Thursday 24 June 2021

PER PEB eklamsia

Preeklamsia

Preeklamsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan dan disertai dengan proteinuria. Preeklamsia diklasifikasikan menjadi preeklamsia ringan dan preeklamsia berat.

Preeklamsia ringan

1.    Definisi

Preeklamsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan/atau edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu pada penyakit trofoblas.

2.    Patofisiologi

Penyebab preeklamsia ringan belum diketahui secara jelas. Penyakit ini di anggap sebagai “maladaptation syndrome” akibat vasospasme general dengan segala akibatnya.

3.    Gejala klinis

a.    Kenaikan tekanan darah sistol ≥ 30 mmHg atau diastol ≥ 15 mmHg (dari tekanan darah sebelum hamil) pada kehamilan 20 minggu atau lebih, atau sistol ≥ 140 mmHg (< 160 mmHg), diastol ≥ 90 mmHg (< 110 mmHg)

b.    Proteinuria : secara kuantitatif lebih 0,3 gr/liter dalam 24 jam atau secara kualitatif (++)

c.    Edema pada pretibia, dinding abdomen, lumbosakral, wajah atau tangan

d.   Kenaikan berat badan ibu 1 kg atau lebih per minggu selama 2 kali berturut-turut

e.    Timbul salah satu atau lebih gejala atau tanda-tanda preeklamsia berat

4.    Pemeriksaan dan diagnosis

a.    Kehamilan lebih 20 minggu

b.    Kenaikan tekanan darah 140/90 mmHg / lebih dengan pemeriksaan 2x selang 6 jam dalam keadaan istirahat (untuk pemeriksaan pertama dilakukan 2x setelah istirahat 10 menit)

c.    Edema tekanan pada tungkai (pretibial), dinding perut, lumbosakral, wajah atau tungkai

d.   Proteinuria lebih 0,3 gram/liter/24 jam, kualitatif (++)

5.    Penatalaksanaan

a.    Penatalaksanaan rawat jalan

    Banyak istirahat (berbaring tidur/miring)

    Diet : cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam

    Dilakukan pemeriksaan penilaian kesejahteraan janin paa kehamilan ≥ 30-32 minggu, dan diulangi sekurang-kurangnya dalam 2 minggu (USG, NST)

    Pemeriksaan laboratorium : (PCV, hb, asam urat darah, trombosit)

    Obat yang diberikan (roboransia, vit kombinasi, aspirin dosis rendah sehari 1x 87,5 mg)

    Kunjungan ulang setiap 1 minggu

b.    Penatalaksanaan rawat inap

    Kriteria untuk rawat inap bagi penderita preeklamsia ringan :

·      Hasil penilaian kesejahteraan janin jelek (pemeriksaan pada kehamilan ≥ 30-32 mgg)

·      Kecenderungan menuju gejala preeklamsia berat (timbul salah satu atau lebih gejala preeklamsia berat)

 

    Pengobatan dan evaluasi selama rawat inap :

·         Penderita badrest total

·         Pemeriksaan laboratorium : (PCV, hb, asam urat darah, trombosit)

·         Obat yang diberikan (roboransia, vit kombinasi, aspirin dosis rendah sehari 1 kali)

·         Dilakukan penilaian kesejahteraan janin

c.    Evaluasi hasil pengobatan

Pada dasarnya evaluasi pengobatan dilakukan berdasarkan hasil  dari penelitian kesejahteraan janin, bila didapatkan hasil :

    Jelek : terminasi kehamilan dengan seksio sesar (pada kehamilan ≥ 30-32 minggu)

    Ragu-ragu : dilakukan evaluasi dari NST 1 hari kemudian

    Baik : penderita dirawat sekurang-kurangnya 4 hari, bila kehamilan premature penderita dipulangkan dan rawat jalan. Pada kehamilan aterm  dengan skor pelvik yang matang (≥5) dilakukan drip oxytocin dan bila skor pelvik belum matang (≤5) penderita dipulangkan dan rawat jalan kontrol 1 mnggu

    Terminasi kehamilan juga dikerjakan bila didapatkan tanda-tanda dari inpending eklamsia dari ibunya

6.    Komplikasi

a.       Preeklamsia berat sampai dengan eklamsia

b.      Kegagalan pada organ-organ : hepar, ginjal, anak ginjal, paru, jantung dan CVA (otak)

c.       Janin : prematuritas, IUGR (Intra Uterine Growth Retardatim), gawat janin, IUFD (Intra Uterine Fetal Death)

 

Preeklamsia Berat

1.    Definisi

Preeklamsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih.

2.    Patofisiologi

Sama dengan preeklamsia ringan

3.    Gejala klinis

a.         Tekanan darah 160/110 mmHg

b.        Oligouria, urin kurang dari 500 cc/24 jam

c.         Proteinuria lebih dari 5 gr/ 24 jam atau kualitatif +4 (++++)

d.        Adanya gejala-gejala eklamsia impending : Nyeri epigastrium, Gangguan penglihatan, gangguan serebral, hiperrefleksia

e.         Adanya sindroma hellp

4.    Pemeriksaan dan diagnosis

a.       Kehamilan 20 minggu atau lebih

b.      Didapatkan satu atau lebih gejala-gejala pre-eklamsia berat (gejala klinis)

 

 

5.    Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Perawatan Konservatif

a.    Bila umur kehamilan kurang dari 37 minggu tanpa adanya tanda-tanda impending eklampsia atau keluhan subyektif dengan keadaan janin baik

b.    Pengobatan dilakukan di kamar bersalin (selama 24 jam)

-          Tirah baring

-          Infus ringer laktat yang mengandung 5% dekstrose, 60-125 cc/jam

-          Pemberian MgSO4 :

·      Dosis awal MgSO4 20 %, 4 gr i.m.,dilanjutkan dengan MgSO4 50 % 5 gr i.m

·      Dosis pemeliharaan : MgSO4 50 %, 5 gr tiap 4 jam sampai 24 jam

·      Ingat harus selalu tersedia Calsium glukonas 10% sebagai antidotum

-          Diberikan antihipertensi, yang digunakan adalah :

·      Nefidipine 5-10mg setiap 8 jam,dapat diberikan bersama sama methyldopa 250-500mg setiap 8 jam. Nefidipine dpat diberikan ulang sublingual 5-10mg dalam waktu 30 menit pada keadaan tekanan sistolik ≥ 180mmHg atau diastolik ≥ 110 mmHg (cukup1x saja)

-          Dilakukan pemeriksaan laboratorium tertentu (fungsi hati dan ginjal) dan jumlah produksi urine 24 jam

-          Konsultasi dengan bagian penyakit dalam, bagian mata, bagian jantung dan bagian lain sesuai dengan indikasi

c.    Pengobatan dan evaluasi selama rawat inap diruang bersalin (selama 24 jam di ruang bersalin)

-          Tirah baring

-          Medikamentosa

-          Pemeriksaan Laboratorium :

·      Darah lengkap dan hapusan darah tepi

·      Homosistein

·      Fungsi ginjal dan hati

·      Urine lengkap

·      Produksi urine 24 jam, penimbangan BB setiap hari/indeks gestosis

-          Diet biasa

-          Dilakukan penilaian kesejahteraan janin (USG/NST/doppler USG)

d.   Perawatan konservatif dianggap gagal bila :

-          Adanya tanda-tanda impending eklampsia (keluhan subyektif)

-          Kenaikan progresif dari tekanan darah

-          Adanya sindroma HELLP

-          Adanya kelainan fungsi ginjal

-          Penilaian kesejahteraan janin jelek

e.    Penderita boleh pulang bila :

Penderita sudah mencapai perbaikan dengan tanda-tanda preeklamspsia ringan, perawatan dilanjutkan sekurang-kurangnya selama 3 hari lagi

f.     Bila keadaan penderita tidak berubah, dilakukan pematangan paru dilanjutkan dengan terminasi

Penatalaksanaan Perawatan Aktif

a.    Indikasi

-          Hasil penilaian kesejahteraan janin jelek

-          Adanya keluhan subyektif

-          Adanya sindroma HELLP

-          Kehamilan aterm (lebih atau sama dengan 37 mg)

-          Apabila perawatan konservatif gagal

b.    Pengobatan medisinal

-          Segera rawat inap

-          Tirah baring miring ke satu sisi

-          Infus ringer laktat yang mengandung Dekstrose 5% dengan 60-125 cc/jam

-          Pemberian anti kejang MgS04

Dosis awal : MgSO4 20% 4 gr iv

MgSO4 50% 10gr im (pada bokong kanan 5gr kiri 5gr)

Dosis ulangan : MgSO4 50% 5 gr im di ulangi tiap 6 jam setelah dosis awal s/d 6 jam pasca persalinan

syarat pemberian MgSO4 : reflek patella +, respirasi > 16 x/m, urine sekurang-kurangnya 150 cc/6 jam, harusselalu tersedia calcium gluconas 1 gr 10% (diberikan iv pelan pada intoksikasi Mgso4)

-          Anti Hipertensi dapat dipertimbangkan bila :

·         Sistol lebih atau sama dengan 180 mmHg, Diastol lebih atau sama dengan 120 mmHg.

·         Nefidipine 5-10mg tiap 8 jam atau methyldopa 250mg tiap 8 jam

Pengobatan Obstetrik

a.    Sedapat mungkin sebelum perawatan aktif, pada setiap penderita dilakukan pemeriksaan NST

b.    Tindakan seksio sesaria dikerjakan bila :

-          Hasil kesejahteraan janin jelek

-          Penderita belum inpartu dengan PS jelek (kurang dari 5)

-          Kegagalan drip oksitosin

c.    Induksi dengan drip oksitosin dikerjakan bila NST baik & PS baik

d.   Pada PE Berat persalinan harus terjadi dalam 24 jam

6.    Komplikasi

a.       Eklamsia

b.      Kegagalan pada organ-organ : hepar, ginjal, anak ginjal, paru, jantung dan CVA (otak)

c.       Janin : prematuritas, IUGR (Intra Uterine Growth Retardatim), gawat janin, IUFD (Intra Uterine Fetal Death)

 

Eklamsia

1.    Definisi

Eklamsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau masa nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang atau koma, dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala preeklamsia (hipertensi, edema, proteinuria)

2.    Patafisiologi

Patofisiologi Penyebab eklamsia belum diketahui secara jelas. Mekanisme penyakit ini hampir sama dengan preeklamsia dengan akibat yang lebih serius pada organ-organ hati, ginjal, otak, paru dan jantung yakni terjadi nekrosis dan perdarahan pada organ-organ tersebut

3.    Gejala klinis

a.       Kehamilan > 20 minggu atau saat persalinan atau masa nifas

b.      Tanda-tanda preeklamsia (hipertensi, edema dan proteinuria)

c.       Kejang-kejang dan atau koma

d.      Kadang-kadang disertai gangguan fungsi organ

4.    Pemeriksaan dan diagnosis

a.       Berdasarkan gejala klinis diatas seperti hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan lainnya

b.      Pemeriksaan laboratorium : Adanya protein dalam urin, fungsi organ hepar, ginjal, dan jantung, fungsi hematologi atau hemostasis

c.       Konsultasi rutin kalau dipandang perlu : kardiologi, optalmologi, neurolgi, anestesiologi

5.    Penatalaksanaan

Tujuan pengobatan :

a.         Untuk menghentikan dan mencegah kejang

b.        Mencegah dan mengatasi penyulit, khususnya hipertensi krisis

c.         Sebagai penunjang untuk mencapai stabilisasi keadaan ibu seoptimal mungkin

d.        Mengakhiri kehamilan dengan trauma ibu seminimal mungkin

Pengobatan :

a.       Pengobatan medisinal sama seperti preeklamsia berat kecuali bila timbul kejang-kejang lagi maka dapat diberikan MgSO4 2 gram intravenous selama 2 menit minimal 20 menit setelah pemberian terakhir. Dosis tambahan 2 gram hanya diberikan 1x saja. Bila setelah diberikan amobarbital atau thiopental 3-5 mg/kgBB/IV perlahan-lahan

b.      Perawatan bersama :

-          Konsul bagian saraf, penyakit dalam atau jantung, mata, anestesi dan anak

-          Perawatan pada serangan kejang : dikamar isolasi yang cukup terang atau ICU

c.       Pengobatan obstetrik

Terminasi kehamilan :

a.    Apabila tahap pemeriksaan, syarat-syarat untuk mengakhiri persalinan per vaginam dipenuhi maka persalinan tindakan dengan trauma yang minimal

b.    Apabila penderita sudah inpartu pada fase aktif, langsung dilakukan amniotom lalu diikuti partograf. Bila ada kemacetan dilakukan seksio sesar

c.    Tindakan seksio sesar dilakukan pada keadaan : Penderita belum inpartu, Fase laten, Gawat janin tindakan seksio sesar dikerjakan dengan mempertimbangkan keadaan atau kondisi ibu.

6.    Komplikasi

a.       Ibu

Perdarahan serebral, Edema paru, Gagal ginjal, Payah Jantung, Ablasio retinae, Sindrom hellp (hemolysis, elevated liver enzymes and low platelets), DIC dan HPP

b.      Janin

Prematuritas, IUGR , Gawat janin, IUFD

hipertensi / darah tinggi

 

HIPERTENSI                                                                          

I.             PENGERTIAN

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg.( Smith Tom, 1995 )  Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar 95 mmHg ( Kodim Nasrin, 2003 ). Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 – 104 mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan diastolic karena dianggap lebih serius dari peningkatan sistolik ( Smith Tom, 1995 ).

 

II.          PENYEBAB

Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu : ( Lany Gunawan, 2001 )

1.      Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya

2.      Hipertensi  sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain

 

Hiperrtensi primer terdapat pada lebih dari 90 % penderita hipertensi, sedangkan 10 % sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa factor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Factor tersebut adalah sebagai berikut :

a.       Faktor keturunan

Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi

b.      Ciri perseorangan

Cirri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur       ( jika umur bertambah maka TD meningkat ), jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan ) dan ras (    ras    kulit   hitam   lebih  banyak dari kulit putih )

c.       Kebiasaan hidup

Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr ), kegemukan atau makan berlebihan, stress dan pengaruh lain misalnya merokok, minum alcohol, minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )

 

 

III.       PATOFISIOLOGI

Mekanisme yang mengontrol konnstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhirespon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua factor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.

Untuk pertimbangan gerontology. Perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung ( volume sekuncup ), mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer ( Brunner & Suddarth, 2002 ).

 

IV.       TANDA DAN GEJALA

Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi : ( Edward  K Chung, 1995 )

1.      Tidak ada gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.

 

2.      Gejala yang lazim

Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.

 

V.          PEMERIKSAAN PENUNJANG

1.      Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh

2.      Pemeriksaan retina

3.      Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal dan jantung

4.      EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri

5.      Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa

6.      Pemeriksaan : renogram, pielogram intravena arteriogram renal, pemeriksaan fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urin.

7.      Foto dada dan CT scan

Wednesday 23 June 2021

TORCH, Malaria,


1.    TORCH

TORCH adalah istilah yang dipakai untuk infeksi yang mengganggu fertilitas dan menyebabkan kelainan konginetal maupun gangguan pada bayi yang baru lahir. TORCH merupakan singkaran dari Toxoplasma, Other (HIV, sifilis, varicella zoster, klamidia, dll.), Rubella (cacar jerman), Cytomegallovirus, Herpes.

a.    Toxoplasma

Merupakan infestasi dari toxoplasma gondhii, yang lebih jauh akan dibahas di parasit

b.    Other

Other adalah agen lain yang bisa tertular oleh janin melalui persalinan atau factor lain. Biasanya merupakan infeksi kelamin. Ex: HIV, hepatitis, klamidia, parvovirus, varicella.

c.    Rubella (Cacar Jerman)

Merupakan infeksi dari virus rubella. Gejala utama adalah demam akut, disertai ruam dan limfadenotphati pada anak dan orang dewasa. Bila infeksi pada awal kehamilan akan menyebabkan kelainan serius pada janin, antara lain: malformasi dan retardasi mental

-       Rubella Pascanatal

Patogenesis : rubella menular pada saat viremia berlangsung, IgG dari ibu dapat menembus plasenta sehingga dapat memberikan perlindungan maternal. Tetapi hanya bertahan  selama 6 bulan, sedangkan virus rubella dapat bertahan hingga beberapa bulan setelah lahir.

-       Rubella Konginetal

Diagnosis: IgM rubella tidak dapat menembus plasenta sehingga dipakai untuk menegakkan diagnosis. Trias : Katarak, Tuli, Kelainan jantung

d.   Cytomegallovirus

Merupakan family herpesviridae. Pada pemeriksaan histologis dan kultur virus akan didapatkan owl’s eye cell ( badan inklusi intranuklear dan sel sel tampak membesar) / bisa disebut sel sitomegalik. Dapat menjadi infeksi konginetal dan perinatal

-       Konginetal: ditularkan melalui infeksi maternal in utero

-       Perinatal : melalui asi dan persalinan

Gambaran klinis :

-       Simtomatik : retardasi, tuli, buta, hepatosplenomegali, mikrosefali.

-       Asimtomatik : tuli, kesulitan belajar

e.    Herpes

Lebih mengacu pada HSV-II. HSV pada bayi didapatkan ketika dalam kandungan, selama persalinan atau setelah lahir. 75% penularan melalui kontak dengan lesi herpetic pada jalan lahir. Infeksi herpes neonatorum dibagi 3 kategori:

1.    Lesi terlokalisasi pada kulit, mata, dan mulut

2.    Ensefalitis

3.    Diseminata (gangguan koagulasi) yang melibatkan beberapa organ dan SSP

Malaria

Penyakit menular infeksi disebabkan oleh parasit (plasmodium) yang hanya dapat dilihat dengan mikroskop. gambaran penyakit berupa demam yang sering periodik, anemia, pembesaran limpa dan berbagai kumpulan gejala oleh karena pengaruhnya pada beberapa organ misalnya otak, hati dan ginjal. Penyakit malaria ditularkan oleh gigitan nyamuk malaria Anopheles betina Ciri dari nyamuk Anopheles betina ini jika hinggap posisinya nungging, berbeda dengan ciri nyamuk lainnya yang posisinya sejajar sedangkan jentiknya posisinya didalam air sejajar dengan permukaan air berbeda dengan jenis lainnya yang posisinya tegak lurus.

Cara penularan :

Nyamuk Anopheles betina menggigit penderita malaria, parasit  yang ada didialam darah terhisap oleh nyamuk yang menggigit, didalam tubuh nyamuk tersebut parasit berkembang biak setelah 7-14 hari. Ketika nyamuk tersebut menggigit orang yang sehat maka parasit ditularkan dalam kurun waktu kurang lebih 12 hari, orang sehat tersebut akan menderita sakit malaria

Gejalanya :

-          Badan lemah

-          Tidak nafsu makan

-          Sakit kepala

-          Demam 2-6 jam

-          Panas tinggi

-          Nyeri otot

-          Menggigil 15-60 mnt

-          Kejang-kejang

-          Kehilangan kesadaran (mengigau, bicara salah, pingsan)

-          Mata kuning tubuh kuning

-          BAK seperti teh tua

-          Napas cepat

-          Muntah-muntah

-          Koma

Akibat penyakit malaria :

-          Anemia

-          Lemah lesu

-          Pembuluh darah ke otak tersumbat yang berakibat pada kematian

-          Ibu hamil menyebabkan kematian ibu dan bayi

Pengobatannya :

Obat yang diberikan adalah kloroquin, prima kuin, kina dan SP ( sulfadoksin + pirimetamin) bias diberikan per intraenav/peroal  dengan pengawasan dokter

Pencegahannya :

Habitat nyamuk malaria terutama pada air payau (asin) dan persawahan oleh karena itu lakukan pembersihan pada habitat alamiahnya (got, persawahan, hutan bakau, danau, rawa dan lahan gambut) secara teratur pada setiap minggu atau menabur larvasida sesuai dosis serta perihal ikan pemakan jentik

.

Askeb ANC Covid

  BAB III TINJAUAN KASUS 3.1     Pengkajian Hari / tanggal    : Senin, 20 Mei 2021                                           Jam   : 1...