TUGAS MAKALAH NEONATUS
HYDROCEPALUS
Dosen Pengajar : Intyaswati, SST
OLEH
NUR HIDAYATI
PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK (D.IV) MINAT KLINIK
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
2015
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim..
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan Semesta Alam yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini denganpenuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin kita tidakakan sanggup menyelesaikan dengan baik, dan selesai tepat padawaktunya.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmutentang GADAR NEONATUS yang kami sajikan berdasarkanpengetahuan dari sumber yang dapat di pertanggung jawabkanisinya. Makalah ini disusun berdasarkan referensi dari buku.Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dariTuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah ini memuat tentang “Hidrocephalus” yang sangatpenting bagi seorang bidan dan masyarakat luar. Walaupunmakalah ini mungkin kurang sempurna tapi juga memiliki detail yang cukup jelas bagi pembaca.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada dosenpengajar Gadar Neonatus yaitu Intyaswati, SST yang telahmembimbing penyusun agar dapat mengerti tentang bagaimanacara kami menyusun karya makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kami mohon untuk saran dankritiknya. Terima kasih.
Surabaya, 09 Juli 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN 1
BAB II PEMBAHASAN 2
BAB III PENUTUP 7
Daftar Pustaka 8
BAB 1
PENDAHULUAN
Hidrocefalus masih merupakan masalah yang sangat penting dalam dunia kesehatan. Terutama bila diakaitkan terhadap pertumbuhan dan perkembangan otak, sehingga otomatis bila tidak ditangani secara cepat dan tepat akan menimbulkan gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan yang lebih parah lagi, bahkan menjadi kasus yang berat dan berakibatkan fatal (Darson : 2005).
Hidrocefalus itu sendiri adalah penimbunan cairan serebrospinal yang berlebihan didalam otak. Hidrocefalus adalah kelainan patofisiologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinal intracranial yang meninggi, sehingga terdapat pelebaran ventrikuler (Darson :2005). Pelebaran ventikuler ini akibat ketidakseimbangan antara produksi dan absobrsi cairan serebrospinal. Adanya kelainan-kelainan tersebut menyebabkan kepala menjadi besar serta menjadi terjadi pelebaran sutura-sutura dan ubun-ubun ( De Vito et al ; 2007).
Secara statistic ditemukan bahwa dengan penangana bedah dan penatalaksanaan medis yang baik sekalipun, didapatkan hanya sekitar 40% dari penderita hidrocefalus mempunyai kecerdasan yang normal dan sekitar 60% mengalami cacat kecerdasan dan fungsi motoric yang bermakna ( Suriadi dkk : 2001).
Untuk memenuhi tugas makalah kebidanan neonatus serta mampu mengerti tentang penyakit hidrocefalus.
BAB 1 PENDAHULUAN: Latar Belakang, Tujuan, Rumusan Masalah Dan Sistematika Penulisan.
BAB 2 TINJAUAN TEORI: Pengertian, Epidemiologi, Etiologi, Patofisiologi Dan Patogenesis, Klasifikasi, Manifestasi Klinis, Diagnosis, Diagnosis Banding, Terapi, Dan Prognosis.
BAB 3 PENUTUP: Kesimpulan dan Saran.
Daftar Pustaka
BAB 2
TINJAUAN TEORI
Hidrocefalus itu sendiri adalah penimbunan cairan serebrospinal yang berlebihan didalam otak. Hidrocefalus adalah kelainan patofisiologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinal intracranial yang meninggi, sehingga terdapat pelebaran ventrikuler (Darson : 2005). Pelebaran ventikuler ini akibat ketidakseimbangan antara produksi dan absobrsi cairan serebrospinal. Adanya kelainan-kelainan tersebut menyebabkan kepala menjadi besar serta menjadi terjadi pelebaran sutura-sutura dan ubun-ubun ( De Vito et al ; 2007).
Insidensi hidrocefalus antara 0,2-4 setiap seribu kelahiran. Insidensi hidrocefalus kongenital adalah 0,5-1,8 pada seribu kelahiran dan 11-34% disebabkan oleh stenosis aqueductus serebri. Tidak ada perbedaan bermakna insidensi untuk kedua jenis kelamin, juga dalam hal perbedaan ras. Hidrocefalus dapat terjadi pada semua umur.Pada dewasa dan remaja lebih sering disebabkan toxoplasmosis. Hidrocefalus infantile 46% adalah akibat subaraknoid dan meningitis, dan kurang dari 4% akibat tumor fossa posterior (Darsono : 2005).
Hidrocefalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran cairan serebrospinal (CSS) pada salah satu tempat antara tempat pembentukan CSS dalam system ventrikel dan tempat absorbsi dalam ruang subaraknoid. Akibat penyumbatan, terjadi dilatasi ruangan CSS diatasnya (Repper : 2005). Secara teoritis pembentukan CSS yang terlalu banyak dengan kecepatan absorbsi abnormal akanmenyebabkan terjadinya hidrocefalus, namun dalam klinik sangat jarang terjadi.
Penyebab penyumbatan cairan CSS yang sering terjadi pada bayi dan anak dengan hidrocefalus kongenital, adalah stenosis akuaduktus sylvii, spinabifida dan karium bifida sindrom dandy-walker, serta adanya kista araknoid dan anomaly pembuluh darah.
Pada anak-anak, resiko terjadinya hidrocefalus ditemukan pada beberapa keadaan, yakni kelainan bawaan, tumor pada system daraf pusat, infeksi dalam kandungan, infeksi system saraf pusat pada bayi atau anak-anak (misalnya meningitis atau ensefalitis), cidera pada proses kelahiran, serta cedera sebelum atau sesudah lahir (misalnya perdarahan subraknoid).
Pada anak-anak yang lebih besar, risiko terjadinya hidrocefalus terjadi pada beberapa kondisi, yakni riwayat kelainan bawaan, sepace-occutying lesions atau tumor otak maupun kordal spinalis, infeksi system saraf pusat, serta perdarahan otak dan trauma.
Cairan serebrospinal dibuat didalam ota dan biasannya beredar keseluruh bagian otak, selaput otak serta kranalis spinalis, kemudian diserap kedalam system peredaran darah jika terjadi gangguan pada peredaran maupun penyerapan cairan yang dibentuk terlalu banyak, maka volume cairan didalam otak menjadi lebih tinggi dan normal.penimbunan cairan menyebabkan penekanan pada otak untuk mendorong tulang tengkorak atau merusak jaringan otak.
CSS yang dibentuk dalam system ventrikel oleh pleksus khoroidalis kembali kedalam peredaran darah melalui kapiler dalam piameter dan arachnoid ynag meliputi seluruh susunan saraf pusat (SSP). Cairan likuor sebrospinal terdapat dalam suatu system, yakni system internal dan system eksternal.
Hidrocefalus secra teoritis terjadi sebagai akibat dari tiga mekanisme yaitu, produksi likuor yang berlebihan, peningkatan resistensi aliran likuor, serta peningkatan tekanan sinus venosa. Konsekuensi tiga mekanisme tersebut adalah peningkatan tekanan intrakraanial sebagai upaya mempertahankan keseimbangan sekresi dan absorbs.
Mekanisme terjadinya dilatasi ventrikel cukup rumit dan berlangsung berbeda-beda tiap saat selama perkembangan hidrocefalus. Beberapa hal, yakni kompresi system serebrovaskular, redistribusi dari likuor serebrospinal atau cairan ekstraseluler, perubahan mekanisme dari otak, efek tekanan denyet likuor serebrospinalis, hilangnya jaringan otak, serta pembesarna volume tengkorak karena regangan abnormal sutura kranial.
Produksi likuor yang berlebihan disebabkan tumor pleksus khoroid. Gangguan aliran likuor merupakam awal dari kebanyakan kasus hidrocefalus. Peningkatan resistensi yang disebabkan gangguan aliran akan meningkatkan tekanan likuor secara proposional dalam upaya mempertahankan serobsi yang seimbang. Peningkatan tekanan sinus vena mempunyai dua konsekuensi, yaitu peningkatan tekanan vena kortiakal sehingga menyebabkan volume vascular intracranial bertambah dan peningkatan tekanan intracranial sampai batas yang dbutuhkan untuk mempertahankan aliran likuor terhadap tekanan sinus vena yang rel tinggi. Konsekuwensi klinis dari hipertensi vena ini tergantung dari komplians tengkorak (Darsono : 2005).
Klasifikasi hidrocefalus tergantung pada factor yang berkaitan dengannya, berdasarkan :
Hidrocefalus interna menunjukkan adanya dilatasi ventrikal, hidrocefalus eksternal menunjukkan rongga subarachnoid diatas permukaan korteks. Hidrocefalus obstruktif pada aliran likuor. Berdasarkan gejala, dibagi menjadi hidrocefalus simptomatik. Hidrocefalus arrested menunjukkan keadaan dimana factor-faktor yang menyebabkan dilatasi ventrikel pada saat tersebut sudah tidak aktif lagi. Hidrocefalus ex-vacuo adalah sebutan bagi kasus venkrumegali yang diakibatkan atrofi otak primer, yang biasannya terdapat pada orangtua (Darsono : 2005).
Gejalanya bervariasi, tergantung penyebab dari penyumbatan aliran cairan serebrospinal dan luasnya kerusakan jaringan otak akibat hidrocefalus. Pada bayi, cairan menumpuk pada system saraf pusat dan menyebabkan ubun-ubun menonjol serta kepala membesar. Kepala bias membesar karena piringan tulang tengkorak belum sepenuhnya menutup. Tetapi, jika tulang tengkorak telah menutup ( sekitar usia 5 tahun) maka tulang tengkorak tidak dapat membesar lagi.
Tanda awal dan gejala hidrocefalus tergantung pada awitan dan derajat ketidakseimbangan kapasitas produksi dan resorbsi CSS (Darsono : 2005).gejala-gejala yang menonjol merupakan refleksi adanya hipertensi intracranial. Manifestasi klinis dari hidrocefaluspada anak dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu awitan hidrocefalus pada neonates dan awitan hidrocefalus pada akhir masa kanak-kanak.
Awitan hidrocefalus terjadi pada masa neonates, meliputi pembesaran kepala abnormal, gambaran tetap hidrocefalus kongenital dan pada masa bayi. Lingkaran kepala neonates biasanya adalah 35-40 cm, dan pertumbuhan ukuran lingkar kepala terbesar adalah selama tahun pertama kehidupan. Cranium tradistensi dalam semua arah, tetapi terutama pada fontanela terbuka dan tegang, sutura masih terbuka bebas. Tulang-tulang kepala menjadi sangat tipis. Vena-vena diisi samping kepala tampak melebar dan berlekok (Rickman, 2003).
Awitan hidrocefalus terjadi pada akhri masa kanak-kanak. Pembesaran kepala tidak bermakna, tetapi nyeri kepala sebagai manifestasi hipertensi intracranial. Lokasi nyeri kepala tidak khas. Dapat disertai keluhan pengelihatan ganda (diplopia) dan jarang diikuti penurunan visus. Secara umum gejala yang paling umum terjadi pada pasien-pasien hidrocefalus dibawah usia 2 tahun adalah pembesaran abnormal yang progesif dari ukuran kepala. Makrokrania mengesankan sebagai salah satu tanda bila ukuran lingkar kepala lebih besar dari dua deviasi standart diatas ukuran normal.
Makrokranial biasanya diserta empat gejala hipertensi intracranial lainnya yaitu fontanela anterior yang sangat tegang. Sutura cranium tampak atau teraba melebar, kulit kepala licin mengkilap dan tampak vena-vena superfisial menonjol, fenomena “matahari tenggelam” (sunset fhenomena). Gejala hipertensi intracranial lebih menonjol pada anak yang lebih besar dibandingkan dengan bayi.Gejalanya mencakup nyeri kepala, muntah, gangguan kesadran, gangguan okulomotor, dan pada kasus yang telah lanjut ada gejala gangguan batang otak akibat herniasi konsiler (bradikardi, aritmia respirasi) (Darsono : 2005).
Disamping dari pemeriksaan fisik, gambaran klinik smar-samar maupun khas , kepastian diagnosis hidrocefalus dapat ditegakkan dengan menggunakan alat-alat radiologic yang canggih. Pada neonates, USG cukup bermanfaat untuk anak yang lebih besar, umumnya diperlukan CT scanning. CT scan dan MRI dapat memastikan diagnosis hidrocefalus dalam waktu yang relative singkat. CT scanmerupakan cara yang aman dan dapat diandalkan untuk membedakan hidrocefalus dari penyakit lain yang juga menyebabkan pembesaran kepala abnormal, serta untuk identifikasi tempat obstruksi aliran CSS (Darsono : 2005).
Pembesaran kepala dapat terjadi pada hidrocefalus, makrocefalus, tumor otak, abses otak, granuloma intracranial, dan hematoma subdural perinatal, hidranecefali. Hal-hal tersebut dijumpai terutama pada bayi dan anak-anak berumur kurang dari 6 tahun (Darsono :2005).
Pada dasarnya ada tiga prinsip dalam pengobatan hidrocefalus, yaitu mengurangi produksi CSS dengan tempat absorbs, serta pengeluaran likuor (CSS) kedalam organ ekstrakranial (Darsono : 2005).
Penampilan hidrosefalus juga dapat dibagi menjadi tiga yaitu penanganan sementara, penanganan alternative (selain shunting), serta operasi pemasangan “pintas” (shunting). Penanganan sementara ditempuh melalui pemberian terapi konservatif medikamentosa. Pemberian terapi ini ditunjukkan mengurangi sekresi cairan dari pleksus khoroid atau upaya meningkatkan resorbsinya.
Penanganan alternative (selain shunting), misalnya pengontrolan kasus yang mengalami intoksitasi vitamin A, reseksi radikal lesi massa yang mengganggu aliran likuor atau perbaikan suatu malformasi. Aat ini cara terbaik untuk melakukan perforasi dasar ventrikel III adalah dengan teknik bedah endoskopik (Rickham : 2003).
Operasi pemasangan “pintas” (shunting), bertujuan membuat saluran baru antara aliran likuor dengan kavitas drainase. Pada anak-anak lokasi drainase yang terpilih adalah rongga subarachnoid lumbar. Ada dua hal yang perlu diperhatikan pada periode pasca operasi, yaitu pemeliharaan luka kulit terhadao kontaminasi infeksi dan pemantauan kelancaran dan fungsi alat shunt yang dipasang. Infeksi pada shunt meningkatkan resiko akan kerusakan intelektual, lokulasi ventrikal dan bahkan kematian (Ropper ; 2005).
Hidrocefalus yang tidak diterapi akan menimbulkan gejala sisa, gangguan neorologis serta kecerdasan. Dari kelompok yang tidak diterapi, 50-70% akan meninggal karena penyakitnya sendiri atau akibat infeksi berulang, atau oleh karena aspirasi pheneomonia. Namun bila prosesnya berhenti (Arrested hidrocefalus) sekitar 40% anak akan mencapai kecerdasan yang noral (Ropper :2005).
Pada kelompok yang dioperasi, angka kematian adalah 7%. Setelah operasi sekitar 51% kasus mencapai fungsi normal dan sekitar 16% mengalamiretradasi mental ringan.Adalah penting sekali anak hidrocefalus mendapat tindak lanjut jangka panjang dengan kelompok multidispener (Darsono : 2005).
BAB 3
PENUTUP
Jumlah cairan serebrospinal (CSF) dan rongga serebrospinal berlebihan dapat meningkatkan tekanan sehingga dapat merusak jaringan syaraf. Keadaan ini disebut hidrocefalus yang berarti “kelebihan air dalam kubah tengkorak”. Jadi, hidrocefalus dapat diakibatkan oleh pembentukan cairan berlebih oleh pleksus koroideus, absorbs yang inadekuat atau obstruksi aliran keluar pada salah satu ventrikel atau lebih.
Ada dua jenis hidrocefalus : non komunikan, yaitu aliran dari system ventrikel ke ruang subarachnoid mengalami sumbatan dan komunikan yaitu tidak ada sumbatan. Sindroma klinis yang berhubungan dengan dilatasi yang progesif pada system ventricular serbral dan kompresi gabungan dari jaringan-jaringan serebral selama produksi. CSS yang ada meningkatkan kecepatan absorbsi oleh villi arachnoid. Akibat berkelebihannya cairan serebrospinal dan meningktnya tekanan intracranial menyebabkan terjadinya peleburan ruang-ruang tempat mengalirnya cairan. Penyebab penyumbatan aliran CSF yang sering terjadi pada bayi dan anak adalah kelainan bawaan atau kongenital, infeksi, neoplasma dan perdarahan otak sebelum persalinan atau sesudah persalinan.
Bagi wanita usia subur harus lebih berhati-hati harus menjaga kondisi kesehatan sebelum dan selama kehamilan, dan juga saat bayi sudah lahir.
Darsono dan Himpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia Dengan UGM. 2005. Buku Ajar Neorologi Klinis.Yogyakarta: UGM Press.
Devito EE, Salmond CH, Owler BK, Sahakian BJ, Pickard JD. 2007. Caudate Structural Abnormalities In Idiopathic Normal Preassure Hydrocephalus. Acta Neurol Scand 2007: 116: Pages 328-332
Peter Paul Rickham. 2003. Obituaries. BMJ 2003: 327: 1408-Doi: 10.1136/ bmj.327.7428.1408.
Ropper, Allan H. And Robert H. Brown. 2005. Adams And Victor’s Principles Of Neorolgy: Eight Edition. USA.