik

-       Kepala dan wajah     : Untuk mengetahui raut wajah klien( apakah

kesakitan atau tidak), odema / tidak, anemis / tidak( normal pada mata: konjungtiva merah muda, sklera putih)

-       Mulut dan gigi          : Untuk mengetahui adakah stomatitis / tidak,

sianosis / tidak, bibir anemis atau tidak

-       Leher                         : Ada atau tidak pembesaran vena jugularis, kelenjar

limfe, thiroid, atau stroma.

-       Payudara

-       Bentuk                 : Normalnya berbentuk simetris

-       Areola                  : Terjadi Hyperpigmentasi / Tidak

-       Putting susu         : Sudah menonjol atau belum

-       Keluaran               : Adanya keluaran colostrum

-       Abdomen

-       Luka jahitan SC   : Tidak ada luka jahitan SC.

-       TFU                      : Untuk mengetahui proses involusi Uteri sesuai

dengan masa nifas atau tidak

Involusi

Tinggi Fundus Uterus

Berat Uterus

Bayi lahir

Uri lahir

1 Minggu

2 Minggu

6 Minggu

8 Minggu

Setinggi pusat

1 jari bawah pusat

Pertengahan sympisis pusat

Tidak teraba diatas simphisis

Bertambah kecil

Sebesar normal

1000 gram

750 gram

500gram

350 gram

50 gram

30    Ram

 

-       Konsistensi Uterus : Keras / lembek

-       Kontraksi uterus   : Baik/tidak

-       Pengeluaran Pervaginam / Lochea

-       Warna                   : Merah kehitaman, atau yang lainnya.

-       Jumlah                  : Banyaknya Lochea yang keluar tiap hari(normal ≤

500 cc).

-       Bau                       : Berbau busuk atau tidak

-       Konsistensi           : Cair / kental

-       Perineum

-       Bekas jahitan        : Ada atau tidak bekas jahitan pada perineum dan

bagaimana kondisinya(ada pus atau tidak)

-       Kebersihan           : Keadaan Perineum bersih atau tidak

-       Oedema                : Ada oedema pada perineum atau tidak

-       Warna                   : Untuk mengetahui warna perineum

-       Anus                         : Ada tidaknya hemoroid

-       Ekstremitas               : Ada / tidak oedema pada ekstermitas

3.    Data Penunjang

Untuk mengetahui hasil pemeriksaan laboratorium: urine atau darah, hasil konsultasi data kehamilan dan persalinan sekarang sebagai data yang menunjang diagnosa dan intervensi.

 

2.3.2     Interpretasi Data

Untuk mengidentifikasi masalah, diagnosa dan kebutuhan, data dasar menjadi masalah atau diagnosa spesifik terdiri dari:

Diagnosa         : Diagnosa yang ditegakkan oleh bidan dalam lingkup praktek

kebidanan dan memenuhi standar nomen klatur ( Tata Usaha ) diagnosa kebidanan.

DX                  :  P……….. Post vacum ekstraksi hari ke.........

Masalah           : Dirumuskan bila bidan menemukan kesenjangan yang terjadi

pada respon ibu terhadap masa nifas. Permasalahan yang muncul merupakan pernyataan dari pasien, ditunjang dengan data dasar baik subjektif maupun objektif.

Kebutuhan      : Masalah ini terjadi belum termasuk dalam rumusan diagnosis

yang ada, tetapi masalah tersebut membutuhan penanganan bidan, maka masalah dirumuskan setelah diagnose.

 

2.3.3     Diagnosa Potensial

Langkah ini menggambarkan proses manajemen yang dapat mengidentifikasi situasi yang gawat dimana petugas kesehatan harus mengatisipasi dari diagnosa potensial agar menentukan tindakan segera apabila terjadi komplikasi.

Luka persalinan merupakan tempat masuknya kuman ke dalam tubuh, sehingga menimbulkan infeksi pada kala nifas. (Manuaba, 2008).

 

2.3.4     Kebutuhan Segera

Langkah ini mencakup kebutuhan akan tindakan yang harus segera dilakukan untuk mengatasi diagnosa atau masalah potensial yang terjadi agar tidak terjadi komplikasi, kolaborasi, dengan dokter dan rujukan.

 

2.3.5     Intervensi

Langkah ini berisi serangkaian asuhan yang akan diberikan kepada  ibu sesuai diagnosa atau masalah awal yang ada sesuai standart pelayanan dan disertai rasionalnya.

 

2.3.6     Implementasi

Langkah ini berisikan tentang asuhan yang telah diberikan kepada ibu berdasarkan rencana yang telah disusun sebelumnya untuk menangani diagnosa/ masalah yang telah teridentifikasi.

 

2.3.7     Evaluasi

Langkah ini berisi tentang asuhan yang telah diberikan apakah telah memenuhi kebutuhan klien, jika memang asuhan yang telah diberikan belum efektif maka perlu dilakukan pengulangan atau perbaikan pada pemberian asuhan selanjutnya

Berdasarkan evaluasi selanjutnya, asuhan kebidanan dituliskan dalam bentuk catatan perkembangan yang mencakup SOAP :

S (Subyektif)   : Data yang didapat dari penyataan klien

O (obyektif)    : Data yang diperoleh dari hasil observasi dan pemeriksaan

A (assesment): Pernyataan gangguan yang terjadi atas data S dan O

P (Planning)    : Perencanaan yang ditentukan sesuai dengan masalah yang terjadi.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

TINJAUAN KASUS

 

1.1  Pengkajian

Tanggal : 30 Januari 2013                                                       Jam : 16.00  WIB   

1.    Data Subyektif

1.1    Identitas

Nama klien      : Ny “L”                      Nama suami    : Tn “L”

Umur               : 41 tahun                    Umur               : 43 tahun

Bangsa / suku  : Indonesia / Jawa       Bangsa / suku  : Indonesia / Jawa 

Agama             : Islam                         Agama             : Islam

Pendidikan      : SD                             Pendidikan      : SD

Pekerjaan         : Tani                           Pekerjaan         : Tani

No. Register    : 05.21.18                    Alamat                        : Sumurgung montong

1.2     Keluhan Utama

Ibu mengatakan telah melahirkan anak ke-2 secara kop pada tanggal 17 Maret 2014 jam 17.45 WIB, BB/PB : 3,4 Kg / 49 cm. Ibu merasa nyeri pada luka  jahitan.

1.3    Riwayat Menstruasi

Siklus menstruasi         : ± 35 hari                    Flour Albus     : Tidak ada

Lama                           : 7 hari                         Menarche        : 14 tahun

Warna                          : Merah segar               Dysmenorrhoe : Ya

Bau                              : Anyir                         HPHT              : 19-06-2013

1.4    Riwayat Kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu

No

Suami ke

UK

Jns. Pers

Penol

Penyul

BB

JK

H / M

Meneteki

KB

1.

1

9 bln

Spt

Bidan

-

3350

5 th

2 th

Suntik 3bln slma 15 th

2.

1

NIFAS INI

 

 

 

 

 

 

 

 

1.5    Riwayat Kesehatan / Penyakit klien

Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular, keturunan dan menahun, seperti : DM, hipertensi, asma dan keturunan kembar/ gemeli.

1.6    Riwayat Penyakit Keluarga

Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular, keturunan dan menahun, seperti : DM, hipertensi, asma dan keturunan kembar/ gemeli.

1.7    Pola Kehidupan sehari – hari

-  Pola Nutrisi

Masa Nifas : Ibu mengatakan setelah melahirkan ini sudah makan

makanan yang diberian RS dengan habis dan minum 2-3 botol aqua tanggung.

-  Pola Eliminasi

Masa Nifas : Ibu mengatakan setelah Melahirkan ini BAK

menggunakan selang pipis dan belum bisa BAB.

-  Pola Istirahat

Masa Nifas : Ibu mengatakan setelah melahirkan ini tidur malam

berkurang karena terganggu dengan luka jahitan pada jalan lahir

-  Pola Personal Hygiene

Masa Nifas : Ibu mengatakan setelah melahirkan belum mandi, ibu

hanya disibin saja

-  Pola Aktivitas

Masa Nifas : Ibu mengatakan setelah melahirkan ini  hanya berbaring,

belajar miring kanan dan kiri, belum mulai belajar duduk

-  Hubungan sexual

Masa Nifas : -

1.8  Data Psikososial

a.    Respon ibu terhadap kelahiran bayi

Ibu sangat bahagia dengan kelahiran bayinya. Suami dan keluarga juga ikut senang atas kelahiran bayi.

b.    Rencana menyusui bayi sampai dengan (ASI / PASI)

Ibu mengatakan akan menyusui anaknya dengan ASI saja sampai  2 tahun dan di lanjutkan dengan susu formula.

c.    Tingkat pengetahun ibu :

-       Ibu mengatakan sudah mengerti dengan pentingnya manfaat ASI bagi bayinya.

-       Ibu sudah mengerti dengan perawatan payudara.

-       Ibu sudah mengerti tentang perlunya membersihkan daerah kewanitaannya .

-       Ibu belum mengerti cara merawat kebersihan daerah kewanitaannya.

d.   Rencana mengasuh bayi

Ibu berencana akan mengasuh bayinya bersama-sama dengan suami dan dibantu oleh keluarga.

e.    Rencana KB

Ibu mengatakan akan menggunakan KB suntik.

f.     Kebiasaan masyarakat yang merugikan dan menguntungkan.

Ibu mengatakan keluarganya hidup bersih dan tidak ada budaya tarak.

2.    Data Obyektif

a.    Pemeriksaan umum

Kesadaran                      : Composmentis

KU                                 : Baik

BB (waktu hamil)          : 69 kg

TD / N/ S / RR               : 130/80 mmHg / 80x/menit / 36,50C/ 20x/menit

b.    Pemeriksaan fisik

Kepala               : Kepala bersih, rambut bersih,tidak mudah rontok

Wajah                : Muka tidak pucat, tidak ada bekas cloasma gravidarum,

konjungtiva merah muda, sclera putih

Mulut dan gigi   : Bersih, bibir tidak kering, tidak caries dan stomatitis

Leher                 : Tidak ada pembesaran vena jugularis, kelenjar thyroid,  

maupun kelenjar limfe

Payudara                        : Bersih

-       Bentuk                    : simetris, keadaan bersih,

-       Areola                     : Hiperpigmentasi

-       Putting susu            : Menonjol

-       Keluaran                 : Kolostrum

Abdomen

-       Luka parut              : Ada

-       TFU                        : 2 jari bawah pusat

-       Konsistensi uterus  : Keras

-       Kontraksi uterus     : Baik

Pengeluaran pervagina

-       Lochea                    : Rubra

-       Warna                     : Merah

-       Jumlah                    : ± 50 cc

-       Bau                         : Anyir

-       Konsistensi             : cair

Perineum

-       Bekas jahitan          : Tidak ada (masih basah)

-       Kebersihan              : bersih

-       Oedema                  : tidak ada

-       Warna                     : merah kehitaman

Anus                              : Tidak ada hemoroid

Extremitas                     : Tidak ada oedema maupun varises

c.    Pemeriksaan Penunjang

-       Pemeriksaan laboratorium     :  Hb    : 9 gr / dl

-       Hasil konsultasi         : tx                   : infuse D5 20 tpm, ceftrinaxon 2 x 1, ketorolac 3 x 1

-       Data kehamilan dan persalinan        

UK                                        : 36 minggu

Penyulit                                 : -

Pemeriksaan kehamilan         : -

-    Proses persalinan                       :

Kala 1                                   jam

Kala 2                                   jam

Kala 3                                   jam                 

Kala 4                                   jam                 

-    Keadaan bayi

Apgar scor                            : 6 – 7

Berat badan                          : 3400 gram

Panjang badan                      : 49 cm

Jenis kelamin             : Laki-laki

 

  II.     Interpretasi Data

Diagnosa              : P2002 hari ke – 1 Post vacum ekstraksi

Masalah                : Ibu cemas dengan kondisinya

Kebutuhan           : KIE tentang  :

-          Nyeri luka jahitan jalan lahir

-          Mobilisasi

-          Nutrisi

 

 III.       Antisipasi Diagnosa Dan Masalah Potensial

_

 

 IV.       Tindakan Segera / Kolaborasi

      Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi (pemberian analgetik)

      HE tentang mengurangi rasa nyeri

    V.       Rencanaan / Intervensi Secara Menyeluruh

Tujuan                : Setelah ibu diberi asuhan kebidanan diharapkan ibu

mengerti dengan penjelasan petugas, proses involusi berlangsung normal, tidak ada perdarahan dan komplikasi nifas.

Kriteria              : 

-       TTV dalam batas normal

-       Tidak ada tanda – tanda komplikasi

No

Intervensi

Rasional

1.

Jelaskan hasil pemeriksaan

-      Ibu mengetehui keadaan dirinya

2.

Jelaskan fisiologis nyeri

-      Ibu tidak merasa cemes dengan nyeri yang di rasakannya

3.

Observasi TTV, UC, Flux

-    Untuk mengetahui kondisi Ibu

4.

Berikan HE tentang:

-       Nutrisi

 

-       Personal hygien

-       Istirahat

 

-      Memenuhi kebutuhan  nutrisi

.

-      Ibu merasa nyaman dan terhindar dari infeksi

-      Untuk memulihkan tenaga ibu yang hilang saat persalinan.

5.

Kolaborasi dengan dokter

Bekerjasama dalam memberikan terapi

 

 VI.       Implementasi / Pelaksanaan

Tanggal : 17 Maret 2014                                   Jam : 19.00 WIB

No

Implementasi

Paraf

1.

Menjelaskan pada ibu bahwa kondisi ibu baik

 

2.

Menjelaskan bahwa nyeri yang di rasakan ini akibat terputusnya jaringan syaraf dan jaringan otot, namun semakin sering di gerakkan maka nyeri akan berkurang. Bila ibu hanya berbaring terus menerus dan takut bergerak karena nyeri akan menghambat proses penyembuhan. Sirkulasi darah pada luka menjadi tidak lancar.

 

3.

Melakukan observasi TTVdan memantau involusi uterus

TTV     : TD : 130/80 mmHg

              N   : 80 x / menit

              S    : 36, 5◦C

             RR  : 20 x / menit

Kontraksi uterus  : baik

Konsistensi uterus : keras

Kandung kencing : kosong

Perdarahan           : ± 50 cc

TFU                     : 2 jari bawah pusat

 

4.

Memberikan HE tentang:

-   Nutrisi: Menganjurkan kepada ibu untuk makan yang mengandung tinggi kalori dan tinggi protein (TKTP). Menganjurkan kepada ibu untuk tidak tarak, ibu harus makan – makanan yang bergizi: nasi, lauk pauk, sayur, buah dan tidak harus mahal, sebanyak 3 x/ hari tidak ada pantangan makanan untuk ibu kecuali makanan yang merangsang untuk mencegah batuk ibu dan memperbanyak minum ± 3 liter perhari.

-   Personal hygien:  Membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Bersihkan daerah sekitar vulva, dari depan ke belakang kemudian bersihkan anus. membersihkan vulva setiap BAK dan BAB, lalu dikeringkan agar tidak berkembang mikroorganisme yang nantinya akan menyebabkan infeksi, Mengganti pembalut setidaknya dua kali / hari.

-   Istirahat : Menganjurkan Ibu untuk istirahat yang cukup, dengan tidur malam ± 7-8 jam dan tidur siang ± 1- 1 ½ jam atau tidur saat bayi tertidur

 

4.

Melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi

 

 

VII.             Evaluasi

Tanggal: 17 Maret 2014                      Jam : 19.10 WIB

S          :  Ibu mengatakan mengerti dengan penjelasan yang diberikan oleh

petugas

O         : Ibu dapat menjelaskan penjelasan petugas

-       KU                      : baik,

-       TD                       : 130 / 80 mmHg,

-       N                         : 80x/menit,

-       S                          : 35,50C

-       RR                        : 20x/menit

-       Mobilisasi             : (+)

-       TFU                      : 2 jari di bawah pusat

-       Kontraksi                         : baik

-       kandung kemih   : kosong

-       lochea                   : rubra (+)

-       Perdarahan           : ± 50 cc

A         : P 2002 Post vacum ekstraksi hari ke-1

P          :

-       Observasi : Perdarahan, keluhan.

-       Memberikan HE tentang :

1.   Cara merawat bayi sehari-hari

2.   Mobilisasi

3.   Vulva hygien

4.   Perawatan payudara

-       Melakukan kolaborasi dalam pemberian terapi    :

1.   Infus RL 2 flash @ 20 tpm            habis aff

2.   Cefotraxon              500 gram   2x1   : antibiotik

3.   Ketorolac                                 3x1   : anti nyeri

4.   Obat per oral  : - merilox                                         antipiretik

5.   Pospargin    3x1                  perdarahan

6.   lapmox                                            antibiotic

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

CATATAN PERKEMBANGAN

 

Tanggal : 18 Maret 2014                                 jam : 15.00 WIB

S          : ibu mengatakan nyeri luka bekas jahitan masih nyeri tapi sedikit berkurang. Ibu mampu mengerti tentang penjelasan yang diberikan dan tidak merasa khawatir lagi.

O         : KU    : baik

TD     :110/80 mmHg

N       : 80x/menit

S        : 36,80C

RR    : 20x/menit

TFU  : 2 jari bawah pusat

UC    : baik

Keluaran : ± 20 cc

UT     : 750 cc

Lochea          : Rubra (+) sedikit

A         : P 2002  hari ke 2 Post vacum ekstraksi

P          : Menghabiskan obat injeksi dan infuse RL

Pasang DC sampai dengan 24 jam (jam 07.00 tanggal 19 Maret 2014)

              Per oral          : - menilox                        Analgesik

-    Pospargin       3x1        Mrangsang kontraksi dan mencgah perdarahan

-    Lapimox                      Antibiotik

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB IV

PENUTUP

 

4.1    Kesimpulan

Nifas (puerperium) merupakan masa yang dibutuhkan untuk memulihkan kembali alat – alat kandungan seperti keadaan sebelum hamil yang membutuhkan waktu 6 – 8 minggu / 40 hari.

Seksio caesareae adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina. Seksio caesareae adalah suatu histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim. Seksio caesareae dilakukan atas indikasi antara lain : Plasenta previa, panggul sempit, disproporsi sefalo pelvix, gemeli, pattus tak maju, dll.

Pada dasarnya perawatan ibu nifas post SC dengan ibu nifas normalnya sama, yang membedakan adalah dari luka bekas jahitan SC yang membutuhkan perawatan tepat, oleh karena itu setelah dilakukan asuhan kebidanan menurut hellen varney diharapkan klien dapat mengerti dan paham serta dapat membuat klien lebih nyaman.

 

4.2        Saran

4.2.1  Bagi mahasiswa

Diharapkan mahasiswa lebih bisa meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam meberikan asuhan atau pelayanan serta dapat mengaplikasikan antara teori dan hasil praktek di lapangan sehingga bisa didapatkan hasil yang semaksimal mungkin dalam memberikan suatu asuhan kepada klien.

4.2.2  Bagi instalasi

Diharapkan setelah terbuatnya asuhan kebidanan  ini, pada instalasi semoga bisa meningkatkan mutu pelayanan yang lebih baik serta dapat menggunakan sarana dan prasarana sebaik mungkin

4.2.3 Bagi pendidikan

Diharapkan dapat menyediakan buku – buku penunjang dengan referensi yang lebih banyak lagi, agar para mahasiswa lebih mudah dalam membuat asuhan kebidanan, serta meningkatkan mutu pendidikan supaya mahasiswa dapat lebih baik dan berkualitas dalam membuat asuhan kebidanan selanjutnya

 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 

2.1     Konsep Dasar Persalinan

2.1.1        Pengertian

Persalinan Adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin + uri) yang dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lahir (Muchtar, 2002).

Persalinan adalah serangkaian kejadian yang terakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu.

Persalinan adalah klimaks dari kehamilan dimana berbagai sistem yang nampaknya tidak saling berhubungan bekerja dalam keharmonisan untuk melahirkan bayi (Manuaba, 2008).

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Prawirohardjo, 2002).

Bentuk persalinan berdasarkan definisi adalah sebagai berikut:

1.    Persalinan spontan

Bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri.

2.    Persalinan buatan

Bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar

3.    Persalinan anjuran

Bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalur rangsangan (Manuaba, 1998).

 

2.1.2        Menurut Cara Persalinan

a.    Partus biasa (normal), adalah

Proses lahirnya bayi letak belakang kepala dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung yang kurang dari 24 jam.

b.    Partus Luar Biasa (Abnormal), adalah

Persalinan pervaginam dengan bantuan alat-alat atau melalui dinding perut dengan operasi caesaria (Muchtar, 2002).

 

2.1.3        Sebab-sebab Mulainya Persalinan

1.    Teori Keregangan

a.    Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu

b.    Setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat mulai

2.    Teori Penurunan Progesteron

a.    Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur hamil 28 minggu, dimana terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah mengetahui penyempitan dan buntu

b.    Produksi progesteron mengalami penurunan, sehingga otot rahim lebih sesnsitif terhadap oksitosis

c.    Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat penurunan progesteron tertentu.   

3.    Teori Oksitosin internal

a.    Oksitosin dikeluarkn oleh kelenjar hipofisis parst posterior

b.    Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat mengubah sensitivitas otot rahim, sehingga sering terjadi kontraksi broxton hieks

c.    Menurunnya konsentrasi progesteron akibat tuanya kehamilan maka oksitosin dapat meningkatkan aktivitas, sehingga persalinan dapat mulai  

4.    Teori Prostaglandin

a.    Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur hamil 15 minggu, yang dikeluarkan oleh desidua

b.    Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingag hasil kosepsi dikeluarkan

c.    Prostaglandin dianggap dapat merupakan pemicu terjadinya persalinan 

 

2.1.4        Faktor-faktor dalam Persalinan

1.    Jalan lahir (Passage)

2.    Janin (Passanger)

3.    Tenaga atau kekuatan (Power)

4.    Psikologis persalinan merupakan hubungan saling mempengaruhi yang rumit antara dorongan psikologis dan fisiologis dalam diri wanita dengan pengaruh dorongan tersebut pada proses kelahiran bayi. Salah satu kondisi psikologis yang dapat menghambat proses persalinana adalah rasa cemas. 

5.    Penolong  (Muchtar, 2005).

 

2.1.5        Tanda dan Gejala Persalinan

1.    Kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi yang semakin pendek.

His paling tinggi di fundus uteri yang lapisan ototnya paling tebal dan puncak kontraksi terjadi simultan diseluruh bagian uterus. Sesudah tiap his, otot-otot korpus uteri menjadi lebih pendek dari pada sebelumnya yang disebut sebagai refraksi. Oleh karena serviks kurang mengandung otot, serviks tertarik dan terbuka (penipisan dan pembukaan), lebih-lebih jika ada tekanan oleh bagian janin yang keras. Umpamanya kepala. (Parwirohardjo, 2008).

2.    Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda, yaitu :

-       Pengeluaran lendir

-       lendir bercampur darah

3.    Dapat disertai ketuban pecah

4.    Pada pemeriksaan dalam dijumpai perubahan serviks.

-       Pelunakan serviks

-       pendataran serviks

-       terjadi pembukaan serviks (Manuaba, 1998).

 

2.1.6        Kekuatan yang Mendorong Janin Keluar

1.    His (Kontraksi Uterus)

a.    Kontraksi uterus karena otot-otot polos rahim bekerja dengan baik dan sempurna dengan sifat-sifat.

-       Kontraksi Simetris

-       Fundus Dominan

-       Relaksasi

b.    Sifat-Sifat lain dari his

-       Involunter

-       Intermiten

-       Terasa sakit

-       Terkoordinasi

-       Kadang-kadang dapat dipengaruhi dari luar secara fisik, kimia, dan psikis.

c.    Daftar Catatan Tentang His

-       Frekuensi

-       Amplitudo

-       Aktivitas His

-       Durasi His

-       Datangnya His

-       Interval

2.    Uterotonika dalam obstetric (Muchtar, 2002).

2.1.7        Kala Persalinan

Proses persalinan terdiri dari 4 kala yaitu :

a.    Kala I         : Waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan

lengkap 10 cm.

b.    Kala II        :  Kala pengeluaran janin

c.    Kala III      : waktu untuk pelepasan dan pengeluaran

d.   Kala IV      : mulai dari lahirnya uri selama 1-2 jam (Muchtar, 1998).

 

1.    Kala I

Dimulai dari saat persalinan mulai sampai pembukaan lengkap (10 cm). Kala pembukaan di bagi atas 2 fase :

a.    Fase laten (8 jam) serviks membuka sampai 3 cm

-  Dimulai sejak awal berkontrasksi yang menyebabkan penipisan dan

-  pembukaan serviks secara bertahap

-  Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm.

-  Pada umumnya, fase laten berlangsung hamper atau hingga 8 jam.

-  Kontraksi mulai teratur tetapi lamanya masih diantara 20-30 detik.

b.    Fase aktif (6 jam)

Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap. (kontraksi di anggap adekuat / memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih). Dan pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10 cm, akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam (nuli para atau primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm (multipara). Fase aktif dibagi atas 3 sub fase :

-       Periode akselerasi : berlangsung 2 jam pembukaan menjadi 4 cm.

-       Periode dilatasi maksimal : berlangsung selama 2 jam pembukaan cepat menjadi 9 cm.

-       Periode deselerasi : berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi 10 cm atau lengkap.

a.    Fase-fase yang dikemukakan diatas menjumpai pada primigravida bedanya dengan multigravida:

Primi

Multi

Servik mendatar (effacement)

 dulu baru dilatasi

Mendatar dan membuka bisa bersamaan

Berlangsung 13-14 jam

Berlangsung 6-7 jam

(Muchtar, 1998)

 

b.    Frekuensi minimal penilaian dan intervensi dalam persalinan normal

Parameter

Frekuensi pada fase laten

Frekuensi pada fase aktif

Tekanan darah

Setiap 4 jam

Setiap 4 jam

Suhu badan

Setiap 4 jam

Setiap 2 jam

Nadi

Setiap 30-60 menit

Setiap 30-60 menit

Denyut jantung janin

Setiap 1 jam

Setiap 30 menit

Kontraksi

Setiap 1 jam

Setiap 30 menit

Pembukaan serviks

Setiap 4 jam

Setiap 4 jam

Penurunan

Setiap 4 jam

Setiap 4 jam

 

c.    Penurunan kepala janin menurut system persalinan

 

Periksa dalam

Keterangan

= 5/5

 

Kepala diatas PAP mudah digerakkan

= 4/5

H = I-II

Sulit digerakan, bagian terbesar kepala belum masuk kedalam panggul

= 3/5

H = II-III

Bagian terbesar kepala belum masuk panggul

= 2/5

H = III +

Bagian terbesar kepala sudah masuk panggul

= 1/5

H = III - IV

Kepala didasar panggul

= 0/5

H = IV

Di Perineum

(Parwirohardjo, 2007)

2.    Kala II

Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi.

3.    Kala III

Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri agak diatas pusat. Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari didingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6 sampai 15 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri. Lepasnya plasenta ditandai dengan :

-       Uterus menjadi bundar

-       Uterus terdorong ke atas, karena plasenta lepas ke segmen bawah rahmim.

-       Tali pusat bertambah panjang

-       Terjadi perdarahan  

4.    Kala IV ( Observasi )

Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan post partum paling sering terjadi pada 2 jam pertama observasi yang dilakukan : tingkat kesadaran, pemeriksaan TTV, kontraksi uterus terjadinya perdarahan.Perdarahan dianggap normal bila jumlahnya tidak melebihi 400 sampai 500 cc. 

Lamanya perdarahan pada primi dan multi adalah

Kala

Primi

Multi

I

II

III

13 jam

1 jam

½ jam

7 jam

½ jam

¼ jam

Lama Persalinan

14 ½ jam

7 ¾ jam

(Muchtar, 1998)

 

2.1.8        Mekanisme Persalinan

Presentasi belakang kepala dan kebanyakan presentasi ini masuk dalam pintu atas panggul dengan sutura sagitalis melintang. Ubun-ubun kecil kiri melintang lebih sering dari pada ubun-ubun kanan melintang.

1.    Turunnya kepala. Dibagi dalam :

a.    Masuknya kepala dalam PAP

b.    Majunya kepala

-       Masuknya kepala dalam PAP dengan posisi sutura sagitalis melintang

-       Jika sutura sagitalis terdapat ditengah-tengah jalan lahir yaitu tempat diantara symphisis dan promontorium maka dikatakan kepala dalam posisi “Synclitismus”

-       Jika sutura sagitalis agak kedepan mendekati symphisis atau agak kebelakang maka disebut “Asynclitismus”

-       Jika sutura sagitalis mendekati symphisis dan os parietal kebelakang kepala lebih rendah dari os parietal depan maka disebut ‘Asynclitismus Posterior’

-       Sedangkan bila sutura sagitalis mendekati promontorium sehingga os parietal belakang disebut “Asynclitismus Anterior”

-       Pada primigravida majunya setelah janin masuk PAP dan biasanya baru mulai pada kala II.

-       Yang menyebabkan majunya kepala ;

a.    Tekanan cairan intra uterin

b.    Tekanan langsung oleh fundus pada bokong

c.    Kekuatan mengejan

d.   Meluruskan badan janin oleh perubahan bentuk rahim

2.    Flexi

Ukuran kepala yang lebih kecil melalui jalan lahir diameter SOB (Sub Occipito Bregmatika 9,5cm) menggantikan diameter SOF (Sub Occipito Frontalis 11cm)

3.    Putar Paksi Dalam

-       Pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga bagian terendah dibagian depan memutar kedepan bawah symphisis.

-       Putar paksi dalam mutlak perlu untuk kelahiran kepala karena putar paksi merupakan suatu usaha menyelesaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir khususnya bentuk bidang tengah dan PBP (Pintu Bawah Panggul).

4.    Ekstensi (Defleksi)

-       Ekstensi terjadi karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah kedepan dan atas, sehingga kepala harus mengadakan ekstensi / defleksi untuk melewatinya.

-       Setelah sub occipito tertahan pada pinggir bawah symphisis maka berturut-turut lahir ubun-ubun besar, dahi, hidung, mulut dan dagu.

-       Sub occipito yang menjadi pemutaran disebut hipomoklion (titik pusat)

5.    Putar Paksi Luar

Setelah kepala lahir maka kepala janin memutar kembali kearah punggung janin untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena putar paksi dalam.

6.    Ekspulsi

-       Setelah putar paksi luar bahu depan sampai bawah symphisis dan menjadi hipomoclion untuk kelahiran bahu belakang.

-       Kemudian bahu depan menyusul dan selanjutnya seluruh badan janin lahir searah dengan paksi jalan lahir

 

2.2     Konsep Dasar Vacum Ekstraksi

2.2.1   Definisi

Ekstraksi vacum adalah suau persalinan buatan, janin dilahirkan dengan ekstraksi tenaga negative (vacum) dikepalanya. Alat ini dinamakan ekstraktor vacum atau ventouse.

 

2.2.2   Indikasi

a.    Ibu

-       Untuk memperpendek kala II

-       Penyakit jantung kompesata

-       Penyakit paru-paru fibrotic

-       Kelelahan ibu

-       Partus tidak maju

-       Toksemia gravidarum

b.    Janin

-       Adanya gawat janin

-       Waktu

-       Persalinan kala II lama

 

2.2.3   Kontra Indikasi

a.    Ibu

-       Rupture uteri membakat

-       Pada penyakit-penyakit dimana ibu secara mutlak tidak boleh mengejan, misalnya payah jantung, pre eklamsia berat.

b.    Janin

-       Letak muka

-       After coming head

-       Janin preterm

 

2.2.4   Syarat

a.    Pembukaan serviks lengkap

b.    Kepala janin berada di hodge III+ engaged

c.    Tidak ada disproporsi sefalopelvik (tidak adanya kesesuaian antara besar kepala janin dan panggul)

d.   Ada his / tenaga mengejan

e.    Ketuban sudah pecah / dipecahkan

 

2.2.5   Persiapan Tindakan

Persiapan ibu dalam posisi litotomi, kosongkan kandung kemih dan rectum, bersihkan vulva dan perineum dengan antiseptic dan beri infuse bila diperlukan. Siapkan alat-alat yang diperlukan.

 

2.2.6   Teknik Tindakan

Pemasangan vakum ekstraktor dilakukan sebagai berikut :

1.    Wanita tidur dimeja dalam letak litotomi. Vulva dan sekitarnya dibersihkan dengan kapas sublimat atau kapas lisol (dan kemdian dengan tincturajidii 2 %)

2.    Dilakukan pemeriksan dalam sekali lagi dengan teliti dengan perhatian khusus pada pembukaan, sifat servix dan vagina, turunya kepala janin dan posisinya

3.    Dipilih cup (mangkok) yang akan dipakai. Sedapat mungkin dipakai cup yang besar supaya tidak mudah terlepas

4.    Cup dilicinkan/dicelup dalam sabun spirtus atau air sabun steril (jangan pakai minyak karena licin dan mudah lepas)

5.     Cup dimasukkan dalam vagina dan diletakkan pada kepala janin. Titik yang ada pada cup sebaiknya/sedapat dapatnya menunjuk ke ubun-ubun kecil. Diperhatikan apakah ada bagian leher servix atau dinding vagina yang terjepit

Catatan :

Dalam presentasi belakang kepala mangkok dipasang pada occiput atau sedekat-dekatnya. Apabila occiput tidak jelas letaknya atau presentasi lain, maka mangkok dipasang dekat pada sacrum ibu, lebih-lebih apabila kepala masih tinggi. Letak mangkok pada kepala harus sedemikian rupa sehingga arah tarikan nantinya tegak lurus dengan mangkok

6.    Kemudian seorang pembantu memompa (udara dikeluarkan ) dengan perlahan-lahan sampai tekanan – 0,2 atmosfir ( -0,2kg/ cm²) .

7.    Kemudian diperiksa lagi apakah tidak ada jaringan leher cervix atau dinding  

8.    Tekanan -0,2 atmosfer dipertahankan selama 2 menit, kemudian dipompa lagi hingga tekanan turun sampai -0,4 atmosferdan selanjutnya berangsur-angsur tiap2 menit tekanan diturunkan sampai -0,6- - 0,8 atmosfer sehingga terbebentuk caput.

9.    Setelah tekanan yang diingini tercapai masih ditunggu 2 menit lagi sebelum tarikan definitif dimulai bersama-sama dengan his sambil ibu disuruh mengejan seperti pada pimpinan partus biasa dengan kedua lengan ibu merangkul dan menarik lipat lulut kearah kepala ibu.

Adakalanya his sebelum tekanan yang dikendak tercapai. Dalam hal ini ekstraktor vakum sudah boleh ditarik secara hati-hati supaya mangkok jangan sampai lepas dan supaya kepala janin lebih turun. Apabila his hilang tarikan jangan dilepas sama sekali , akan tetapi  tarikan ringan diteruskan secara kontinu supaya kepala tidak terlampau mundur. Dengan demikian pada his berikutnya ibu mengejan lagi dan kepala sekarang maju dengan titik permulaan yang lebih rendah letaknya.

10.              untuk mengarahkan tarikan , tiga jari tangan kiri dimasasukan kedalam jalan  lahir. Jari telunjuk dan jari tengah diletakkan pada tepi cup sedangkan ibu jari menekan bagian tengah.tarikan dilakukan oleh tangan kanan pada pegangan yang berbentuk palang, sambil tangan kiri berusaha supaya cup tidak mudah lepas dari kepala. Tarikan kearah bawah sampai kepala didasar panggul.

11.              tarikan mendatar sampai ubun-ubun  kecil dibawah syimpisis. Apabila kepala sudah hampir lahir tangan kiri mengambil alih ekstraktor vacum dengan memegang pipa karetkan nya (bukan peganggannya ) dekat pada vulva sambil dililitlilit kan pada jari.tangan kanan yang sekarang bebas menyokong dan melindungi perineum.

12.              tarikan diarahkan keatas (ventral) dan berangsur-angsur lahir seluruh kepala. Setelah seluruh kepala lahir,bahu dan badan anak dilahirkan seperti biasa. Kemudian ventil dilepas (sekrupnya dikendorkan) perlahan-lahan supaya udara masuk kedalam botol dan tekanan negatif hilang. Mangkok(cup) dapat dilepaskan dari anak. Apabila cup sukar lepas karena erat hubungannya dengan kepala, maka pipa karet yang menghubungkan botol dengan pegangan dilepaskan lebih dulu.

 

Dengan ekstraktor vakum lahirnya kepala dapat diusahakan perlahan-lahan seperti pada partus spontan . karena itu perlukaan jalan lahir ringan. Apakah episiotomi diperlukan, tergantung pada keadaan.

 

2.2.7   Kriteria Vakum Ekstraksi

1.    Waktu dilakukan traksi, mangkuk terlepas sebanyak 3 kali.

2.    Dengan waktu setengah jam dilakukan traksi janin tidak lahir.

 

2.2.8   Penyebab Kegagalan

1.    Tenaga vakum terlalu rendah

2.    Tenaga negative dibuat terlalu cepat, sehingga tidak tidak terbentuk kaput suksedaneum yang sempurna yang mengisi seluruh mangkuk.

3.    Selaput ketuban melekat antara kulit kepala dan mangkuk sehingga mangkuk tidak dapat mencekam dengan baik.

4.    Bagian-bagian jalan lahir (vagina, serviks) ada yang terjepit kedalam mangkuk.

5.    Kedua tangan kiri dan tangan penolong tidak bekerja sama dengan baik.

6.    Traksi terlalu kuat.

7.    Cacat (defect) pada alat, misalnya kebocoran pada karet saluran penghubung.

8.    Adanya disproporsi sefalo-pelvik. Setiap mangkuk lepas pada waktu traksi, harus diteliti satu persatu kemungkinan-kemungkinan diatas dan diusahakan melakukan koreksi.

 

2.2.9   Komplikasi

a.    Ibu

-       Pendarahan

-       Trauma jalan lahir

-       Infeksi

b.    Janin

-       Luka-luka kulit kepala

-       Sefalhematoma

-       Perdarahan atau kerusakan otak

-       Asfiksia

 

2.2.10    Keuntungan

a.    Cup dapat dipasang waktu kepala masih agak tinggi, hodge III atau kurang dengan demikian mengurangi frekuensi sectio caesaria

b.    Tidak perlu diketahui posisi kepala dengan tepat, cup dapat dipasang pada belakang kepala atau dahi

c.    Tarikan tidak terlalu berat. Dengan demikian kepala tidak dapat dipaksakan melalui jalan lahir. Apabila tarikan terlalu berat cup akan lepas dengan sendirinya.

d.   Cup dapat dipasang meskipun pembukaan belum lengkap, misalnya pada pembukaan 7 cm untuk mempercepat pembukaan. Untuk ini dilakukan tarikan ringan yang kontinue sehingga kepala menekan pada cervix. Tarikan tidak boleh terlalu kuat untuk menghindari robekan cerix. Disamping itu cup tidak boleh terpasang lebih dari ½ jam untuk menghindari kemungkinan timbulnya perdarahan otak

e.    Vakum ekstraktor dapat ula digunakan untuk memutar kepala dan mengadakan fleksi kepala (misalnya pada letak dahi)

 

2.2.11    Kerugian

a.    Karena waktu yang diperlukan untuk pemasangan cup sampai dapat ditarik relatif lebih lama dari pada forceps (± 10 menit) cara ini tidak dapat dipakai apabila ada indikasi untuk melahirkan anak dengan cepat seperti misalnya pada foetal distress

b.    Alat relatif lebih mahal dari pada forceps biasa

 

2.3     Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Menurut Hellen Varney

            Manajemen kebidanan adalah metode kerja profesi dengan menggunakan langkah-langkah pemecahan masalah sehingga alur kerja dari pengorganisasian pemikiran dan langkah dalam suatu urutn yang logis yang menguntungkan baik bagi pasien dan bidan.

            Dalam melaksanakan proses manajemn ini menggunakan 7 langkah,yaitu :

2.3.1   Pengkajian

            Menggali dengan cara mengumpulkan semua data yang dikumpulkan untuk mengevaluasi pasien secara lengkap dan terfokus.

A.  Data Subyektif

1.    Biodata

a.    Nama Klien

Tujuannya agar dapat mengenal / memanggil klien dan tidak terjadi kekeliruan dengan pasien yang lainnya.

b.    Umur

Umur penting karena ikut menentukan prognosis kehamilan jika umur terlalu lanjut / terlalu muda maka persalinan lebih banyak resikonya.

c.    Suku Bangsa

Untuk mengetahui kebiasaan sehari-hari atau pola kehidupan pasien.

d.   Pendidikan

Penting karena berkenan dengan motivasi yang diberikan petugas dapat diterima sesuai dengan tingkat pengetahuannya.

e.    Pekerjaan

Ditanyakan unuk mengetahui bagaimana taraf hidup dan social ekonomi klien itu agar nasehat kita dan pengobatan nanti sesuai.

f.     Agama

Ditanyakan agar bila timbul keadaan gawat segera dapat diketahui siapa peerlu dihubungi dan saat proses persalinan umat  menganjjurkan agar bayi diberi adzan.

g.    Alamat

Untuk mengetahui klien itu tinggal dimana,menjaga kemungkinan bila ada klien yang namanya sama, selain itu alamat juga diperlukan bila mengadakan kkunjungan rumah.

2.    Keluhan Utama

Apakah penderita dating untuk pemeriksaan kehamilan ataukah ada pengaduaan-pengaduan lain yang penting. Ibu datang dengan keluhan kenceng-kenceng, tidak kuat untuk mengejan dan keluar cairan merembes melalui jalan lahir.

3.    Riwayat Menstruasi

-       Yang ditanyakan tentang haid (menache, haid teratur / tidak, siklus, lamanya, banyaknya, sifat darah, disenorhea, HPHT)

-       Anamnesahaid memberikan kesan pada klien tentang faal alat reproduksi haid teratur atau tidak dan siklusnya diperlukan untuk menghitung TP.

4.    Riwayat Kehamilan, persallinan dan nifas yang lalu

-       Kehamilan     : gangguan eperti perdarahan, muntah yang sangat dan lainnya.

-       Persalinan      : spontan / buatan aterm, preterm.

-       Nifas             : adakah panas / perdarahan, bagaimana laktasi.

-       Anak                         : jenis kelamin, hidup / mati, umur berapa dan penyebabnya apa.

5.    Riwayat Kehamilan ini / ANC / TT

Yang ditanyakan mulai merasakan pergerakan anak, kalau kehamilan masih muda adakah mual, muntah, sakit kepala, perdarahan.

B.  Data Obyektif

1.    Pmeriksaan Umum

-          Keadaan Umum          : untuk menilai keadaan, kesehatan secara

menyeluruh

-         Suhu                            : pengukuran melalui axial / oral jika suhu tinggi

menandakan adanya infeksi

-          Pernafasan                   : cepat, lebih dari 24 x/menit

-          Nadi                            : lebih dari 100 x/menit

-          Tekanan darah             : ibu yang bersalin dengan vakum ekstraksi tidak

boleh memiliki tensi yang lebih dari 140/90 mmHg

-          Berat Badan                : prognosa kehamilan dan persalinan orang gemuk

kurang baik dibandingkan dengan berat badannya normal, bukan hanya beratnya saja terlihat tapi bagaimana perubahan BB tiap kali ibu pemeriksaan dini, BB dalam TM III tidak boleh tambah 1kg/mgg/3kg/bulan penambahan melebihi batas dikarenakan ada perubahan pro odema.

2.    Inspeksi

-       Rambut    : bersih/ tidak, adakah kerontokkan

-       Muka                    : adakah cloasma gravidarum, keadaan selaput mata pucat/

merah, adakah odema pada muka, bagaimana keadaan lidah/ gigi

-       Leher                    : adakah pembesaran vena jogularis, kel. Limfe, kel tiroid

dan struma

-       Dada                    : bagaimana bentuk buah dada pigmentasi pada areola

mamae, keadaan papilla, apakah sudah ada pengeluaran

-       Perut                     : perut membesar kedepan/ kesamping, berapa kali

kontraksi

-       Vulva                   : keadaan perineum, adakahvarices, tanda chadwik,

condiloma, fluor albus

-       Anus                     : apakah ada hemoroid

-       Ekstremitas          : untuk melihat apakah ada varices, odema, simetris/ tidak

3.    Palpasi

Leopold I   : untuk mengetahui usia kehamilan dan menentukan bagian apa

yang terdapat pada fundus

Leopold II  : untuk mengetahui bagian apa yang terdapat pada samping kanan

kiri perut ibu

Leopold III            : untuk mengetahui bagian terendah janin dan sudah PAP atau

belum

Leopold IV            : untuk mengetahui terdapat CPD atau tidak dan berapa bagian

yang sudah masuk PAP

4.    Auskultasi

Mendengarkan denyut jantung janin, berapa frekuensinya, janin sehat bunyi jantung 120-140 x/menit, teratur atau tidak

5.    Perkusi

Bagaimana reflek patella kaki kanan dan kiri, bila negative kemungkinan terjadi hypovitamin B1 dan penyakit urat saraf.

6.    Pemeriksaan khusus vakum ekstraksi

-       VT                     : untuk mengetahui pembukaan

-       Effacement        : sudah berapa persen pendataran serviksnya

-       Konsistensi        : lunak atau keras

-       Ketuban             : pecah atau masih utuh

-       Presentasi           : untuk mengetahui letak apa yang sudah turun ke hodge berapa

 

2.3.2   Interpretasi Data

Menentukan diagnosa/ masalah, langkah ini dikembangkan dari interpretaasi data kedalam identifikasi yang spesifik mengenai masalah atas diagnosa.

Data Dasar :

Ds                    : Data subyektif yang menunjang diagnosa

Do                   : Data obyektif yang menunjang diagnosa, TFU, TTV, VT, DJJ,

BB, TB.

Kebutuhan      : Kebutuhan pokok yang dibutuhkan pasien

 

2.3.3   Diagnosa Potensial

Mengantisipasi masalah potensial/diagnose potensial lainnya yang mungkin terjadi karena masalah/diagnose yang telah diidentifikasi, misalnya terjadi infeksi, perdarahan, dll

 

2.3.4   Kebutuhan Segera

Kolaborasi dengan dokter SpOG

 

2.3.5   Intervensi

No

Intervensi

Rasional

1

 

2

 

3

 

4

 

5

Jelaskan pada klien tentang hasil pemeriksaan

Lakukan informed consent pada klien dan keluarga

Kolaborasi dengan dokter untuk melakukan vakum ekstraksi

Lakukan pertolongan segera dengan vakum ekstraksi

Klien dianjurkan untuk tirah baring

agar klien tidak khawatir dengan kondisinya

untuk meminta persetujuan keluarga sebelum melakukan tindakan pada klien.

melaksanakan fungsi independent

 

untuk mengakhiri persalinan

 

agar tidak kekurangan tenaga

 

2.3.6   Implementasi

Mengarahkan/ melaksanakan rencana secara efisien dan aman.

 

2.3.7   Evaluasi

Mengevaluasi keektifan dari asuhan yang diberikan mengulangi kembali dengan benar proses penatalaksanaan bagi aspek asuhan yang telah dilakukan tetapi ternyata tidak efektif evaluasi berdasarkan tujuan atau hasil yang diharapkan.

 

BAB III

TINJAUAN KASUS

 

3.1    Pengkajian          

Tanggal            :                       Jam      :                       Oleh     : Nur Hidayati

A.  Data Subyektif

1.    Identitas

Nama Klien        : Ny. “K”                      Nama Suami     : Tn. “S”

Umur                  : 41 tahun                     Umur                : 27 tahun

Pendidikan          : SD                             Pendidikan       : SMA

Agama                : Islam                          Agama             : Islam

Pekerjaan           : -                                 Pekerjaan         : Swasta

No. Registrasi     :                                   Menikah           : 21 tahun

Alamat                :                                   Lama menikah  : 1 tahun

2.    Riwayat Menstruasi

Siklus Menstruasi            :                       Menarche         :

Lama                              :                       HPHT              :

Warna                            :                       Dysminorea      :

Bau                                 :                       Flour Albuse     :

3.    Keluhan Utama

 

4.    Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang Lalu

No

Suami ke

UK

Jns. Persal

Penol

Penyul

BB/PB

Jns.Kel

H/M

Menetek

KB

Ket

1

1

 

 

 

 

 

 

19 th

 

 

 

2

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

5.    Riwayat Kehamilan ini/ANC/TT

Ibumengatakan bahwa ini kehamilan yang kedua dengan usia kehamilan 9bulan, gerak anak mulai dirasakan pada usia kehamilan 5 bulan, ibu memeriksakan kehamilannya di Bidan sebanyak 12 kali, ibu sudah mendapatkan TT lengkap. Keluhan ibu selama hamil, pada TM I : ibu mengeluh mual-mual tapi sudah diberi obat oleh bidan, TM II : tidak ada keluhan, TM III : sering BAK.

B.   Data Obyektif

1.    Pemeriksaan Umum

Kesadaran          : Composmentis

KU                     : Baik

BB/TB                 : 53 kg/155 cm                        TD       :­­­120/70 mmHg

Nadi                   : 84 x/Menit                             suhu     : 36,7˚C

2.    Pemeriksaan Fisik

2.1     Inspeksi

Rambut                                    : Hitam, bersih

Muka              

-       Cloasma grafidarum : Tidak ada

-       Conjungtiva              : Merah muda

-       Sclera                                    : Putih

Mulut  

-       Gigi               : Tidak ada caries

-       Stomatitis      : Tidak ada

-       Bibir kering   : Tidak

-       Lidah pucat   : Tidak

Payudara

-       Bentuk           : Simetris, Bulat

-       Areola           : Hiperpigmentasi

-       Putting susu  : Menonjol

-       Keluaran       : Kolostrum

-       Kebersihan    : Bersih

Perut

-       Pembesaran  : Sesuai dengan usia kehamilan

-       Strie               : Lividae

-       Linea             : Nigra

-       Luka Parut    : Tidak ada

Vulva

-       Warna           : Kehitaman

-       Luka parut    : Tidak ada

-       Keluaran       : Lendir dan cairan merembes

-       Varises          : Tidak ada

-       Odema           : Tidak ada

-       Kelainan        : Tidak ada

Anus

-       Hemoroid      : Tidak ada

Ekstermitas atas dan bawah

-       Varises          : Tidak ada

-       Odema           : Tidak ada

2.2     Palpasi

TFU                 :

Leopold I         : TFU 32 cm, teraba bulat, kurang melenting, lunak

(bokong)

Leopold II        : Bagian kanan teraba panjang, keras, seperti papan

(Puka) dan bagian kiri perut ibu teraba kecil-kecil ada celah (ekstremitas)

Leopold III       : Bagian terendah teraba keras bulat sedikit melenting

(kepala)

Leopold IV       : sudah masuk PAP (divergen 4/5 bagian)

His                   :

Leher

-       Pembesaran vena jugularis              : Tidak ada

-       Pembesaran kelenjar tiroid              : Tidak ada

-       Pembesaran kelenjar limfe               : Tidak ada

2.3     Auskultasi

-       Cortonen    : 142 x/menit

-       Teratur       : Ya

2.4     Perkusi

Reflek patella  : +/+

3.    Pemeriksaan Khusus

Vagina toucher (tgl: 22 Maret 2010         jam: 20.00 WIB)

Pembukaan           : 1 cm

Effacement            : 15 %

Ketuban                : (-)

Presentasi             : Belakang kepala

Denominator         : UUK

Hodge                    : I

 

3.2    Interpretasi Data

Dx                    : GIIPI000I A/T/H intra uterine presentasi belakang kepala

kesan panggul normal KU ibu dan janin baik Inpartu Kala I Fase Aktif

Ds                    : Ibu mengatakan merasa kenceng-kenceng sejak pukul 19.00

WIB, tanggal 22 Maret 2010 dan mengeluarkan cairan merembes.

Do                   :

KU    :                                   R          :

TD     :                                   DJJ      :

N       :                                   His       :

S        :                                   VT       :

Palpasi : TFU : 32 cm, teraba pertengahan pusat – px, VT : Ø 1cm, eff : 15 %, sudah masuk PAP 4/5 bagian, hodge I.

 

3.3    Diagnosa Potensial

Infeksi dan perdarahan

 

3.4    Kebutuhan Segera

Kolaborasi dengan dokter SpOG

 

3.5    Intervensi

Tanggal : 22 Maret 2010                                              jam : 14.00 WIB

Dx        : GIP00000 A/T/H, intra uterine, presentasi belakang kepala, kesan

panggul normal, KU ibu dan janin baik dengan Inpartu Kala I Fase Aktif

Tujuan : Setelah diberikan Asuhan Kebidanan diharapkan dalam waktu 1×24

jam keadaan ibu tetap stabil.

Kriteria:- Kemajuan

- Bayi lahir spontan

- Tidak terjadi komplikasi

No

Intervensi

Rasional

1

 

2

 

3

4

 

5

6

 

 

7

 

8

 

Jelaskan pada klien tentang hasil pemeriksaan

Berikan nutrisi dan hidrasi

peroral

Berikan posisi yang nyaman

Lakukan informed consent pada klien dan keluarga

Observasi CHPB dan TTV

Kolaborasi dengan dokter untuk melakukan tindakan vakum ekstraksi

Lakukan pertolongan segera dengan vakum ekstraksi

Klien dianjurkan untuk tirah baring

Agar klien tidak khawatir dengan kondisinya

Sebagai sumber tenaga pasien

 

Agar pasien merasa nyaman

Untuk meminta persetujuan keluarga sebelum melakukan tindakan pada klien

Untuk memantau keadaan janin dan ibu

Melaksanakan fungsi independent

 

 

untuk mengakhiri persalinan

 

agar tidak kekurangan tenaga

 

 

3.6    Implementasi

Hari/tgl

Tindakan

Ttd

 

1.     Menjelaskan pada klien tentang hasil pemeriksaan

2.     Memberikan nutrisi dan hidrasi peroral

3.     Memberikan posisi yang nyaman

4.     Melakukan informed consent pada klien dan keluarga

5.     Mengobservasi CHPB dan TTV

6.     Berkolaborasi dengan dokter untuk melakukan tindakan vakum ekstraksi

7.     Melakukan pertolongan segera dengan vakum ekstraksi

8.     Menganjurkan pasien untuk tirah baring

 

 

LEMBAR OBSERASI

Tgl/Jam

His

DJJ

TD/N/S

Keterangan

 

 

 

 

 

 

Kala II

Dx       : GIP00000 A/T/H, intra uterin, presentase belakang kepala, kesan panggul normal, KU ibu dan janin baik, Inpartu Kala II dengan kelelahan ibu.

Ds        : Ibu mengatakan perutnya terasa kenceng-kenceng dan tidak kuat lagi untuk mengejan.

Do       : Ibu terlihat menyeringai kesakitan karena perutnya terus kenceng-kenceng,  nadi ibu semakin cepat lebih dari 100 x/menit dan pembukaan sudah lengkap.

 

Tgl / jam

Keterangan

23 Maret 2010

Setelah pembukaan lengkap, mengatur posisi untuk meneran yaitu posisi litotomi.Setelah itu masukkan mangkuk kedalam vagina dengan posisi miring dan dipasang pada bagian terendah kepala, menjauhi ubun-ubun besar.tonjolan pada mangkuk, diletakkan sesuai dengan letak denominator. Setelah itu dilakukan penghisapan dengan pompa penghisap dengan tenaga 0,2 kg/cm² dengan interval 2 menit. Ini membutuhkan waktu kurang lebih 6-8 menit. Dengan adanya tenaga negative ini, maka pada mangkuk akan terbentuk kaput suksedaneum artifisialis (chignon). Sebelum dilakukan traksi, dilakukan periksa dalam ulang untuk mengetahui bagian-bagian jalan lahir yang ikut terjepit. Bersamaan dengan timbulnya his, ibu diminta untuk mengejan dan mangkuk ditarik searah dengan arah sumbu panggul. Pada waktu melakukan tarikan ini harus ada koordinasi yang baikantara tangan kiri dan kanan penolong. Ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri menahan mangkuk, sedangkan tangan kanan melakukan tarikan dengan memegang pada pemegang. Maksud tangan kiri menahan mangkuk ialah agar mangkuk selalu dalam posisi  yang benar dan sewaktu-waktu mangkuk lepas, maka mangkuk tidak akan meloncat kearah muka penolong. Traksi dilakukan terus selama ada his dan harus mengikuti putar paksi dalam, sampai akhirnya suboksiput berada dibawah symphisis. Bila his berhenti, maka traksi juga dihentikan. Berarti traksi dikerjakan secara intermittent, bersama-sama dengan his. Kepala janin dilahirkan dengan menarik mangkuk kearah atas, sehingga kepala janin melakukan gerakan defleksi dengan suboksiput sebagai hipomoklion dan berturut-turut lahir bagian-bagian kepala sebagaimana lazimnya. Pada waktu kepala melakukan gerakan defleksi ini, maka tangan kiri penolong segera menahan perineum. Setelah kepala lahir, pentil dibuka, udara masuk kedalam botol, tekanan negative menjadi hilang dan mangkuk dilepas. Setelah itu tunggu putar paksi luar, kemudian cek adanya llilitan tali pusat. Jika ada kita kendorkan, pegang kepala bayi secara biparietal dan lakukan curam kebawah untuk melahirkan bahu depan dan curam keatas untuk melahirkan bahu belakang. Kemudian lakukan sangga pada kepala dan tangan kiri menyusuri kaki sampai lahirnya seluruh kaki/ tumit kaki dikait. Segera nilai (warna kulit, tangisan bayi dan pernafasan) letakkan bayi diatas perut ibu dan kita cek fundus untuk mengetahui adanya bayi kedua. Beritahu ibu kalau akan disuntik oksitosin 10 unit/ IM pada paha atas kiri bagian luar dan segera potong tali pusat bayi yang sebelumnya telah diklem pada dua tempat. Letakkan kepala bayi lebih rendah daripada tubuhnya, bayi dikeringkan kecuali tangan. Serahkan bayi pada petugas kesehatan untuk dilakukan pengukuran, penimbangan dan imunisasi.

 

PENILAIAN APGAR SCORE

No.

Kategori

1 menit

5 menit

1.

2.

3.

4.

5.

Warna kulit

Frekuensi nadi

Reaksi rangsangan

Tonus otot

Pernafasan 

2

1

1

2

2

2

1

2

2

2

6.

JUMLAH

8

9

 

Bayi lahir spontan belakang, pada tanggal 23 Maret 2010,  jam 18.00 WIB, Jenis kelamin ♂ (laki-laki), BB : 3200 gram, PB : 49 cm, A-S : 8-9

 

Kala III

Dx        : P10001 dengan Kala III

Ds        : Ibu mengatakan perutnya terasa mules

Do    : Ibu terlihat menyeringai kesakitan karena perutnya yang terus mules, disertai adanya tanda-tanda pelepasan plasenta : tali pusat bertambah panjang, adanya semburan darah dan uterus globuler.

Tgl/ jam

Keterangan

23 Maret 2010

18.10

Setelah bayi lahir ditaruh diperut ibu, kemudian kita pindahkan klem 5-10 cm didepan vulva. Posisi tangan kanan diletakkan diatas simphisis secara dorso cranial, menunggu uterus berkontraksi dan melakukan peregangan kearah bawah pada tali pusat, jika plasenta sudah terlihat diintroitus vagina, sambil memutar searah jarum jam hingga selaput ketuban terlepas dan dilahirkn plasenta, kemudian masase uterus hingga berkontraksi dan nilai perdarahan, kelengkapan plasenta, periksa adanya robekan pada mukosa vagina dan perineum, masase 15 detik lagi sampai kontraksi uterus baik, melakukan pengecekkan tensi, nadi, masase lagi dan mengajarkan pada ibu, membersihkan ibu supaya nyaman.

Plasenta lahir spontan lengkap, tanggal 23 Maret 2010, jam 18.10 WIB, panjang ± 50cm, diameter 20cm, tebal ± 1,5cm, insersi sentralis, berat plasenta ± 400gram.

 

Kala VI

Tanggal : 23 Maret 2010                                              jam : 20.10 WIB

Dx        : P10001 dengan Kala IV

Ds     : Ibu mengatakan merasa nyeri pada daerah panggul belakang, perut dan vagina

Do    : Adanya kontraksi uterus yang keras dan luka perineum dikarenakan episiotomy.

 

TFU                                                                 : 1 jari dibawah pusat

Kontraksi uterus                       : baik

Fluxus aktif                               : ± 100CC

Tanda-tanda vital                : nadi : 88 x/ menit, tensi : 110/ 70 mmHg, RR : 24 x/ menit, suhu : 36,5˚C

 

3.7    Evaluasi

Tanggal : 23 Maret 2010                      jam : 20.30 WIB

S          :           Ibu mengatakan merasa lega dan senang melahirkan anaknya dengan selamat

O         :           KU : baik, tensi : 110/ 70 mmHg, nadi : 86 x/ menit, RR : 24 x/ menit, suhu : 36,5˚C

- jam 18.00 WIB, bayi lahir spontan belakang, laki-laki, BB : 3200 gram, PB : 49 cm

- plasenta lahir lengkap

- kontraksi uterus baik

- perdarahan ± 100CC

- kandung kemih kosong

- luka episiotomy telah dijahit

A         : P10001 2jam Post Partum

P          : Berikan HE tentang :

- nutrisi yang cukup, jangan tarak

- personal hygiene

- mobilisasi dini

- istirahat yang cukup

- ASI Eksklusif

- cara menyusui yang benar

- cara perawatan payudara

- perawatan bayi sehari-hari

- KB

Terapi  :           - amoxilin         3 × 1

B1                    3 × 1

Tablet Fe          3 × 1

Vitamin C         3 × 1

Follow up, 1 minggu tanggal 30 Maret 2010 atau jika ada keluhan.

   

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR ISI

 

Halaman Judul ..................................................................................................................  i

Lembar Pengesahan ..........................................................................................................  ii

Kata Pengantar.................................................................................................................. iii

Daftar Isi........................................................................................................................... v

 

BAB I PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang...................................................................................................... 1

1.2  Tujuan ...................................................................................................................  2

1.3  Ruang Lingkup .....................................................................................................  2

1.4  Metode Penulisan.................................................................................................. 2

1.5  Pelaksanaan........................................................................................................... 3

1.6  Sistematika Penulisan............................................................................................ 3

BAB II LANDASAN TEORI

2.1  Konsep Dasar Nifas .............................................................................................  5

2.2  Konsep Dasar Teori Cekcio Ceasarae................................................................... 18

2.3  Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Menurut Hellen Varney................................. 21

BAB III TINJAUAN KASUS

3.1  Pengkajian............................................................................................................. 27

3.2  Diagnosa / Masalah............................................................................................... 31

3.3  Diagnosa / Masalah Potensial dan Antisipasi Tindakan........................................ 31

3.4  Tindakan Segera.................................................................................................... 31

3.5  Intervensi / perencanaan........................................................................................ 32

3.6  Implementasi / pelaksanaan................................................................................... 32

3.7  Evaluasi ................................................................................................................  34

3.8  Catatan Perkembangan.......................................................................................... 35

BAB IV PENUTUP

4.1  Kesimpulan............................................................................................................ 36

4.2  Penutup ................................................................................................................  36

DAFTAR PUSTAKA

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

FKUI. 2001. Kapita selekta jilid 1. Jakarta : Media Aesculapius

I Gede Manuaba, Ida Bagus. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit kandungan dan Keluarga Berencana, EGC : Jakarta

Muchtar, Prof. Dr. Rustam, MPH. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid 1. Jakarta : EGC

Muchtar, Prof. Dr. Rustam, MPH. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid 2. Jakarta : EGC

Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Prawirohardjo, Sarwono.2006. Pelayanan Maternal dan Neonatal. Jakarta : yayasan Bina Pustaka

 

 

 

No comments:

Post a Comment

Askeb ANC Covid

  BAB III TINJAUAN KASUS 3.1     Pengkajian Hari / tanggal    : Senin, 20 Mei 2021                                           Jam   : 1...