Friday 2 July 2021

Konsep Dasar Status Gizi Pada Remaja Putri

 2.1    Konsep Dasar Status Gizi Pada  Remaja Putri

2.1.1        Pengertian Gizi

1.      Ruang lingkup gizi

Gizi atau disebut juga nutrisi, merupakan ilmu yang mempelajari perihal makanan serta hubungan nya dengan kesehatan. Ilmu pengetahuan tentang gizi (nutrisi) membahas sifat-sifat nutrien (zat-zat gizi) yang terkandung dalam makanan, pengaruh metabolisme serta akibat yang timbul bila  terdapat kekurangan (ketidakcukupan) zat gizi. Zat-zat gizi tidak lain adalah senyawa-enyawa kimia yang terkandung dalam makanan yang pada gilirannya diserap dan digunakan untuk meningkatkan kesehatan tubuh kita. Terdapat sejumlah besar zat gizi yang sebagian diantaranya bersifat esensial yang artinya tidak dapat disintesis sendiri oleh tubuh sehingga harus dikonsumsi dari makanan-makanan amino, asam lemak dan sejumlah karbohidrat sebagai energi.

Sedangkan golongan zat-zat gizi yang tidak esensial adalah zat-zat gizi yang dapat disintesis (dibentuk) didalam tubuh dari senyawa zat gizi tertentu walaupun kesemuanya ini dapat juga bersumber dari diet (hidangan yang              kita konsumsi sehari-hari). zat gizi secara garis besar dibedakan dalam dua           bentuk yaitu makronutrien (zat gizi makro)  dan mikronutrien (zat gizi mikro)             (Paath, EF, 2004 : 4).

2.1.2        Pengertian status gizi

Deswarni Idrus dan Gatot Kunanto (1990) mengungkapkan bahwa ada beberapa istilah yang berhubungan dengan status gizi yaitu sebagai berikut :

1.      Gizi (Nutrition) adalah sutu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ serta menghasilkan energi.

2.      Keadaan gizi adalah keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut atau keadaan fisiologik akibat dari tersedianya zat gizi dalam selular tubuh.

3.      Status gizi (Nutrition status) adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu.

4.      Malnutrition (gizi salah, malnutrisi) adalah keadaan patologis akibat kekurangan/kelebihan secara relatif maupun absolut satu atau lebih zat gizi. Terdapat 4 bentuk malnutrisi yaitu under nutrition, specific defisiency, over nutrition dan imbalance.

5.      Kekurangan Energi Protein adalah seseorang yang kurabg gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari dan atau gangguan penyakit tertentu.

(Supariasa, 2001 : 17-18)

Status gizi pada remaja putri adalah suatu tingkatan pada remaja putri yang merupakan akibat dari pemasukan dan penggunaan semua nutrien yang terdapat dalam makanan sehari-hari yang diperlukan oleh tubuh untuk tenaga, pemeliharaan pertumbuhan dan perbaikan sel (Budiyanto, 2001 : 219).


2.1.3        Kebutuhan gizi pada usia remaja

Makanan merupakan suatu kebutuhan pokok untuk pertumbuhan dan perkembangan bagi remaja. Kekurangan konsumsi makanan baik secara kuantitatif maupun kualitatif akan menyebabkan terjadinya gangguan proses metabolisme tubuh yang tentunya mengarah pada timbulnya suatu penyakit. Demikian juga sebaliknya apabila konsumsi berlebih tanpa diimbangi suatu kegiatan fisik yang cukup, gangguan tubuh juga akan timbul. Jadi dalam hal mengkonsumsi makanan yang perlu diperhatikan adalah kecukupan agar didapatkan suatu fungsi tubuh yang optimal (Sayogo, 2006 : 27-28).

Tabel 2.1 Anjuran Kecukupan Gizi Remaja (13-18 tahun)

Jenis kelamin

Umur (tahun)

Berat (kg)

Kebutuhan gizi

Fe (mg)

Energi (kal)

Protein (gr)

Vit. A (RE)

Laki-laki

13-15

16-19

45

56

2400

2500

64

66

600

600

17

23

Perempuan

13-15

16-19

46

50

2100

2000

62

51

500

500

19

25

(Moehdji, 2003 : 66)

2.1.4        Penilaian status gizi

Penilaian status gizi dibagi menjadi 2 yaitu :

1.      Penilaian status gizi secara langsung

Penilaian status gizi ini dibedakan menjadi 4 macam penelitian yang meliputi antropometri, klinis, biokimia dan biofisika.

2.      Penilaian status gizi tidak langsung

Penilaian status gizi ini dibedakan menjadi 3 macam penilaian yaitu survey konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi.

(Supariasa, 2001 : 18-21)

Dalam penelitian ini cara penilaian status gizi yang digunakan adalah secara langsung dengan antropometri

Antropometri berhubungan dengan pengukuran dimensi dan komposisi tubuh pada berbagai tingkat umur. Digunakan untu melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi yang terlihat pada pola pertumbuhan fisik serta proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot (Paath EF, 2004 : 118).

Beberapa indeks antropometri yang sering duigunakan adalah berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) (Supariasa, 2001 : 56).

 

Parameter antropometri yang digunakan dalam penelitian ini adalah indeks massa tubuh (IMT) yang merupakan cara yang paling sederhana mengevaluasi status gizi. Perhitungan indeks massa tubuh mempunyai rumus :

                        

 

Tabel 2.2 Persentil/p IMT remaja perempuan menurut WHO (World Health Organization)

 

Umur (tahun)

P5

P50

P85

P95

10

14.23

17.00

20.19

23.20

11

14.60

17.63

20.18

24.59

12

14.98

18.36

22.17

25.95

13

15.36

18.95

23.08

27.07

14

15.67

19.32

23.88

27.07

15

16.01

19.32

24.29

28.51

16

16.37

20.09

24.74

29.10

17

16.59

20.36

25.23

29.72

18

16.71

20.57

25.56

30.22

(Sayogo, 2006 : 48-49)


Keterangan :

1.      Keadaan gizi dikategorikan kurang pabila IMT bernilai dibawah P5 (< P5).

2.      Keadaan gizi dikategorikan normal apabila IMT bernilai antara P5 - < P85.

3.      Keadaan gizi dikategorikan lebih apabila IMT bernilai ³ P85.

4.      Keadaan gizi dikateorikan obesitas apabila IMT bernilai ³ P95

2.1.5        Masalah gizi pada remaja

Masalah-masalah gizi pada remaja yang umum terjadi ada 3 hal yaitu : 1) Obesitas ; 2) Kurang gizi kronis ; dan 3) Anemia. Masalah gizi lainnya yang masih jarang adalah bulimia.

1.      Obesitas

Walaupun kebutuhan energi dan zat-zat gizi lebih besar pada remja daripada dewasa, tetapi ada sebagian remaja yang mekannya terlalu melebihi kebutuhannya sehingga gemuk. Badan gemuk lebih banyak terjadi pada anak perempuan daripada laki-laki. Keadaan gemuk ini berpengaruh kurang baik terhadap imaginasi diri, perkembangan psikis serta sosial, sehingga dapat berakibat isolasi atau depresi yang akhirnya memicu makan lebih banyak lagi (Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur, 2005 : 60).

2.      Kurang Energi Kronis

Pada remaja badan kurus atau disebut Kurang Energi Kronis tidak selalu berupa akibat terlalu banyak olahraga atau aktivitas fisik. Pada umumnya adalah karena makannya terlalu sedikit. Remaja putri yang menurun berat badannya secara drastis erat hubungannya dengan faktor emosional, seperti takut gemuk seperti ibunya atau dipandang oleh lawan jenis kurang seksi. Banyak remaja kurang mengetahui bahwa deposit lemak paha, dada, bahu dan abdomen adalah normal dan sehat buat seorang perempuan sebagai calon ibu (DinKes Propinsi Jawa Timur, 2005 : 61).

3.      Anemia pada remaja

Anemia karena kurang zat besi adalah masalah yang paling umum dijumpai terutama pada perempuan. Zat besi diperlukan untuk membentuk sel-sel darah merah, dikonversi menjadi hemoglobin, beredar ke seluruh jaringan tubuh, berfungsi sebagai pembawa oksigen.

Remaja perempuan membutuhkan lebih banyak zat besi daripada laki-laki. Agar zat besi yang diabsorbsi lebih banyak tersedia untuk tubuh, maka diperlukan bahan makanan yang berkualitas tinggi. Daging, hati, ikan, ayam merupakan bahan pangan yang mengandung zat besi yang berkualitas tinggi, artinya yang mudah dicerna dan siap untuk dipergunakan. Sebaliknya zat besi yang diperoleh dari bahan pangan nabati seperti kacang kedelai, serealia, sayur-sayuran dan buah-buahan, tidak mudah untuk diabsorbsi oleh pencernaan kita (DinKes Propinsi Jawa Timur, 2005 : 61-62).

2.1.6        Faktor penyebab masalah gizi pada usia remaja

1.      Kebiasaan makan yang buruk

Kebiasaan makan yang buruk yang berpangkal pada kebiasaan makan keluarga yang tidak baik sudah tertanam sejak kecil akan terus terjadi pada usia remaja putri. Mereka makan seadanya tanpa mengetahui kebutuhan zat gizi tersebut terhadap kesehatan mereka (Moehdji, S, 2003 : 64).


2.      Pamahaman gizi yang keliru

Tubuh langsing sering menjadi idaman bagi remaja terutama remaja putri. Hal ini sering menjadi penyebab masalah karena untuk memelihara kelangsingan tubuh mereka menerapkan pengaturan makanan secara keliru, sehingga kebutuhan gizi mereka tidak terpenuhi. Hanya makan sekali sehari atau makan makanan seadanya, tidak makan nasi, merupakan penerapan prinsip pemeliharaan gizi yang keliru dan mendorong terjadinya gangguan gizi (Moehdji, S, 2003 : 65).

3.      Kesukaan yang berlebihan terhadap makanan tertentu

Kesukaan yang berlebihan terhadap makanan tertentu menyebabkan kebutuhan gizi tidak terpenuhi. Keadaan seperti ini biasanya terkait dengan “mode” yang tengah marak dikalangan remaja putri (Moehdji, S, 2003 : 65)

4.      Promosi yang berlebihan melalui media massa dan masuknya produk-produk makanan baru

Usia remaja putri merupakan usia dimana mereka sangat tertarik pada hal-hal yang baru. Kondisi itu dimanfaatkan oleh pengusaha makanan dengan mempromosikan produk makanan mereka dengan cara yang sangat mempengaruhi para remaja putri (Moehdji, S, 2003 : 65)

5.      Keterbatasan penhasilan keluarga

Tidak dapat disangkal bahwa penhasilan keluarga akan turut menentukan hidangan yang disajikan sehari-hari, baik kualitas maupun kuantitas          (Moehdji, S, 2003 : 65).


2.1.7        Dampak gizi tidak seimbang

1.      Dampak gizi kurang pada proses tubuh

a.       Pertumbuhan terhambat

b.      Produksi tenaga untuk bergerak, bekerja dan melakukan aktivitas berkurang

c.       Daya tahan terhadap tekanan atau stres menurun

d.      Terganggunya fungsi otak secara permanen

2.      Dampak gizi lebih pada proses tubuh

a.       Obesitas

b.      Penyakit-penyakit degenaratif seperti hipertensi

c.       Penyakit-penyakit diabetes

d.      Jantung koroner

e.       Penyakit hati dan kandung empedu

(Almatsier, S, 2001 : 11-12)

2.1.8        Penanggulangan masalah gizi

1.      Penangulangan masalah gizi kurang.

Penanggulangan masalah gizi kurang perlu dilakukan secara terpadu antar departemen dan kelompok profesi melalui upaya-upaya peningkatan pengadaan pangan, penganekaragaman produksi dan konsumsi pangan, peningkatan status sosial ekonomi, pendidikan dan kesehatan masyarakat, serta peningkatan teknologi hasil pertanian dan teknologi pangan              (Almatsier S, 2001 : 306).


2.      Penanggulangan masalah gizi lebih

Penanggulangan masalah gizi lebih adalah dengan menyeimbangkan masukan dan keluaran energi melalui pengurangan makan dan penambahan latihan fisik atau olahraga serta menghindari tekanan hidup atau stres. Penyeimbangan masukan energi dilakukan dengan membatasi konsumsi karbohidrat dan lemak serta menghindari alkohol (Almatsier S, 2001 : 308).

 


Thursday 1 July 2021

Konsep Dasar Menarche

 2.1    Konsep Dasar Menarche

2.1.1        Pengertian Menarche

Menarche atau menstruasi pertama merupakan salah satu perubahan pubertas yang pasti dialami setiap pada anak perempuan. Usia gadis remaja pada waktu pertama kalinya mendapat haid (menarche) bervariasi lebar, yaitu antara 13-15 tahun, tetapi rata-ratanya 12,5 tahun. Statistik menunjukkan bahwa usia menarche dipengaruhi oleh faktor keturunan, keadaan gizi dan kesehatan umum. Semmelweiss menyatakan bahwa 100 tahun yang lampau usia gadis-gadis Vienna pada waktu menarche berkisar antara 15-19 tahun. Menurut Brown menurunnya usia waktu menarche itu sekarang disebakan oleh keadaan gizi dan kesehatan umum yang membaik dan berkurangnya penyakit menahun. Menarche terjadi ditengah-tengah masa pubertas yaitu masa peralihan dari anak-anak ke dewasa (Wiknjosastro, 2005 : 104).

2.1.2        Faktor yang mempengaruhi usia terjadinya menarche

1.      Faktor internal

a.       Organ reproduksi

Faktor yang mempengaruhi usia terjadinya menarche adalah vagina tidak tumbuh dan berkembang dengan baru, rahim yang tidak tumbuh, indung telur yang tidak tumbuh. Beberapa anak tidak mendapat haid karena vaginanya mempunyai sekat. Tidak jarang ditemukan kelainan lebih komplek lagi dimana gadis tersebut tidak mempunyai rahim atau rahim tidak tumbuh dengan sempurna yang disertai tidak mempunyai lubang kemaluan. Kelainan ini disebut ogenesis genitalis bersifat permanen artinya gadis tersebut tidak akan mendapatkan haid selama-lamanya.

b.      Hormonal

Alat reproduksi wanita merupakan alat akhir (endorgan). Yang dipengaruhi oleh sistem hormonal yang komplek. Rangsangan yang datang dari luar masuk dipusat panca indera diteruskan melalui strioe terminalis menuju pusat yang disebut “Puberitas Inhibitor” dengan hambatan tersebut tidak terjadi rangsangan terhadap  hypotalamus,  yang akan memberikan rangsangan pada “Hipofise pars posterior” sebagai “Mother Of Gland” (pusat kelenjar-kelenjar). Rangsangan yang terus menerus datang ditangkap panca indera, dengan makin selektif dapat lolos menuju hypotalamus dan selanjutnya terus menuju hypotalamus dan selanjutnya terus menuju hipofise anterior (depan) mengeluarkan hormon yang dapat merangsang kelenjar untuk mengeluarkan hormon spesifiknya yaitu kelenjar tyroid memproduksi hormon tiroksin, kelenjar indung teluir memproduksi hormon estrogen dan progesterone, sedangkan kelenjar andrenal menghasilkan hormon andrenalin. Pengeluaaran hormon spesifik sangat penting untuk tumbuh kembang mental dan fisik.

c.       Penyakit 

Beberapa penyakit kronis yang menjadi penyebab terlambatnya haid diantaranya infeksi, kanker payudara dan lain-lain. Kelainan ini menimbulkan berat badan yang sangat rendah sehingga datangnya haid akan tertunda atau tidak datang sama sekali.

2.      Faktor eksternal

a.       Gizi

Setiap orang dalam siklus hidupnya selalau membutuhkan dan mengkonsumsi berbagai bahan makanan yang mengandung zat gizi. Zat gizi mempunyai nilai yang sangat penting yaitu untuk memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan dan perkembangan, terutama bagi mereka yang masih dalam pertumbuhan. Status gizi remaja putri sangat mempengaruhi terjadinya menarche baik dari faktor usia terjadinya menarche, adanya keluhan-keluhan selama menarche maupun lamanya hari menarche (Proverawati, 2009 : 77). Anak-anak perempuan yang mengalami menstruasi pertama sebelum usia 11 tahun berat badannya lebih berat dan badannya lebih tinggi daripada anak perempuan yang mengalami menstruasi pertamanya setelah berusia 13 tahun (Proverawati, 2009 : 67).

b.      Pengetahuan orang tua

Setiap remaja putri yang mengalami transisi kedewasaan atau mulai menampakkan tanda-tanda pubertas terutama menarche akan mengalami kecemasan. Disinilah para orang tua sangat dibutuhkan terutama ibu. Pengetahuan penjelasan dari orang tua tentang apa itu menarche akan mengurangi kecemasan pada remaja putri.

c.       Gaya hidup

Gaya hidup memang berperan penting, pada orang-orang yang mempunyai aktifitas olahraga yang sangat tinggi umumnya menstruasi pertama kali datang terlambat.

2.1.3        Klasifikasi Menarche

Tingkat dalam usia menarche :

1.      Menarche dini

Apabila seorang anak gadis sudah haid sebelum usia 10 tahun.

2.      Menarche rata-rata

Apabila seorang anak gadis mengalami menarche pada usia 10-14 tahun.

3.      Menarche tarda

Apabila seorang anak gadis baru mengalami menarche setelah usia 14 tahun.

(Wiknjosastro H, 2005 : 236).

2.1.4        Fisiologi Menstruasi

Pada tiap siklus haid FSH (Follicle Stimulating Hormone) dikeluarkan oleh lobus anterior hipofisis yang menimbulkan beberapa folikel primer yang dapat berkembang dalam ovarium. Umumnya satu folikel, kadang-kadang juga lebih dari satu, berkembang menjadi folikel de graff yang membuat estrogen. Estrogen ini menekan produksi FSH sehingga lobus anterior hipofisis dapat mengeluarkan hormon gonadotropin yang kedua, yakni LH (Luteinissing Hormone). Dibawah pengaruh LH folikel de graff menjadi lebih matang, mendekati permukaan ovariu dan kemudian terjadilah ovulasi (ovum dilepas oleh ovarium). Setelah ovulasi terjadi, dibentuklah korpus rubrum (berwarna merah oleh karena perdarahan), yang akan menjadi korpus luteum (warna menjadi kuning) dibawah pengaruh hormon-hormon LH dan LTH (Luteotrophic Hormones), suatu hormon gonadotropin juga. Korpus luteum menghasilkan hormon progesteron. Progesteron ini mempunyai pengaruh terhadap endometrium yang telah berpoliferasi dan menyebabkan kelenjar-kelenjarnya berkeluk-keluk dan bersekresi (masa sekresi).

Bila tidak ada pembuahan, korpus luteum berdegenerasi dan ini mengakibatkan bahwa kadar estrogen dan progesteron menurun. Menurunnya kadar estrogen dan progesterone menimbulkan efek pada alteri yang berkeluk-keluk di endometrium. Tampak dilatasi dan statis dengan hiperemia yang diikuti oleh spasme dan iskemia. Sesudah itu terjadi degenerasi serta perdarahan dan pelepasan endometrium yang nekrotik. Proses ini disebut haid atau mensis (Wiknjosastro H, 2005 : 48).

2.1.5        Siklus Menstruasi

Pada siklus menstruasi dengan ovulasi 9terjadi pelepasan telur), hormon estrogen yang dikeluarkan makin lama makin meningkat yang menyebabkan lapisan dalam rahim mengalami pertumbuhan dan perkembangan (fase proliferasi). Peningkatan estrogen ini menekan pengeluaran hormon perangsang folikel (FSH), tetapi merangsang hormon luteinizing (LH) sehingga dapat merangsang folikel de graff yang telah dewasa, untuk melepaskan telur yang disebut sebagai proses ovulasi. Telur ini akan ditangkap oleh rumbai pada tuba fallopii dan dibungkus oleh korona radiata yang akan memberikan nutrisi selama 48 jam. Folikel de graff yang mengalami ovulasi menjadi korpus rubrum dan segera menjadi korpus luteum dan mengeluarkan dua macam hormon indung telur yaitu estrogen dan progesteron.

Hormon estrogen yang menyebabkan lapisan dalam rahim (endometrium) berkembang dan tumbuh dalam bentuk proliferasi, maka setelah dirangsang oleh korpus luteum dengan mengeluarkan estrogen dan progesteron lapisan dalam rahim berubah menjadi fase sekresi, dimana pembuluh darah makin dominan dan mengeluarkan cairan (fase sekresi). Bila tidak terjadi pertemuan antara spermatozoa dan ovum (telur) maka korpus luteum mengalami kematian. Korpus luteum berumur 8 hari, sehingga setelah kematiannya tidak mampu lagi mempertahankan lapisan dalam rahim, oleh karena hormon estrogen dan progesteron berkurang sampai menghilang. Berkurang dan menghilangnya estrogen dan progesteron, menyebabkan terjadi fase vasokonstriksi (pengerutan) pembuluh darah, sehingga lapisan dalam rahim mengalami kekuarangan aliran darah (kematian). Selanjutnya diikuti dengan vasodilitasi (pelebaran pembuluh darah) dan pelepasan darah dalam bentuk perdarahan yang disebut “Menstruasi”.

 


Askeb ANC Covid

  BAB III TINJAUAN KASUS 3.1     Pengkajian Hari / tanggal    : Senin, 20 Mei 2021                                           Jam   : 1...